tanah pucuk tersebut harus dikumpulkan keluar batas daerah penimbunan atau diamankan ke tempat kumpulan tanah pucuk. Kemudian lapisan tanah penutup
ditimbun di luar areal tambang dengan sistem terasering dan recountoring. Pada kaki daerah penimbunan waste dump dibuat kolam pengendapan settling pond
untuk menangkap air permukaan dan mengendapkan lumpur yang terangkut.
2.2 Lanskap Pasca Tambang
Kegiatan penambangan terbuka open mining dapat mengakibatkan gangguan seperti:
1. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
2. Penurunan muka tanah atau bentuk cadangan pada sisa bahan galian yang
dikembalikan ke dalam lubang galian. 3.
Penanaman kembali vegetasi pada galian tambang yang ditutupi kembali atau yang
ditelantarkan. Penambangan
yang dibiarkan
terlantar akan
mengakibatkan permasalahan. 4.
Bahan galian tambang apabila ditumpuk atau disimpan dapat mengakibatkan bahaya longsor, dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.
5. Mengganggu proses penanaman kembali vegetasi pada galian tambang yang
ditutup kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan organikhumus atau unsur hara telah tercuci.
Dampak terhadap komponen lingkungan fisik-kimia dan biologi tersebut tidak dapat dihindarkan namun dapat ditekan seminimal mungkin. Selain dampak
negatif, proyek pertambangan batubara di wilayah Batulicin akan menimbulkan dampak positif terhadap lingkungan sosial dan ekonomi dalam bentuk terbukanya
peluang kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat setempat, serta meningkatkan pendapatan daerah ANDAL PT Arutmin, 2003.
Kegiatan pasca tambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan UU RI No 4 Tahun 2009.
2.3 Kegiatan Reklamasi Pasca Tambang
Reklamasi adalah usaha memperbaiki memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang telah rusak kritis sebagai akibat dari kegiatan
usaha pertambangan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu:
1. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu
ekologinya. 2.
Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya.
Melalui upaya reklamasi lahan dengan menggunakan teknologi dan pemberdayaan masyarakat, maka diharapkan dapat menambah luas areal taman
yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi tanaman Pedoman Teknis Reklamasi Lahan, 2006.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 76 tahun 2008 tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan, reklamasi hutan adalah usaha untuk
memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
Pada pasal 19 tertulis bahwa rencana reklamasi kawasan hutan pada lahan bekas tambang dilaksanakan oleh perusahaan pertambangan sebagai pemegang
izin pinjam pakai kawasan hutan sesuai dengan proposal yang diajukan oleh perusahaan pertambangan.
2.4 Ekowisata