Penilaian Potensi Wisata TINJAUAN PUSTAKA

Sedangkan dalam penerapannya, sebaiknya dapat mencerminkan dua prinsip lainnya, yaitu: 1. Prinsip edukasi yaitu pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya. 2. Prinsip wisata adalah pegembangan ekowisata harus dapat memberikan kepuasan dan memberikan pengalaman yang orisinil kepada pengunjung serta memastikan usaha ekowisata berkelanjutan. Fandeli dan Mukhlison 2000 menjelaskan suatu perencanaan akan menghasilkan pengembangan yang baik, bila dilaksanakan dengan pengenalan secara menyeluruh elemen-elemennya. Upaya menyajikan seluruh elemen ekowisata dapat didekati dengan elemen dan sistem pariwisata. Pada dasarnya setiap bentuk pengembangan pariwisata bertumpu pada dua elemen yaitu produk destination dan pasar wisata market. Untuk dapat mengembangkan kedua aspek ini diperlukan upaya pemasaran dan menganut aspek perjalanan. Dalam pengembangannya, terutama pada tahapan perencanaan dan programming, perlu dilakukan upaya pembekalan dan pemberdayaan baik pada pihak-pihak yang ingin mengembangkan ekowisata dan masyarakat setempat. Selanjutnya pola pengembangannya berbeda dari satu tempat atau daerah yang lain. Hal ini disebabkan status dan kondisi masing-masing daerah berbeda-beda satu sama lain.

2.4. Penilaian Potensi Wisata

Departemen Kehutanan 2007 menjelaskan pengembangan ekowisata di suatu kawasan erat kaitannya dengan pengembangan objek dan daya tarik wisata ODTW. Keseluruhan potensi ODTW merupakan sumberdaya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus sebagai media pendidikan dan pelestarian lingkungan. Penilaian potensi ODTW dapat menggunakan kriteria standar yang telah ditetapkan, karena dalam pengembangan wisata perlu diketahui penawaran pariwisata yang berupa produk kepariwisataan. Soekadijo 1996 menjelaskan potensi pariwisata dicirikan dengan adanya tiga komponen utama yang merupakan syarat untuk terbentuknya kegiatan pariwisata. Pertama adanya motif wisata, wisatawan akan berkunjung ke suatu tempat jika tempat tersebut terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisata. Kondisi yang sesuai dengan motif wisata tersebut merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut. Daya tarik bagi wisatawan tersebut disebut atraksi wisata yang dapat berupa fasilitas olahraga, tempat hiburan, museum, peninggalan sejarah, pertunjukan kesenian dan sebagainya. Kedua yaitu adanya jasa wisata karena wisatawan selama dalam perjalanan tetap memerlukan kebutuhan hidup seperti kehidupan biasa di tempat asalnya. Kebutuhan makan, mandi, beristirahat atau tourist needs didapatkan dari jasa wisata. Jasa wisata ini dapat berupa rumah makan, hotel, sarana kesehatan, sarana komunikasi dan sebagainya. Ketiga adalah kemudahan untuk berpindah tempat atau bepergian menuju objek wisata transferabilitas. Tanpa adanya kemudahan lalu lintas tersebut perjalanan wisata dari suatu tempat ke tempat lain sulit dilaksanakan. Segala sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata disebut sebagai modal atau sumberdaya kepariwisataan. Sumberdaya yang dapat menarik kedatangan wisatawan ada tiga yaitu alam, kebudayaan dan manusia itu sendiri. Departemen Kehutanan 2007 menjelaskan pariwisata sering juga dipersalahkan sebagai salah satu penyebab kerusakan daerah yang masih alami. Padahal penyebab kerusakan bukan karena pariwisata namun terlebih karena kurang pahamnya banyak orang tentang pariwisata dan bagaimana merencanakan pariwisata tersebut. Orang sering mengabaikan satu tahap penting yaitu melakukan penilaian seluruh potensi yang akan mendukung pengembangan pariwisata. Penilaian juga dilakukan sebagai upaya bagi daerah yang akan mengembangkan menjadi daerah tujuan wisata yang akan diketahui potensi pengembangannya. Pengelola maupun para pengembang pariwisata lainnya dapat memberikan justifikasi kelayakan suatu daerah untuk dikembangkan serta sekaligus menetapkan prioritas pengembangannya. Pengembangan objek dan daya tarik wisata dapat berjalan efektif dan efisien, perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata dan ditetapkan skala prioritas dalam pelaksanaan pembangunan. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2007 menjelaskan skala prioritas pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata dapat dilakukan dengan menggunakan Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata PPDTW. PPDTW adalah suatu alat untuk menganalisa suatu objek lokasi wisata alam dan budaya dengan menggunakan instrumen kriteria penilaian dan pengembangan untuk mendapatkan gambaran kelayakan pengembangan suatu objek menjadi objek wisata. Penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata sangat diperlukan untuk mempersiapkan kawasan sebagai destinasi pariwisata di masa datang. Suatu proses perencanaan yang terstruktur sangat penting agar perusakan terhadap sumber-sumber daya pariwisata dapat dihindari sedini mungkin. Salah satu tahapan dalam perencanaan yang runut sistematis dan selayaknya dilakukan adalah melaksanaan kajian awal pengembangan dengan melakukan penilaian assesment terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2007. Pedoman penilaian daya tarik wisata tourism assesment attraction guideline dapat menjadi tuntunan bagi para pemangku kepentingan pariwisata melakukan penilaian kuantitatif secara cepat quantitative rapid assessment keadaan terkini suatu daya tarik pariwisata dan unsur-unsur lain yang membentuknya sebagai produk pariwisata. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2008 melakukan uji coba PPDTW di tiga lokasi yang berbeda sebagai upaya akhir untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi daya tarik wisata dalam pengembangan suatu produk pariwisata dan melakukan penempatan positioning daya tarik pariwisata tersebut dalam skala prioritas pengembangan destinasi. Lokasi yang dipilih adalah Garut di propinsi Jawa Barat, Tana Toraja di Propinsi Sulawesi Selatan dan Palangka Raya di Propinsi Kalimantan Tengah. Beberapa unsur yang dinilai dalam kriteria PPDTW diantaranya daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, aspek masyarakat dan lingkungan, aspek pasar, pengelolaan dan pelayanan dan keterkaitan daya tarik wisata.

2.5. Ekowisata Berbasis Masyarakat