Pengembangan Konsep Perencanaan .1 Konsep Pengembangan Ruang

Fungsi ekonomi , berhubungan dengan fungsi lainnya untuk menghasilkan keuntungan ekonomi baik dari aspek wisata maupun aspek budidaya yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Fungsi ekonomi ini bertujuan untuk memperdayakan masyarakt lokal dalam perencanaan maupun pengelolaan kawasan sehingga nilai kesejahteraan saat lokasi masih dilakukan penambangan akan tetap ada. 5.6.2 Pengembangan Konsep Perencanaan 5.6.2.1 Konsep Pengembangan Ruang Pembagian ruang yang diterapkan di tapak berdasarkan kesesuaian aspek sumberdaya alam, sumberdaya wisata, sumberdaya manusia dan mengacu kepada konsep ekowisata itu sendiri sehingga terdapat ruang yang dapat dimanfaatkan zona pemanfaatan dan ruang yang harus dikonservasi zona konservasi. Ruang yang dapat dimanfaatkan antara lain ruang wisata berbasis rekreasi, wisata berbasis edukasi, pelayanan dan penerimaan dan budidaya. Sedangkan ruang yang dikonservasi antara lain adalah ruang konservasi dan ruang penyangga. Diagram pengaturan ruang dapat dilihat pada Gambar 25.

5.6.2.2 Konsep Pengembangan Sirkulasi

Konsep sirkulasi ekowisata yang dikembangkan bertujuan untuk memberi kepuasan pada wisatawan dalam berwisata. Sirkulasi berfungsi sebagai penghubung antar ruang dalam tapak atau dalam ruang itu sendiri secara Gambar 25. Diagram Konsep Ruang fungsional. Selain itu keberadaan jalur sirkulasi juga akan menjaga dan mengatur sirkulasi wisatawan agar setiap ruang dimanfaatkan sesuai daya dukungnya. Jenis jalur sirkulasi disesuaikan dengan intensitas penggunaan serta fungsi dari ruang- ruang yang dihubungkan jalur tersebut. Selain itu pembentukan jalur sirkulasi yang dibentuk mengutamakan kondisi fisik pada tapak. Konsep sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga jalur yaitu jalur primer yang menghubungankan ruang yang terdapat di tapak dan dapat dilalui kendaraan bermotor dengan pola linear. Jalur sekunder merupakan jalur yang terdapat di dalam ruang-ruang wisata dengan pola loop sehingga mengelilingi ruang wisata. Jalur ini hanya dapat dilalui pejalan kaki dan sepeda, tujuannya untuk membatasi jumlah pengunjung ke tapak. Jalur ini dilengkapi dengan papan interpretasi untuk memberi informasi dan edukasi pada pengunjung. Sedangkan jalur sirkulasi air berfungsi sebagai jalur wisata bersampan pada danau utama. Diagram konsep sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 26.

5.6.2.3 Konsep Pengembangan Wisata

Aktifitas wisata yang akan dikembangkan di Pit Ata diarahkan bersifat edukatif dan rekreatif. Secara keseluruhan area ekowisata ini menjadikan alam sebagai objek utamanya dimana setiap aktifitas yang dilakukan memanfaatkan potensi alam yang ada. Aktifitas wisata yang bersifat edukatif berupa interpretasi Gambar 26. Diagram Konsep Sirkulasi terhadap keanekaragaman vegetasi dan satwa lokal yang terdapat di tapak. Selain itu, pengunjung dapat mempelajari bagaimana area pasca tambang yang sudah rusak secara ekologis dapat bermanfaat dalam jangka panjang dengan prinsip- prinsip konservasi alam dalam proses pertambangan. Hal ini dapat memanfaatkan museum indoor maupun outdoor yang menunjukan kondisi kawasan sebelum pertambangan, saat pertambangan berlangsung dan sesudah pertambangan. Alternatif edukasi yang diberikan adalah edukasi terkait budidaya tanaman hutan dan perikanan. Area budidaya ini dapat dimanfaatkan dan dikelola oleh masyarakat sehingga dapat menjadi suatu atraksi wisata. Aktifitas rekreasi di tapak direncanakan untuk dapat menampung kebutuhan rekreasi pengunjung dari segala usia dan golongan ekonomi. Rekreasi ini merupakan rekreasi alam yang mencakup rekreasi aktif sampai pasif. Kegiatan rekreasi ini diharapkan tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh pengunjung akan tetapi masyarakat lokal dan pegawai tambang di sekitar lokasi. Akan tetapi kegiatan rekreasi harus tetap terbatas penggunaannya sesuai daya dukung kawasan agar dapat berkelanjutan.

5.6.2.4 Konsep Pengembangan Vegetasi

Konsep vegetasi dalam pengembangan kawasan ekowisata pada Pit Ata dibagi menjadi empat fungsi. Peta konsep vegetasi dapat dilihat pada Gambar 27. 1. Fungsi Konservasi Vegetasi berfungsi untuk mengkonservasi tanah, air dan membentuk habitat satwa lokal. Vegetasi konservasi di dalam tapak terutama dikembangkan pada area sempadan danau utama dan sungai dan area yang memiliki kemiringan curam hingga sangat curam. Pemilihan jenis vegetasi diutamakan vegetasi lokal karena selain dapat menjadi objek edukasi, vegetasi lokal akan sesuai dalam membentuk habitat satwa lokal. 2. Fungsi Estetika Vegetasi berfungsi sebagai elemen keindahan pada tapak yang mampu menghadirkan suasana visual yang baik. Vegetasi estetika terutama dikembangkan di ruang penerimaan, pelayanan, wisata rekreasi dan area sekitar bangunan. Gambar 27. Peta Konsep Vegetasi 3. Fungsi Pengarah Vegetasi berfungsi untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan maupun pejalan kaki. Vegetasi pengarah dikembangkan di sepanjang jalur sirkulasi. 4. Fungsi Penyangga Vegetasi berfungsi untuk melindungi kawasan wisata dari aktivitas negatif dari luar kawasan yang dapat merusak kawsan wisata itu sendiri. Vegetasi penyangga dikembangkan pada ruang penyangga. 5. Fungsi Produksi Penggunaan vegetasi produksi dikembangkan pada ruang budidaya. Pemilihan jenis vegetasi yang digunakan merupakan tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomis dari hasil kayunya maupun non kayu.

5.6.2.5 Konsep Pengembangan Fasilitas

Fasilitas yang direncanakan dalam tapak adalah fasilitas yang dapat menunjang aktifitas dan fungsi pada masing-masing ruang. Kriteria fasilitas yang direncanakan adalah fasilitas yang aman, nyaman, berkesan alami, tahan terhadap iklim dan vandalism, mudah dalam perawatan, serta pada bangunan fasilitas tertentu dapat mengikuti bentuk arsitektural rumah banjar yang menjadi bentuk rumah warga lokal. Penempatan fasilitas pada setiap ruang disesuaikan dengan kondisi fisik tapak kemiringan lahan, fungsi, aspek visual yang mendukung dan estetikanya. Perkiraan luas bangunannya disesuaikan dengan standar yang ada dan penempatannya tidak terlalu masal sehingga mengurangi kesan alami pada tapak.

5.7 Perencanaan Lanskap

Dokumen yang terkait

Perencanaan Lanskap Area Rekreasi Pada Lahan Pasca Tambang Batubara Di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kalsel

1 15 222

Pendugaan Kandungan Karbon pada Tegakan Akasia (Acacia mangium) dan Sengon (Paraserianthes falcataria) di Lahan Reklamasi Pasca Tambang Batubara PT Arutmin Batulicin, Kalimantan Selatan

0 6 115

Strategi Manajemen Lahan Pasca-Tambang Untuk Praktik Agroforestri di PT. Arutmin Indonesia Kalimantan Selatan

0 10 195

Perencanaan reklamasi tambang batubara dalam kawasan hutan untuk pengembangan wilayah desa lingkar tambang (studi kasus PT Arutmin Indonesia tambang batulicin Kalimantan Selatan)

0 5 153

Rencana Pengelolaan Lanskap Pasca Tambang untuk Kawasan Agroforestri di PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Kalimantan Selatan

0 9 92

Studi Pertumbuhan Tanaman Revegetasi Pasca Tambang Batu Bara di PT Arutmin Indonesia Site Batulicin Kalimantan Selatan

0 5 38

Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Batubara Sebagai Arboretum di Kawasan Tanah Putih Pulau Sebuku Kalimantan Selatan

2 10 81

Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Nikel PT INCO sebagai Kawasan Ekowisata di Sorowako Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan

2 23 85

PENDAHULUAN PELAKSANAAN KEWAJIBAN REKLAMASI OLEH PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DI KABUPATEN TANAH BUMBU PROPINSI KALIMANTAN SELATAN ( Studi Kasus PT ARUTMIN INDONESIA ).

0 2 10

PENUTUP PELAKSANAAN KEWAJIBAN REKLAMASI OLEH PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DI KABUPATEN TANAH BUMBU PROPINSI KALIMANTAN SELATAN ( Studi Kasus PT ARUTMIN INDONESIA ).

0 3 4