83
daerah studi pertama kali datang dari arah selatan. Gelombang tsunami kemudian memasuki Teluk Pangandaran dari sisi barat daya dan Teluk Parigi dari sisi
tenggara. Ketika memasuki Teluk Pangandaran dan Teluk Parigi gelombang tsunami menjadi terkurung karena memasuki wilayah berteluk, kemudian
gelombang tsunami terefleksikan. Hal ini menyebabkan arah gelombang tsunami menyebar dan datang dari arah barat dan selatan serta timur perairan Pangandaran.
Pada umumnya daerah yang pertama kali terkena limpasan gelombang tsunami adalah Tanjung Pangandaran yang letaknya di bagian selatan. Hal ini
disebabkan daerah tersebut merupakan daerah yang paling depan dan menjorok ke laut lepas. Daerah yang selanjutnya paling awal terkena gelombang tsunami
adalah pesisir barat Pangandaran Desa Sukaresik serta pesisir timur Pangandaran Desa Babakan. Hal ini disebabkan perairan yang berbatasan dengan daerah
tersebut memiliki kedalaman yang lebih besar dengan kelerengan dasar yang lebih curam jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Menurut Yudhicara 2008
karakteristik kontur batimetri demikian mengakibatkan gelombang tsunami akan memiliki kecepatan lebih besar dan lebih dulu tiba di lokasi tersebut.
4.3.4 Limpasan gelombang tsunami run-up
Limpasan gelombang tsunami yang dihasilkan dari pemodelan tsunami untuk kasus skenario ke-1 pada umumnya masih dalam skala yang tidak terlalu
luas. Hasil analisis berdasarkan measure tool pada perangkat lunak ArcGIS diketahui jarak limpasan gelombang tsunami yang masuk ke daratan Pangandaran
berkisar antara 100 – 200 m dari garis pantai. Jarak limpasan maksimum
gelombang tsunami ke daratan mencapai 200 m, dimana berada di Desa
84
Cikembulan. Hal ini berkolerasi dengan energi gelombang tsunami yang dibangkitkan pada skenario ini lebih kecil 7,7 SM. Keadaan ini menyebabkan
penetrasi gelombang tsunami tidak cukup kuat untuk masuk lebih jauh ke daratan. Peta area limpasan tsunami untuk kasus skenario ke-1 disajikan pada Gambar 28.
Gambar 28. Limpasan gelombang tsunami di berbagai lokasi pesisir Pangandaran pada skenario ke-1
Berdasarkan model yang dibangun pada skenario ke-1 total luas area yang tergenang tsunami untuk Kecamatan Pangandaran mencapai 225,60 Ha sedangkan
untuk Kecamatan Sidamulih mencapai 105,68 Ha. Desa yang paling luas terkena limpasan gelombang tsunami adalah Desa Pangandaran. Luas area limpasan di
Desa Pangandaran adalah 115,34 Ha. Limpasan tsunami yang menggenangi Desa Pangandaran mencapai 16,78 dari luas total daratannya. Hal ini dikarenakan
kondisi daratan dan kemiringan daratannya sangat rendah sehingga dengan demikian penetrasi gelombang tsunami lebih mudah masuk sampai ke daratan.
Desa Wonoharjo merupakan desa yang memperoleh limpasan paling rendah yaitu
85
hanya 5,43 dari keseluruhan daratannya. Luas area limpasan gelombang tsunami untuk setiap desa di wilayah penelitian selengkapnya disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Luas area limpasan tsunami di setiap desa pada skenario ke-1 No
Kecamatan Desa
Luas daratan
Ha Luas
limpasan Ha
Persentase limpasan
1 Pangandaran
Babakan 638,58
56,64 8,87
2 Pangandaran
Pananjung 360,47
21,08 5,85
3 Pangandaran
Pangandaran 687,22
115,34 16,78
4 Pangandaran
Wonoharjo 599,54
32,54 5,43
5 Sidamulih
Sukaresik 844,51
68,73 8,14
6 Sidamulih
Cikembulan 495,03
36,95 7,46
Pada kejadian tsunami Pangandaran 2006, wilayah yang paling luas terkena limpasan tsunami adalah Desa Cikembulan dan Desa Pangandaran
Kongko et al., 2006. Hasil model yang telah dibangun memperlihatkan hal yang serupa dengan kejadian sebenarnya. Keadaan yang berbeda terlihat pada jarak
limpasan tsunami ke daratan. Menurut hasil pengukuran lapang diketaui bahwa jarak limpasan tsunami ke daratan mencapai 300
– 500 m Kongko et al., 2006. Hasil model pada umumnya menghasilkan jarak limpasan yang lebih kecil dari
kejadian yang sebenarnya. Pebedaan tersebut disebabkan karena tsunami Pangandaran termasuk kedalam jenis Tsunami Earthquake atau beberapa ilmuwan
menyebutnya Slow Earthquake. Gempa tersebut hampir tidak terasa getarannya, tetapi tsunami yang dihasilkan jauh lebih besar seperti dibangkitkan oleh gempa
yang lebih besar dari kekuatan gempa yang terukur saat itu Ginanjar, 2010. Berdasarkan wawancara penulis dengan penduduk, mulai dari kawasan
Cikembulan sampai Pananjung banyak penduduk yang sama sekali tidak merasakan getaran gempa sebelum terjadinya tsunami di Pangandaran tahun 2006
lalu, sehingga banyak yang tidak menyangka akan terjadi tsunami. Menurut
86
Ginanjar 2010, Tsunami Earthquake atau Slow Earthquake memiliki karakteristik getaran gempa yang lambat slow shaking yang dapat menimbulkan
tsunami. Sifat slow shaking ini memberikan respon terhadap dinamika air yang lebih besar daripada getaran yang cepat fast shaking. Respon besar inilah yang
dapat membangkitkan gelombang tsunami. Getaran yang lambat ini salah satunya dapat disebabkan oleh tebalnya sedimen di sekitar pusat gempa di laut yang
memberikan efek lubrikasi ketika gempa terjadi. Selain hal yang disebutkan di atas, perbedaan jarak limpasan tsunami
diakibatkan pula oleh adanya arrival time yang dihasilkan model hanya didasarkan atas waktu pacu model selama 3 jam. Hal ini disebabkan tidak adanya
data historis tsunami yang mencatat tsunami run-down surutnya kembali gelombang tsunami ketika kejadian tsunami di Pangandaran.
Pada dasarnya model tsunami Tohoku University yang digunakan pada penelitian ini memiliki akurasi yang baik. Hal ini telah dibuktikan dengan
pengukuran data tide gauge oleh peneliti BMG yang kemudian dibandingkan dengan hasil model. Hasil penelitian tersebut menghasilkan akurasi yang
mencapai +1 100 Gunawan, 2007. Salah satu kelemahan model tsunami ini adalah belum mampu memperhitungkan model tsunami dengan tipe Tsunami
Earthquake. Gempa berkekuatan lebih besar 8,5 SM yang diterapkan pada skenario
ke-2 menghasilkan jarak limpasan tsunami yang lebih luas dibandingkan gempa berkekuatan 7,7 SM pada posisi pusat gempa yang sama. Jarak limpasan
gelombang tsunami yang masuk ke daratan Pangandaran pada umumnya berkisar antara 400
– 1000 m dari garis pantai. Jarak limpasan maksimum gelombang
87
tsunami mencapai daratan adalah 1550 m dari garis pantai, sedangkan jarak limpasan minimum gelombang tsunami adalah 400 m Gambar 29.
Daerah yang paling jauh terkena limpasan dan genangan gelombang tsunami adalah Desa Sukaresik dan Desa Babakan. Penetrasi gelombang tsunami
terjauh di Desa Sukaresik mencapai 1000 m, sedangkan di Desa Babakan jarak limpasan terjauh gelombang tsunami adalah 1550 m. Dampak tsunami pada
skenario ke-2 yang dibangkitkan oleh gempa berkekuatan 8,5 SM menghasilkan area genangan yang lebih luas.
Gambar 29. Limpasan gelombang tsunami di berbagai lokasi pesisir Pangandaran pada skenario ke-2
Total luas area yang tergenang gelombang tsunami di Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih masing-masing adalah 907,34 Ha dan
452,45 Ha. Luas area genangan tsunami terbesar pada skenario ke-2 terletak di Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran. Gelombang tsunami di desa ini
menggenangi setengah dari total luas daratannya. Desa Babakan merupakan daerah pesisir yang berada di bagian sebelah timur. Berdasarkan model yang
88
dibangun, ketinggian tsunami di bagian timur Pangandaran sangat tinggi, sehingga penetrasi gelombang tsunami cukup kuat untuk masuk lebih jauh ke
daratan. Desa Sukaresik dan Cikembulan yang berada di bagian barat Pangandaran
mengalami hal serupa. Ketinggian tsunami di lokasi ini maksimum sehingga luas area genangan di kedua desa ini juga sangat besar. Daratan Desa Cikembulan
tergenang gelombang tsunami dengan persentase 34,84 dari total luas daratannya. Keadaan ini menyebabkan Desa Cikembulan menjadi daerah yang
paling luas terkena limpasan gelombang tsunami untuk Kecamatan Sidamulih. Informasi selengkapnya mengenai luas limpasan tsunami pada skenario ke-2
disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Luas area limpasan tsunami di setiap desa pada skenario ke-2
No Kecamatan
Desa Luas
daratan Ha
Luas limpasan
Ha Persentase
limpasan 1
Pangandaran Babakan
638,58 363,15
56,87 2
Pangandaran Pananjung
360,47 108,20
30,02 3
Pangandaran Pangandaran
687,22 323,75
47,11 4
Pangandaran Wonoharjo
599,54 112,24
18,72 5
Sidamulih Sukaresik
844,51 279,97
33,15 6
Sidamulih Cikembulan
495,03 172,48
34,84 Penjalaran gelombang tsunami akibat gempa yang dibangun pada skenario
ke-3 menjalar ke daerah pesisir yang lebih luas jika dibandingkan dengan dua skenario sebelumnya. Jarak limpasan gelombang tsunami yang masuk ke daratan
Pangandaran pada umumnya berkisar antara 450 – 1000 m dari garis pantai. Jarak
limpasan maksimum gelombang tsunami mencapai daratan adalah 1800 m dimana terjadi di Desa Babakan.
89
Daratan di Desa Pangandaran hampir seluruhnya terkena genangan akibat limpasan gelombang tsunami. Hal ini di sebebabkan karena topografi daratannya
yang datar dan landai. Selain itu juga disebakan oleh adanya hempasan gelombang dari dua arah yang berbeda, yakni gelombang tsunami yang datang
dari bagian barat dan timur. Kawasan selatan Pangandaran yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia mengalami limpasan yang tidak begitu luas
karena faktor topografi wilayah tersebut yang berbukit. Kondisi daratan berbukit akan meminimalisir jangkauan tsunami ke daratan. Peta area limpasan tsunami
untuk kasus skenario ke-3 disajikan pada Gambar 30.
Gambar 30. Limpasan gelombang tsunami di berbagai lokasi pesisir Pangandaran pada skenario ke-3
Daerah yang paling luas terlanda gelombang tsunami untuk kasus pada skenario ke-3 masih sama seperti skenario-skenario sebelumnya yaitu Desa
Babakan. Pada kasus skenario ke-3 yang dibangun oleh pusat gempa yang paling dekat dengan pantai mengakibatkan luas daerah genangan tsunami di Desa
Babakan bertambah sebesar 95,14 Ha sehingga total luas genangannya menjadi
90
458,9 Ha. Keadaan yang serupa terjadi di desa-desa yang lainnya, seluruhnya mengalami peningkatan luas area genangan. Hal tersebut menggambarkan bahwa
faktor jarak sumber gempa terhadap daratan sangat mempengaruhi besarnya tsunami yang dihasilkan. Informasi luasan limpasan gelombang tsunami untuk
skenario ke-3 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Luas area limpasan tsunami di setiap desa pada skenario ke-3
No Kecamatan
Desa Luas
daratan Ha
Luas limpasan
Ha Persentase
limpasan 1
Pangandaran Babakan
638,58 458,29
71,77 2
Pangandaran Pananjung
360,47 139,13
38,60 3
Pangandaran Pangandaran
687,22 343,88
50,04 4
Pangandaran Wonoharjo
599,54 158,56
26,45 5
Sidamulih Sukaresik
844,51 327,65
38,80 6
Sidamulih Cikembulan
495,03 215,65
43,56 Penjalaran gelombang tsunami akibat gempa berkekuatan 8,9 SM mampu
menggenangi kawasan pesisir Pangandaran sampai beratus-ratus meter jauhnya dari garis pantai. Keadaan ini mengindikasikan bahwa gelombang tsunami yang
yang dibangkitkan oleh kekuatan lebih besar akan lebih jauh menjalar sampai daratan pesisir yang lebih luas. Jarak limpasan gelombang tsunami terjauh pada
skenario ke-4 adalah 2550 m. Daerah yang terlanda dengan jarak jangkauan tsunami tersebut adalah
Desa Cikembulan dan Desa Babakan. Pada umumnya jarak limpasan gelombang tsunami ke daratan mencapai 1500 m di sepanjang wilayah yang dimodelkan.
Beberapa daerah seperti Desa Pangandaran, Pananjung dan Babakan merupakan desa-desa yang hampir seluruh daratannya tergenang gelombang tsunami. Peta
area genangan tsunami untuk kasus skenario ke-4 disajikan pada Gambar 31.
91
Gambar 31. Limpasan gelombang tsunami di berbagai lokasi pesisir Pangandaran pada skenario ke-4
Total luas area genangan tsunami untuk Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih pada skenario ini masing-masing seluas 1.690,04 Ha dan
883,48 Ha Tabel 14. Jangkauan limpasan tsunami yang dibangkitkan gempa berkekuatan 8,9 SM ini meluas hingga ke beberapa desa. Beberapa desa yang
sebelumnya tidak terkena limpasan tsunami seperti Desa Pejanten, Desa Purbahayu dan Desa Sukahurip pada skenario ini daerah-daerah tersebut ikut
terkena dampak limpasan gelombang tsunami. Desa Babakan dan Desa Pananjung merupakan daerah yang paling luas
terkena limpasan tsunami yaitu sekitar 94,56 dari total luas daratan Desa Babakan dan 96,17 dari total luas daratan Desa Pananjung. Kedua Desa ini
hampir seluruh daratannya tergenang gelombang tsunami. Hal yang serupa dialami pada Desa Pangandaran, daratan yang menghubungkan daratan pulau
jawa dengan tanjung Pangandaran tanah genting seluruhnya tergenang gelombang tsunami.
92
Pada umumnya desa-desa yang langsung berbatasan dengan laut hampir seluruhnya terkena limpasan gelombang tsunami yang paling tinggi. Desa-desa
yang tidak berbatasan secara langsung dengan laut seperti Desa Pejanten, Desa Purbahayu dan Desa Sukahurip terkena limpasan dalam skala kecil. Informasi
selengkapanya disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Luas area limpasan tsunami di setiap desa pada skenario ke-4
No Kecamatan
Desa Luas
daratan Ha
Luas limpasan
Ha Persentase
limpasan 1
Pangandaran Babakan
638,58 603,82
94,56 2
Pangandaran Pananjung
360,47 346,66
96,17 3
Pangandaran Pangandaran
687,22 375,20
54,60 4
Pangandaran Purbahayu
1.012,32 4,77
0,47 5
Pangandaran Sukahurip
1.433,05 11,25
0,79 6
Pangandaran Wonoharjo
599,54 348,34
58,10 7
Sidamulih Cikembulan
495,03 396,80
80,16 8
Sidamulih Pejanten
606,73 52,70
8,69 9
Sidamulih Sukaresik
1.433,05 433,98
30,29 Setiap wilayah memiliki jarak jangkauan dan luas genangan gelombang
tsunami yang berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan di masing-masing wilayah tersebut serta besarnya kekuatan gempa
yang menjadi sumber tsunami. Jika kerentanan lingkunganya tinggi, maka akan mudah untuk terpapar tsunami sehingga risikonya akan lebih besar. Desa-desa
yang berada di sepanjang pantai dan pesisir Kecamatan Pangandaran serta Kecamatan Sidamulih pada umumnya didominasi oleh topografi dan kemiringan
daratan yang rendah dan landai, dengan keadaan morfologi seperti itu maka jelas daerah-daerah tersebut terkena dampak yang paling parah dibandingkan daerah-
daerah yang lainnya.
93
4.3.5 Ketinggian rendaman tsunami Flowdepth