Morfologi dasar laut Faktor-faktor Kerentanan Pantai Terhadap Tsunami

11 33 km 48 km versi USGS serta gempa dengan pola mekanisme dominan adalah sesar naik thrust atau sesar turun normal.

2.3. Faktor-faktor Kerentanan Pantai Terhadap Tsunami

2.3.1 Morfologi dasar laut

Tsunami yang menjalar ke pantai perairan dangkal akan megalami beberapa perubahan ketinggian gelombang sebagai akibat dari proses pendangkalan shoaling, refraksi, difraksi, dan refleksi sebelum akhirnya gelombang tersebut pecah. Proses shoaling sebagai proses berkuranganya tinggi gelombang untuk pertama kalinya sewaktu memasuki perairan yang dangkal, kemudian secara bertahap akan meningkat kembali dengan bagian muka front gelombang tetap simetris Horikawa, 1998. Horikawa 1998 menjelaskan kedalaman perairan yang semakin berkurang menyebabkan tinggi gelombang bertambah kembali secara cepat sehingga mengakibatkan profil gelombang menjadi tidak simetris dan pada akhirnya pecah. Kecepatan gerak gelombang juga berkurang dengan berkurangnya kedalaman dasar laut, sehingga menyebabkan puncak gelombang pada daerah yang lebih dangkal bergerak lebih lambat daripada puncak pada perairan yang lebih dalam. Selanjutnya tejadi pembelokan arah gerak puncak gelombang mengikuti bentuk kontur kedalaman laut refraksi. Shoaling dan refraksi disebabkan oleh proses pendangkalan perairan. Shoaling lebih ditekankan pada perubahan tinggi gelombang secara langsung akibat kedalaman perairan yang semakin berkurang, sedangkan refraksi 12 ditekankan pada pembelokan arah puncak gelombang. Refraksi dapat terjadi pada perairan transisi ataupun perairan dangkal USACE, 1984. Ketinggian tsunami sepanjang pantai berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini bergantung pada morfologi, batimetri, dan topografi pantai, sehingga indikator kelerengan pantai dan dasar perairan pantai memiliki peranan penting dalam menentukan besar-kecilnya tsunami di suatu wilayah Oktariadi, 2009a. Menurut Oktariadi 2009b kondisi lereng pantai yang landai akan menyebabkan jarak daerah pecah gelombang dengan pantai semakin jauh. Sedangkan bila kondisi lereng pantai curam maka jarak daerah pecah gelombang dengan pantai menjadi semakin dekat Gambar 4. Gambar 4. Hubungan antara ketinggian tsunami dengan geometri pantai : a Kelerengan pantai landai dan b Kelerengan pantai curam UNESCO-IOC, 2006 13

2.3.2 Morfometri pantai