Pengembangan program desa wisata yang khas sesuai potensi alam dan

menjadi contoh bagi desa yang memiliki potensi wisata untuk menjadikan desanya sebagai lokasi wisata pedesaan yang menawarkan keindahan bentang alam dan budaya. Pengembangan suatu desa wisata hendaknya juga dapat mendorong desa lain yang memiliki potensi sama untuk dapat dikembangkan sesuai karakteristik sumberdaya masing-masing baik sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya. Ardika 2009 menyebutkan dalam pengembangan wisata pedesaan perlu memperhatikan karakteristik lingkungan setempat, dampak negatif ditekan sekecil-kecilnya dan materi yang digunakan sesuai dengan lingkungan setempat. Selain itu bahan-bahan operasional yang ramah lingkungan recycle serta memperhitungkan daya dukung dari kawasan objek wisata karena ekowisata bukan merupakan mass tourism. Selain itu perlu dibuatnya kalender even yang lebih rutin yang menampilkan atraksi-atraksi kesenian tradisional yang menarik. Sebagai contoh yaitu di Kampung Budaya Sindangbarang, beberapa kesenian tradisional tidak hanya ditampilkan saat ada pemesanan paket wisata tapi dapat dijadwalkan dalam kalender even yang lebih rutin misalnya dalam bentuk festival-festival budaya dan seni tradisional dengan melibatkan desa-desa lain yang juga memiliki kesenian tradisional Sunda yang sudah jarang dipertunjukkan sebagai upaya pelestarian kebudayaan. Pengembangan desa wisata juga diharapkan dapat meningkatkan strandar hidup masyarakat desa. Nurhayati 2007 menyebutkan pengembangan desa wisata di Desa Candirejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan tapi juga peningkatan fasilitas fisik dan non fisik.

c. Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses.

Strategi ini dipilih dengan menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Strategi pendampingan masyarakat perlu dilakukan untuk mengawal jalannya proses, karena dalam penerapan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat tidak dapat dilakukan secara instan. Pendampingan merupakan suatu proses antara untuk mencapai kemandirian pengelolaan, sehingga proses ini dapat dihentikan setelah masyarakat siap untuk melaksanakan secara mandiri. Pendampingan pada masyarakat dapat dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung pengembangan CBE. Kegiatan tersebut antara lain dapat berupa pendampingan dalam hal boga, pembuatan dan pemasaran kerajinan tangan, bahasa Inggris dasar, etika pelayanan, manajemen, akuntansi sederhana, identifikasi jenis flora dan fauna. Pendampingan dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Pendampingan dapat dilakukan pengelola kawasan maupun pemerintah daerah yang bersifat mendorong, memfasilitasi dan membina untuk mencapai pengembangan wisata pedesaan oleh masyarakat secara mandiri. d. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat desa terutama SDM di objek wisata melalui berbagai pelatihan teknis dan manajerial. Strategi ini didasarkan pada pemanfaatan kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada. Strategi ini dipilih mengingat masih rendahnya latar belakang pendidikan masyarakat dan kurangnya kemampuan pelaku wisata di Zona Wisata Bogor Barat antara lain dalam pemanduan, penyediaan makanan, keterampilan membuat kerajinan sebagai souvenir khas dan pengelolaan usaha ekonomi. Jenis pelatihan yang dapat mendukung pengembangan ekowisata berbasis masyarakat antara lain keterampilan dalam etika pelayanan, bahasa Inggris dasar, identifikasi flora dan fauna, inventarisasi objek dan daya tarik wisata, boga, pembuatan dan pemasaran souvenir, manajemen dan akuntansi sederhana. Pada dasarnya, masyarakat sekitar objek wisata telah mengenal dengan baik kondisi kawasan karena masyarakat memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam berinteraksi dengan kawasan. Selain itu, masyarakat juga memiliki kemampuan dalam menyikapi kondisi alam, perubahan lingkungan yang terjadi akan dengan