Sistem Informasi Geografis TINJAUAN PUSTAKA

Getz dan Jamal 1994 diacu dalam Muallisin 2007 menyatakan perlunya upaya mengembangkan pondasi teoritis pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata. Selain itu perlu menganalisis watak dan tujuan dari model kolaborasi collaboration yang berbeda dari model kerjasama cooperation. Kolaborasi sebagai “sebuah proses pembuatan keputusan bersama diantara stakeholders otonom dari domain interorganisasi untuk memecahkan problem-problem atau me-manage isu yang berkaitan dengan pariwisata Getz dan Jamal 1994 diacu dalam Muallisin 2007. Proses kolaborasi meliputi : 1 Problem setting dengan mengidentifikasi stakeholders kunci dan isu-isu; 2 Direction setting dengan berbagi interpretasi kolaboratif, mengapresiasi tujuan umum; 3 Strukturisasi dan implementasikan dan 4 Institusionalisasi. Pelaksanaan CBE dapat berhasil dengan baik, ada elemen-elemen CBE yang harus diperhatikan, yakni : a. Sumberdaya alam dan budaya, b. Organisasi-organisasi masyarakat, c. Manajemen, d. Pembelajaran learning. Pembelajaran disini bertujuan untuk membantu proses belajar antara tuan rumah host community dan tamu guest, mendidik dan membangun pengertian antara cara hidup dan budaya yang beragam, meningkatkan kesadaran terhadap konservasi budaya dan sumberdaya diantara turis dan masyarakat luas.

2.7. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis SIG bukanlah suatu sistem yang semata-mata berfungsi untuk membuat peta, tetapi merupakan alat analisis analytical tool yang mampu memecahkan masalah spasial hampir di semua bidang ilmu yang bekerja dengan informasi keruangan memerlukan SIG diantaranya bidang kehutanan, perikanan, pertanian, pariwisata, lingkungan, perkotaan dan transportasi Jaya 2002. Berdasarkan tujuan dalam pengembangan kawasan wisata dan rekreasi, maka SIG juga berperan dalam mengkarakteristikan sumberdaya, mengidentifikasi kesesuaian yang potensial dan mengidentifikasikan konflik antar tujuan-tujuan tersebut. Proses identifikasi potensi kawasan untuk tujuan wisata melalui SIG dapat dilakukan dengan cara menumpangsusunkan overlay peta- peta tematik yang memuat karakteristik biofisik, sosial ekonomi dan sosial budaya terhadap peta-peta yang memuat persyaratan kriteria dari setiap kegiatan pembangunan yang direncanakan. Slow 1993 menyatakan proses SIG dalam identifikasi memerlukan data masukan yang disusun dalam bentuk format digital yang tersimpan dalam layer- layer peta dan basis data tabular. Proses pengelolaan basis data data base management system dan analisis keruangan merupakan proses komunikasi dalam pengambilan keputusan untuk suatu tujuan pemanfaatan ruang. Keunikan SIG dibandingkan dengan sistem pengelolaan basis data lainnya adalah kemampuannya untuk menyajikan informasi spasial dan non spasial secara bersama-sama. SIG merupakan alat analitik yang mampu memecahkan masalah- masalah spasial secara otomatis, cepat dan teliti. Kemampuan SIG dalam membantu pengambilan keputusan sangat bergantung pada kualitas database yang menyusun sebuah sistem informasi. SIG yang baik adalah SIG yang powerfull artinya SIG yang dilengkapi dengan kelengkapan, keakuratan dan ketelitian database yang digunakan dalam setiap analisis spasial Gunawan 1998 diacu dalam Kusumoarto 2006. Fungsi dasar SIG dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Fungsi Dasar SIG dalam Melakukan Analisis Ruang No Kelompok Fungsi 1 Fungsi manipulasi data Klasifikasi data Generalisasi disolving, merging, line smoothing Interpolasi Koreksi distorsi rubber sheeting Proyeksi 2 Pembentukan data Data titik, garis, poligon Koridorbuffer Gridding 3 Pengambilan data data extraction Pencarian kembali data search and identification Pengukuran jarak, luas, volume 4 Perbandingan comparison Pemotongan dan overlay point in polygon, polygon on polygon Proximity shortes route, nearest neighbour Connectivity route 5 Interpretasi Penentuan lokasi optimum Suitability 6 Hitungan Hitungan statistik Aplikasi SIG dengan analisis layer tematik dapat memprediksikan hasil kondisi tersebut, membandingkan, dan mengidentifikasi beberapa skenario yang tidak mungkin sekalipun. Dengan tujuan pemanfaatan ruang dalam hal ini untuk menilai potensi objek dan daya tarik wisata biasanya menghasilkan sejumlah pilihan yang mudah Slow 1993. Jaya 2009 menyatakan pemodelan modelling juga menjadi salah satu alternatif aplikasi bagi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Pemodelan memungkinkan seseorang untuk melakukan prediksi terhadap suatu fenomena yang menjadi perhatiannya, contohnya model yang memberi informasi mengenai tingkat kerawanan kawasan terhadap bencana alam. Model builder merupakan salah satu pemodelan spasial yang merekam semua proses yang terlibat seperti pembuatan buffer maupun overlay dari beberapa theme yang diperlukan untuk mengkonversi data input menjadi peta output. Model yang dibangun dapat berupa model sederhana maupun model kompleks. Satu input dapat diproses dengan berbagai tujuan untuk menghasilkan output yang berbeda Jaya 2009. Model builder mempunyai keunggulan diantaranya proses analisis yang cepat dan fleksibel dengan kerangka berpikir atau skema alur pikir jelas serta secara teknis tidak memerlukan operasi fisik yang memerlukan banyak memori Jaya 2009.

III. METODE PENELITIAN