Penilaian Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata

4.2.3. Penilaian Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata

Dalam pengembangan CBE, masyarakat sebagai salah satu stakeholder penting yang perlu diketahui penilaian dalam pengembangan ekowisata. Penilaian berdasarkan kuesioner ini dibagi menjadi tiga penilaian yaitu karakteristik masyarakat di 17 desa KKr pada Tabel 27, persepsi mengenai pengembangan ekowisata Persepsi pada Tabel 28, serta tingkat partisipasi dan keinginan masyarakat PTSP pada Tabel 29. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 30 responden di 17 desa menunjukkan hasil ditemukannya satu desa masuk klasifikasi sangat baik. Desa yang masuk klasifikasi sangat baik adalah Desa Pasir Eurih. Sedangkan sepuluh desa masuk dalam kategori baik dan enam desa masuk klasifikasi sedang. Hasil penilaian total untuk kesiapan masyarakat terlihat pada Tabel 25. Tabel 25 Penilaian Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata No Desa Kriteria KKr Persepsi PTSP Nilai Total Bobot 5 6 6 1 Pasir Eurih Nilai dasar 105 120 115 340 Nilai bobot 525 720 690 1935 2 Sukajadi Nilai dasar 100 105 115 320 Nilai bobot 500 630 690 1820 3 Sukamantri Nilai dasar 90 95 110 295 Nilai bobot 450 570 660 1680 4 Cogreg Nilai dasar 100 95 105 300 Nilai bobot 500 570 630 1700 5 Gunung Malang Nilai dasar 105 115 115 335 Nilai bobot 525 690 690 1905 6 Tapos I Nilai dasar 90 105 105 300 Nilai bobot 450 630 630 1710 7 Cihideung Udik Nilai dasar 105 115 115 335 Nilai bobot 525 690 690 1905 8 Ciaruteun Ilir Nilai dasar 95 105 105 305 Nilai bobot 475 630 630 1735 9 Cemplang Nilai dasar 95 115 90 300 Nilai bobot 475 690 540 1705 10 Gunung Sari Nilai dasar 100 115 105 320 Nilai bobot 500 690 630 1820 11 Gunung Bunder Nilai dasar 90 115 105 310 Nilai bobot 450 690 630 1770 12 Argapura Nilai dasar 105 110 105 320 Nilai bobot 525 660 630 1815 13 Kiarapandak Nilai dasar 90 105 100 295 Nilai bobot 450 630 600 1680 Lanjutan Tabel 25 No Desa Kriteria KKr Persepsi PTSP Nilai Total Bobot 5 6 6 14 Pangradin Nilai dasar 90 100 105 295 Nilai bobot 450 600 630 1680 15 Curug Nilai dasar 80 100 105 285 Nilai bobot 400 600 630 1630 16 Koleang Nilai dasar 105 110 105 320 Nilai bobot 525 660 630 1815 17 Barengkok Nilai dasar 100 105 110 315 Nilai bobot 500 630 660 1790 Nilai Dasar Terbaik 105 120 115 340 Nilai Bobot Terbaik 525 720 690 1935 Keterangan: Sangat baik baik sedang buruk sangat buruk Tingkat partisipasi masyarakat sekitar objek wisata di beberapa desa termasuk klasifikasi baik, seperti di Desa Sukajadi, Gunung Malang, Tapos I, Cihideung Udik, Ciaruteun Ilir, Gunung Sari, Gunung Bunder, Argapura, Koleang dan Desa Barengkok. Namun, bentuk partisipasi masyarakat masih pada tataran pelaksana dalam pengembnagan kegiatan wisata, belum dimulai dari tingkat perencanaan. Berbeda dengan Desa Pasir Eurih dengan objek wisata utama yaitu Kampung Budaya Sindangbarang, pengelola yang merupakan warga asli berupaya dalam pengelolaan kegiatan wisata melibatkan masyarakat mulai dari tahapan perencanaan, misalnya melalui musyawarah dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat yang dinilai dapat memberikan masukan dalam pengembangan wisata di desa tersebut. Selain itu kendala dalam pengembangan wisata di Zona Wisata Bogor Barat yaitu masih rendahnya pemahaman tentang ekowisata karena tingkat pendidikan rata-rata masyarakat tidak tamat SD atau hanya tamatan SD yang ditemukan di beberapa desa yang berdekatan dengan objek wisata. Penilaian selanjutnya dilakukan analisis spasial seperti terlihat dalam Gambar 34. Hasil penilaian kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata dibuat kelas nilai 1-5, seperti terlihat pada Tabel 26. Tabel 26 Penilaian Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata Berdasarkan Analisis Spasial No Nama Desa Skor Klasifikasi Kelas Nilai 1. Pasir Eurih 1935 Sangat baik 5 2. Cihideung Udik 1905 Baik 4 3. Gunung Malang 1905 Baik 4 4. Sukajadi 1820 Baik 4 5. Gunung Sari 1820 Baik 4 6. Argapura 1815 Baik 4 7. Koleang 1815 Baik 4 8. Barengkok 1790 Baik 4 9. Gunung Bunder 1770 Baik 4 10. Ciaruteun Ilir 1735 Baik 4 11. Tapos I 1710 Baik 4 12. Cemplang 1705 Sedang 3 13. Cogreg 1700 Sedang 3 14. Sukamantri 1680 Sedang 3 15. Kiarapandak 1680 Sedang 3 16. Pangradin 1680 Sedang 3 17. Curug 1630 Sedang 3 Keterangan : Kategori penilaian kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata Kategori Derajat Interval Sangat baik 2.040-1.910 Baik 1.909-1.710 Sedang 1.709-1.510 Buruk 1.509-1.310 Sangat buruk 1.309-1.110 Tabel 27 Hasil Penilaian Karakteristik Masyarakat No UnsurSub unsur Pasir Eurih Suka jadi Suka mantri Cogreg Gn Malang Tapos 1 Cihideung Udik Ciaruteun Ilir Cemplang Gn sari Gn bunder Arga pura Kiara Pandak Pang radin Curug Koleang Barengkok 1 Pendidikan 30 20 20 20 30 20 30 25 15 15 15 25 20 25 15 30 20 2 Mata pencaharian penduduk 25 25 20 25 25 20 25 20 25 25 25 30 20 15 15 25 30 3 Pendapatan 20 25 20 25 20 20 20 20 25 30 20 20 20 20 20 25 30 4 Status kependudukan 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Nilai 105 100 90 100 105 90 105 95 95 100 90 105 90 90 80 105 100 Bobot 5 Skor 525 500 450 500 525 450 525 475 475 500 450 525 450 450 400 525 500 Tabel 28 Hasil Penilaian Persepsi mengenai pengembangan ekowisata No UnsurSub unsur Pasir Eurih Suka jadi Suka mantri Cogreg Gn Malang Tapos I Cihideung Udik Ciaruteun Ilir Cemplang Gn sari Gn bunder Arga pura Kiara Pandak Pang radin Curug Koleang Barengkok 1 Objek yang perlu dilestarikan 30 25 20 15 25 30 25 20 25 30 30 25 25 25 20 25 25 a. Keindahan alam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 b.Keanekaragaman hayati flora dan fauna 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 c. Peninggalan sejarah 1 1 1 1 1 1 1 d. Kebudayaan lokal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 e. lainnya 2 Pendapat pengembangan wisata ODTW dengan aspek kelestarian 30 25 25 30 30 25 30 30 30 30 30 30 25 25 25 30 30 3 Kegiatan menjamin kelestarian kawasan 30 25 25 25 30 25 30 25 30 25 25 25 25 20 25 25 25 a. Adanya pemba-tasan jumlah pengunjung 1 1 1 1 b. Kegiatan wisata yang bersifat merusak dihin-darkan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 c. Melibatkan masyarkat dalam pengelolaan wisata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 d.Adanya dukung-an pemerintah se-bagai fasilitator 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 e. Lainnya 4 Bentuk pelayanan dan fasilitas menjamin kelestarian kawasanobjek 30 30 25 25 30 25 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 25 a.Bangunan dengan bahan yang alami seperti kayu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 b.Bangunan permanen dengan jumlah yang tidak terlalu banyak yang akan merusak keaslian kawasan objek wisata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 c.Adanya inter-preter pemandu yang dapat memberikan pen- jelasan mengenai kondisi kawasan objek wisata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 d.Adanya homestay penginapan dan makanan tradisi-onal yang dapat memberikan nuansa alami pada pengunjung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 e. lainnya 1 1 1 Nilai 120 105 95 95 115 105 115 105 115 115 115 110 105 100 100 110 105 Bobot 6 Skor 720 630 570 570 690 630 690 630 690 690 690 660 630 600 600 660 630 Tabel 29 Hasil Penilaian Partisipasi dan Keinginan masyarakat No UnsurSub unsur Pasir Eurih Suka jadi Suka mantri Cogreg Gn Malang Tapos 1 Cihideung Udik Ciaruteun Ilir Cemplang Gn sari Gn bunder Arga pura Kiara Pandak Pang radin Curug Koleang Barengkok 1 Partisipasi masyarakat 30 30 20 20 30 20 30 20 20 20 20 20 30 20 20 20 25 2 Persepsi masyarakat 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 3 Keinginan masyarakat 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 4 Dampak 30 30 30 30 30 30 30 30 15 30 30 30 15 30 30 30 30 Nilai 115 115 105 105 115 105 115 105 90 105 105 105 100 105 105 105 110 Bobot 6 Skor 690 690 630 630 690 630 690 630 540 630 630 630 600 630 630 630 660 Gambar 31 Peta kelas penilaian kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata 4.2.4. Penilaian Berdasarkan Penilaian ODTW, Kesiapan Pengembangan CBE dan Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata Analisis spasial lanjutan dilakukan dengan meng-overlay tumpang susun semua penilaian baik ODTW, kesiapan pengembangan CBE dan penilaian kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Hasil overlay dengan model builder menunjukkan empat desa masuk dalam kategori sangat baik untuk dikembangkan ekowisata berbasis masyarakat. Sedangkan sembilan desa masuk klasifikasi baik dan empat desa masuk klasifikasi sedang. Empat desa dengan kategori sangat baik adalah Desa Pasir Eurih, Desa Sukajadi, Desa Gunung Malang dan Desa Cihideung Udik. Desa Pasir Eurih dan Desa Sukajadi termasuk Kecamatan Tamansari, Desa Gunung Malang termasuk Kecamatan Tenjolaya dan Desa Cihideung Udik termasuk Kecamatan Ciampea. Objek dan daya tarik wisata ODTW dengan nilai kesiapan pengembangan CBE baik diantaranya terdapat di desa Pasir Eurih dengan objek utama yaitu Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Sukajadi dengan objek wisata Curug Nangka, Desa Gunung Malang dengan objek Curug Luhur, Desa Cihideung Udik dengan objek wisata Kampung Wisata Cinangneng. Hasil overlay disajikan dalam Gambar 32. Desa Pasir Eurih dengan objek wisata Kampung Budaya Sindangbarang masuk dalam penilaian sangat baik karena masyarakat sekitar ikut berperan serta mengelola kampung budaya, selain itu ada masyarakat yang ikut berperan langsung di Kampung Budaya Sindangbarang sebagai karyawan atau disebut kokolot sesepuh, dan ada pula yang menjadi pemandu serta pengelola berupaya melibatkan masyarakat sekitar mulai dari tahapan perencanaan kegiatan wisata. Kampung Budaya Sindangbarang memiliki daya tarik alam dan budaya serta didukung penilaian kesiapan pengembangan CBE yang tinggi. Desa Sukajadi dengan objek wisata Curug Nangka memiliki keindahan alam dan masyarakat banyak dilibatkan dan menjadikan objek wisata sebagai sumber nafkah seperti menjadi pemandu, penjual souvenir, tukang ojek dan pemilik warung. Gambar 32 Peta overlay kelas penilaian ODTW, kesiapan pengembangan CBE dan penilaian kesiapan masyarakat Desa Gunung Malang dengan objek wisata utama yaitu Curug Luhur. Objek wisata Curug Luhur berada di bawah pengelolaan PT Curug Luhur Indah Paradise. Bentuk partisipasi masyarakat terhadap keberadaan objek wisata Curug Luhur berupa partisipasi secara langsung, masyarakat ikut terlibat dalam pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata Curug Luhur, sebagai berikut: a. Penduduk sekitar menyediakan rumahnya sebagai tempat penginapan para pengunjung yang ingin bermalam di Curug Luhur. b. Penyediaan lahan parkir kendaraan beroda empat di Kantor Kepala Desa. c. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam penjualan berbagai cinderamata, usaha makanan dan minuman bagi para pengunjung, penjaga parkir dan sebagai pemandu jalan menuju Curug Luhur. Pengelola Curug Luhur berasal dari Austria yang mengaplikasikan sistem ketenagakerjaan yang bersumber dari masyarakat sekitar. Pengelola melibatkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan objek wisata Curug Luhur. Pengelola wisata Curug Luhur memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak mempunyai modal untuk membuka usaha di sekitar kawasan dengan memberikan uang Rp.75.000,00 sebagai modal dan bagi masyarakat yang sudah mempunyai modal diberikan tempat berjualan dengan uang sewa Rp.17.000,00hari. Contoh lain dari upaya pengelola objek wisata Curug Luhur dalam melibatkan masyarakat untuk mengembangkan kawasan adalah sebagai berikut: 1. Pelibatan masyarakat lokal sebagai pemandu freelance dengan upah Rp 20.000,00hari untuk penduduk tamatan minimal SMP dan Rp 30.000,00hari untuk lulusan minimal SMA terutama saat peak season kunjungan puncak, dimana pengunjung yang datang melebihi hari biasa. 2. Pemberian modal usaha untuk membuka kios atau café di dalam kawasan Curug Luhur bagi penduduk yang ingin berusaha di kawasan tersebut. 3. Perbaikan akses jalan ke kawasan Curug Luhur dan akses ke desa penduduk. 4. Pembangunan saluran irigasi bagi sawah penduduk. 5. Pembuatan penegak longsor pada kaki-kaki bukit di sekitar Curug Luhur. 6. Penyuluhan masyarakat tentang kebersihan dan kesehatan bagi penduduk di sekitar kawasan yang diselenggarakan pengelola. Desa Cihideung Udik juga termasuk desa dengan nilai kesiapan pengembangan CBE tinggi. Objek wisata yang terdapat di desa tersebut yaitu Kampung Wisata Cinangneng. Dalam pengelolaannya, pengelola berusaha melibatkan masyarakat sebagai tenaga kerja baik tetap maupun lepas freelance. Dalam kegiatan usahanya, Kampung Wisata Cinangneng memiliki tenaga kerja sekitar 30 orang dimana 90 persen orang-orang yang dipekerjakan berasal dari masyarakat. Masyarakat juga dilibatkan dalam kegiatan “tour kampung” seperti kunjungan ke home industry dan menyediakan tempat untuk penjualan kerajinan tangan hasil masyarakat di souvenir shop. Upaya pengembangan CBE di Zona Wisata Bogor Barat Kabupaten Bogor diawali dari hasil Focus Group Discussion FGD dalam Pelatihan Pengembangan Desa Wisata Kecamatan Tamansari 3-6 Agustus 2009 dengan membentuk Forum Desa Wisata Kabupaten Bogor. Selain itu empat desa ditetapkan untuk pengembangan Desa Wisata yaitu Desa Pasir Eurih, Desa Sukajadi dan Desa Tamansari yang termasuk Kecamatan Tamansari, selain itu Desa Tapos I di Kecamatan Tenjolaya. Penetapan tiga desa di Kecamatan Tamansari sebagai desa inisiasi pengembangan desa wisata karena kedekatan secara administrasi, selain itu di ketiga desa tersebut terdapat potensi wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan dengan dukungan dari masyarakat. Kampung Budaya Sindangbarang sebagai objek wisata utama di Desa Pasir Eurih dan objek wisata alam Curug Nangka terdapat di Desa Sukajadi. Sedangkan di Desa Tamansari banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan dan telah dikelola masyarakat seperti budidaya pertanian berupa budidaya tanaman hias, budidaya pohpohan serta budidaya ulat sutera dan penghasil pupuk organik yang dikelola kelompok tani yang tergabung dalam GAPOKTAN. Desa Tamansari juga memiliki potensi budaya berupa seni tradisional khas Sunda yaitu Bebesanan dan Adu Janten. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor juga berencana menjadikan Kecamatan Tamansari menjadi lokasi wisata terpadu karena di kecamatan ini terdapat beberapa objek wisata yang menarik lainnya yang saling berdekatan diantaranya Bumi Perkemahan Buper Sukamatri, rumah sutera, Setu Tamansari, Vihara terbesar di Jawa Barat Vihara Niciren Syosyu Indonesia NSI, Dyan Wisata dan Pura Jagad Kartha. Selain itu didukung akomodasi dan cenderamata yang khas berupa tanaman hias dan kerajinan home industri sepatu sandal Disbudpar, 2009. Penentuan Desa Tapos I sebagai salah satu desa yang akan dikembangkan desa wisata sebagai tindak lanjut hasil kajian berupa penyusunan pola pembinaan dan pengembangan Wisata Pedesaan di Desa Tapos I, Kecamatan Tenjolaya Tahun 2007 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Hasil kajian disusun pengembangan zona inti dan pengembangan zona pendukung dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Desa Tapos I. Objek wisata utama di Desa Tapos I berupa peninggalan sejarah Situs Megalitikum Arca Domas, selain itu Desa Tapos I termasuk sentra penghasil sayuran dan menawarkan kehidupan pedesaan seperti bertani dengan alat tradisional, kerajinan masyarakat seperti anyaman, penghasil tauge dan tanaman kumis kucing serta Cingcau Disbudpar, 2007b. Hasil penelitian juga menunjukkan Desa Tapos I termasuk klasifikasi baik dalam penilaian ODTW, dan kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Sedangkan penilaian kesiapan pengembangan CBE masuk klasifikasi buruk, karena di lapangan masih ditemukan masyarakat yang apatis terhadap pengembangan wisata yang ada disekitarnya seperti keberadaan pengembangan objek Situs Megalitikum. Masyarakat dekat situs masih banyak yang belum peduli atau memiliki sense of tourism yang rendah serta tidak tertarik untuk turut mengembangkan modal budaya setempat untuk mendukung wisata dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

4.3. Analisis SWOT

Penentuan strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Zona Wisata Bogor Barat dilakukan dengan analisis SWOT strength, weakness, opportunity dan threat. Unit analisis yang digunakan adalah desa yang berada di Zona Wisata Bogor Barat. Strategi yang dihasilkan merupakan gambaran strategi untuk semua desa yang ada di Zona Wisata Bogor Barat yaitu berdasarkan hasil overlay penilaian ODTW, kesiapan pengembangan CBE dan penilaian kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Strategi dibuat dengan membagi zona wisata Bogor Barat dalam tiga cluster yaitu desa dengan penilaian sangat baik, cluster desa penilaian baik dan cluster desa penilaian sedang. Dengan demikian, kondisi dari dalam desa yang bersifat negatif kelemahan dipandang sebagai faktor internal, sedangkan faktor-faktor dari luar desa yang merupakan peluang dan ancaman disebut sebagai faktor eksternal. Selanjutnya dilakukan pemilihan faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

4.3.1. Faktor Internal dan eksternal IFAS dan EFAS

Pemilihan faktor-faktor strategis internal atau IFAS Internal Factor Analysis Summary dilakukan berdasarkan kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki cluster desa-desa di Zona Wisata Bogor Barat baik desa yang masuk klasifikasi sangat baik, baik dan sedang seperti disajikan pada Tabel 30. Tabel 30 Kekuatan Cluster Desa Sangat Baik, Baik dan Sedang Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kode Kekuatan Cluster Desa Kategori Sangat Baik a Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan ekowisata 0,15 4 0,6 S1 b Persepsi masyarakat positif mengenai wisata berkelanjutanlestari 0,1 4 0,4 S2 c Adanya budaya khas dan beberapa peninggalan sejarah 0,1 4 0,4 S3 d Daya tarik objek di desa banyak yang masih alami 0,1 4 0,4 S4 e Keterbukaan masyarakat terhadap pengunjung didukung 50 masyarakat sekitar merupakan penduduk asli 0,04 3 0,12 S5 f Adanya motivasi ekonomi bagi masyarakat terhadap pengembangan wisata 0,04 3 0,12 S6 g Partisipasi masyarakat cukup baik 0,05 4 0,2 S7 h Adanya kepatuhan terhadap tokoh masyarakat tertentu 0,02 2 0,04 S8 Kekuatan Cluster Desa Kategori Baik a Daya tarik objek di desa banyak yang masih alami 0,2 4 0,8 S1 b Persepsi masyarakat positif tentang wisata berkelanjutan 0,1 4 0,4 S2 c Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi 0,1 4 0,4 S3 d Adanya kehidupan masyarakat yang masih tradisional 0,05 3 0,15 S4 e Lebih dari 50 masyarakat sekitar merupakan penduduk asli 0,05 3 0,15 S5 f Kepatuhan terhadap tokoh masyarakat tertentu 0,04 2 0,08 S6 Kekuatan Cluster Desa Sedang a Daya tarik objek di desa banyak yang masih alami 0,2 4 0,8 S1 b Persepsi masyarakat positif tentang wisata berkelanjutan 0,1 4 0,4 S2 c Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi 0,1 4 0,4 S3 d Adanya motivasi ekonomi bagi masyarakat terhadap pengembangan wisata 0,05 3 0,15 S4 eLebih dari 50 masyarakat sekitar merupakan penduduk asli 0,05 3 0,15 S5