conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina,
melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. 4.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam
pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. 5.
Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga
kelestarian kawasan alam. 6.
Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan
dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini.
7. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak untuk mengkonservasi flora
dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. 8.
Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun
mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.
2.5 Perencanaan Lanskap
Lanskap berdasarkan Simonds 2006 merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia,
dimana suatu lanskap dikatakan alami jika area atau kawasan tersebut memiliki keharmonisan dan kesatuan antar elemen-elemen pembentuk lanskap. Rachman
1984 menyatakan bahwa lanskap sebagai wajah karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka bumi dengan segala sesuatu dan apa saja yang ada di dalamnya,
baik yang bersifat alami maupun buatan manusia yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang,
sejauh indera dapat menangkap, dan sejauh imajinasi dapat menangkap dan membayangkan.
Perencanaan lanskap merupakan penataan lanskap berdasarkan potensi, amenity
, kendala dan bahaya lanskap tersebut guna mewujudkan suatu bentukan lahan yang berkelanjutan, indah, fungsional dan memuaskan bagi penggunanya.
Proses perencanaan meliputi proses pengumpulan dan penginterpretasian data, proyeksi ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan yang
beralasan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam suatu bentang alam.
Menurut Gold 1980, perencanaan adalah suatu alat yang sistematis, yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk
pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain:
1. Pendekatan sumber daya, yaitu penentuan tipe cara alternatif aktivitas
berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya. 2.
Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan
apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang. 3.
Pendekatan ekonomi, yaitu pendekatan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi.
4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan
perilaku manusia. Menurut Rachman 1984, perencanaan lanskap ialah suatu perencanaan
yang berpijak kuat pada dasar ilmu lingkungan atau ekologi dan pengetahuan alami yang bergerak dalam kegiatan penelitian atas lahan yang luas dalam
mencari ketepatan tata guna tanah di masa yang akan datang.
III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu