76
muka air laut sekitar 3 m, sedangkan untuk kasus terburuk yang diterapkan pada skenario ke-4 perubahan muka air adalah sekitar 4 m. Keadaan ini menjelaskan
bahwa patahan naik dengan bidang patahan yang panjang akan menyebabkan
volume kosong yang lebih besar, kemudian akan segera diisi oleh massa air laut secara sporadis sehingga gerakan balik dari massa air laut ini akan menyebabkan
tsunami.
4.3.3 Waktu tempuh penjalaran gelombang tsunami
Model penjalaran tsunami disimulasikan dengan hasil estimasi tinggi gelombang tsunami awal yang dibangkitkan oleh deformasi dasar laut akibat
gempa tektonik. Simulasi ini dimulai dari sumber pembangkit hingga sampai sepanjang garis pantai yang terkena tsunami. Hasil simulasi berupa data matrik
ketinggian muka air laut untuk setiap langkah waktu yang telah ditentukan besarannya. Simulasi yang diterapkan pada skenario pertama merupakan model
penjalaran gelombang tsunami berdasarkan sejarah tsunami yang terjadi di Pangandaran. Kekuatan gempa dan posisi patahan yang disimulasikan sudah
disesuaikan dengan kondisi pada waktu tsunami di Pangandaran. Gelombang tsunami yang dibangkitkan oleh deformasi dasar laut akibat
gempa berkekuatan 7,7 SM menjalar dan sampai pertama kali di pesisir selatan Pangandaran Tanjung Pangandaran pada waktu ke-2600 detik 43 menit.
Gelombang tsunami terus menjalar dan sampai di sisi sebelah barat Teluk Parigi serta sisi sebelah timur Teluk Pangandaran pada waktu ke-3080 detik 51
menit. Gelombang tsunami kemudian terrefleksikan sehingga gelombang muncul dari arah barat daya dan tenggara. Pada waktu ke-3360 detik 55 menit
77
gelombang tsunami tiba di daratan pantai bagian barat Pangadaran Desa Sukaresik dan Desa Cikembulan dan daratan pantai timur Pangandaran Desa
Babakan. Hasil model penjalaran gelombang tsunami di wilayah pesisir Pangandaran domain D untuk skenario ke-1 diperlihatkan pada Gambar 24.
2600 detik 3080 detik
3360 detik 3600 detik
Elevasi m
Gambar 24. Simulasi penjalaran gelombang tsunami di pesisir Pangandaran domain D pada skenario ke-1
Berdasarkan catatan sejarah yang dilaporkan oleh IOC-ITIC 2006 dalam Summary of Event Information Timeline : July 17, 2006 Java, Indonesia
Earthquake and Tsunami disampaikan bahwa pada menit ke-55 setelah terjadinya gempa, tsunami datang pertama kali dari arah sebelah barat daya. Hal ini memiliki
kemiripan dengan model penjalaran tsunami yang telah dibangun.
78
Gelombang tsunami sudah tiba di sepanjang pantai Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih pada waktu kurang dari satu jam.
Gelombang tsunami ini merendam sebagian kecil kawasan di sepanjang pantai. Waktu yang dibutuhkan oleh gelombang tsunami tersebut menjalar dari pusat
gempa ke pantai secara keseluruhan membutuhkan waktu kurang dari satu jam setelah terjadinya gempa.
Berdasarkan skenario yang dibangun dengan kekuatan gempa lebih besar dan posisi episentrum yang sama, maka dapat dilihat pada skenario ke-2
gelombang tsunami membutuhkan waktu 2480 detik 41 menit untuk tiba pertama kali di bagian selatan Pangandaran. Gelombang tsunami kemudian datang
dari arah barat daya dan tiba di pantai sebelah barat Pangandaran tepatnya di Desa Sukaresi pada detik ke-2840 47 menit. Pada detik ke-3160 52 menit
gelombang tsunami tiba di pesisir Desa Cikembulan, Desa Wonoharjo dan Desa Babakan serta terus merambat dari bagian barat daya Teluk Parigi sampai bagian
tenggara Teluk Pangandaran. Gelombang tsunami tiba di Desa Pananjung dan Desa Pangandaran pada detik ke-3240 54 menit. Pada waktu ke-3600 detik 60
menit gelombang tsunami sudah menerjang seluruh pantai di Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih dan meredam lebih luas ke daratan
disekitarnya. Pada skenario ke-2 ini waktu tempuh gelombang tsunami 2
– 3 menit lebih cepat dibandingkan gempa dengan kekuatan 7,7 SM. Keadaan ini
menjelaskan bahwa pada posisi pusat gempa yang sama dengan kekuatan gempa yang berbeda, maka waktu tempuh gelombang tsunami mencapai ke pantai akan
berbeda. Hal ini telah membuktikan bahwa semakin besar kekuatan gempa maka
79
waktu tempuh penjalaran tsunami untuk tiba di pantai akan semakin cepat. Semakin besar kekuatan gempa maka gelombang tsunami yang ditimbulkan akan
semakin besar. Penjalaran gelombang tsunami untuk kasus skenario ke-2 diperlihatkan pada Gambar 25.
2480 detik 2840 detik
3160 detik 3600 detik
Elevasi m
Gambar 25. Simulasi penjalaran gelombang tsunami di pesisir Pangandaran domain D pada skenario ke-2
Model penjalaran gelombang tsunami untuk kasus pada skenario ke-3 menggunakan posisi sumber gempa yang berjarak lebih dekat terhadap pantai
selatan Pangandaran. Jarak sumber tsunami terhadap pantai sekitar 165 km. Hasil model penjalaran tsunami yang dibangun memperlihatkan bahwa gelombang
tsunami tiba pertama kali di selatan Pangandaran pada detik ke-2320 39 menit.
80
Pada detik ke-2720 45 menit gelombang tsunami tiba di bagian barat Desa Sukaresik dan di bagian timur Desa Babakan. Gelombang tsunami kemudian
bergerak ke timur dan tiba di Desa Cikembulan, Desa Wonoharjo dan bagian barat Desa Babakan pada detik ke-2960 49 menit. Gelombang tsunami tiba di Desa
Pananjung dan Desa Pangandaran pada detik ke-3040 50 menit. Pada detik ke- 3600 60 menit gelombang tsunami sudah menyebar keseluruh pantai di
sepanjang garis pantai sebelah barat sampai ke timur. Model penjalaran gelombang tsunami untuk kasus skenario ke-3 ini dapat dilihat pada Gambar 26.
2320 detik 2720 detik
2960 detik 3600 detik
Elevasi m
Gambar 26. Simulasi penjalaran gelombang tsunami di pesisir Pangandaran domain D pada skenario ke-3
Gelombang tsunami pada skenario ke-3 ini memiliki kecepatan 2 – 3
menit lebih cepat dibandingkan dengan gempa yang dibangkitkan pada skenario
81
ke-2. Keadaan ini disebabkan oleh posisi sumber gempa yang cenderung lebih dekat. Hal ini menjelaskan bahwa semakin dekat sumber gempa terhadap pantai
maka waktu tempuh gelombang tsunami mencapai pantai akan semakin cepat. Berdasarkan hal tersebut maka daerah pantai yang mempunyai jarak yang
semakin dekat dari sumber pembangkit tsunami akan menyebabkan daerah tersebut mempunyai tingkat kerawanan bahaya tsunami yang tinggi, keadaan
sebaliknya terjadi apabila daerah pantai memiliki jarak yang jauh terhadap sumber tsunami.
Penjalaran gelombang tsunami untuk kasus terburuk dibangun pada skenario ke-4. Kasus terburuk yang dibangun pada model ini adalah kasus
tsunami yang diakibatkan gempa berkekuatan 8,9 SM. Kekuatan gempa 8,9 SM merupakan kekuatan gempa yang pernah terjadi di Indonesia, gempa ini sekaligus
merupakan peristiwa paling dasyat dan mengerikan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Posisi pusat gempa pada skenario ke-4 berada di sebelah timur pusat gempa Pangandaran dengan jarak kurang lebih 310 km dari bagian selatan pantai
Pangandaran. Skenario ini dibangun berdasarkan karakteristik gempa yang menimbulkan tsunami di Pancer Banyuwangi pada tahun 1994. Parameter sesar
yang digunakan dip, strike, slip telah disesuaikan dengan keadaan sewaktu kejadian tsunami di Pancer, akan tetapi besarnya kekuatan gempa dan geomertri
patahan dimodifikasi untuk mendapatkan keadaan yang lebih ekstrim. Penjalaran gelombang tsunami pada skenario ke-4 mengakibatkan
gelombang tsunami menjalar dan mencapai bagian selatan Pangandaran pada waktu 2600 detik 43 menit. Gelombang tsunami kemudian tiba di bagian barat
82
Desa Sukaresik dan Bagian timur Desa Babakan pada detik ke-3000 50 menit. Pada detik ke-3280 55 menit gelombang tsunami tiba di Desa Sukaresik,
Wonoharjo dan bagian barat Desa Babakan. Satu jam setelah terjadi gempa, gelombang tsunami sudah menggenangi lebih jauh ke daratan. Model penjalaran
gelombang tsunami untuk kasus skenario ke-4 disajikan pada Gambar 27.
2600 detik 3000 detik
3280 detik 3600 detik
Elevasi m
Gambar 27. Simulasi penjalaran gelombang tsunami di pesisir Pangandaran domain D pada skenario ke-4
Hasil model dari tiap skenario yang telah dibangun memperlihatkan bahwa gelombang tsunami awal akibat gempa bumi akan menjalar keseluruh arah.
Perbedaan kontur kedalaman mengakibatkan gelombang tsunami mengalami pembelokan arah dan tinggi gelombang refraksi. Arah datangnya tsunami di
83
daerah studi pertama kali datang dari arah selatan. Gelombang tsunami kemudian memasuki Teluk Pangandaran dari sisi barat daya dan Teluk Parigi dari sisi
tenggara. Ketika memasuki Teluk Pangandaran dan Teluk Parigi gelombang tsunami menjadi terkurung karena memasuki wilayah berteluk, kemudian
gelombang tsunami terefleksikan. Hal ini menyebabkan arah gelombang tsunami menyebar dan datang dari arah barat dan selatan serta timur perairan Pangandaran.
Pada umumnya daerah yang pertama kali terkena limpasan gelombang tsunami adalah Tanjung Pangandaran yang letaknya di bagian selatan. Hal ini
disebabkan daerah tersebut merupakan daerah yang paling depan dan menjorok ke laut lepas. Daerah yang selanjutnya paling awal terkena gelombang tsunami
adalah pesisir barat Pangandaran Desa Sukaresik serta pesisir timur Pangandaran Desa Babakan. Hal ini disebabkan perairan yang berbatasan dengan daerah
tersebut memiliki kedalaman yang lebih besar dengan kelerengan dasar yang lebih curam jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Menurut Yudhicara 2008
karakteristik kontur batimetri demikian mengakibatkan gelombang tsunami akan memiliki kecepatan lebih besar dan lebih dulu tiba di lokasi tersebut.
4.3.4 Limpasan gelombang tsunami run-up