Terlihat bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli 2010 sebesar 731mmbulan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Januari 2010 sebesar
73mmbulan. Berdasarkan sistem Klasifikasi Oldeman yang menyatakan bahwa bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan 200mm dan bulan kering
memiliki curah hujan 100mm. Maka terlihat bahwa pada tahun 2010 tersebut terdapat 1 bulan kering dan 14 bulan basah dan tergolong tipe A1 yang berarti
memiliki curah hujan yang tinggi atau dapat ditanam padi sepanjang tahun.
Curah hujan yang tinggi merupakan potensi bagi suplai air tanah dan sumber ketersedian air danau bagi tanaman terutama saat musim kering. Curah
hujan yang tinggi juga dapat menimbulkan erosi, khususnya pada area dengan kemiringgan tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan penanaman tanaman ground
cover yang dapat mengikat tanah dengan baik.
5.1.2 Aspek Biofisik a. Vegetasi
Kegiatan revegetasi atau penanaman kembali lahan-lahan yang terbuka dimaksudkan untuk mengembalikan penutupan lahan dan memulihkan kesuburan
tanah. Berdasarkan laporan pemantauan lingkungan PT AI, pada pit Ata terdapat beberapa area yang telah direvegetasi dengan ditanam vegetasi pioneer exotic dan
pioneer lokal. Jenis pioneer exotic antara lain Sengon dan Akasia sedangkan
Gambar 14. Grafik Curah Hujan Bulanan Batulicin Tahun 2010
Sumber: PT Arutmin Indonesia
m m
Bulan
tanaman pioneer lokal adalah Gamal, Kapuk, Trembesi, Sungkai, Meranti, Ulin dan buah-buahan seperti mangga, jambu dan durian. Sebanyak 163.542 pohon
telah ditanam dilokasi reklamasi pit Ata sampai dengan April 2010 sebagaimana terlihat pada Tabel 6. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan proses
penambangan. Tanaman yang mendominasi wilayah adalah sengon.
Tabel 6. Daftar Vegetasi Kawasan Reklamasi di Pit Ata.
No Nama Latin
Nama Lokal Jumlah Pohon
1 Paraserianthes falcataria
Sengon 87.196
2 Acacia mangium
Akasia 50.924
3 Glericidia maculata
Gamal 350
4 Ceiba petandra
Kapuk 1.879
5 Peronema canescens
Sungkai 3.670
6 Samanea saman
Trembesi 15.857
7 Swietenia mahagoni
Mahoni 6.000
8 Shorea sp
Meranti 380
9 Macaranga javanica
Mahang 400
10 Ficus elastica
Karet 610
11 Terminalia catappa
Ketapang 201
12 Gmelina arborea
Gamelina 1263
13 Erythrina
Dadap 580
Proses revegetasi dilakukan seiring dengan proses penambangan. Hal ini harus sejalan dengan rencana penambangan. Saat ini terdapat tanaman reklamasi
yang memiliki umur yang berbeda. Menurut Atmojo 2008, peran vegetasi dalam mengendalikan stabilitas lereng sangat ditentukan oleh sifat-sifat dari akarnya,
antara lain; 1 bentuk system perakarannya tunggang-serabut, 2 kedalaman akar, 3 Sebaran perakaran, 4 susunan akar nisbah akar: tanah atau berat
biomasa akar per satuan volume akar, dan 5 kekuatan akar. Hal ini menunjukan bahwa area reklamasi dengan umur pohon yang lebih tua akan menunjukan
kestabilan tanah yang lebih baik, sehingga pemanfaatan wisata yang lebih intensif dapat dilakukan. Peta progres revegetasi pada tapak hingga periode triwulan 1
tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 15. Dalam menganalisis tapak, dengan mempertimbangkan tingkat kestabilan
tanah, peta rekalamasi dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu area tapak yang baik, cukup dan buruk. Area yang baik merupakan area reklamasi yang memiliki pohon
Gambar 15. Peta Progres Revegetasi
dengan umur 6 – 4 tahun. Area cukup baik merupakan area yang memiliki pohon dengan umur 3-2 tahun. Area buruk merupakan area yang memiliki pohon dengan
umur di bawah 1 tahun atau belum ditanam. Danau atau badan air pada tapak tergolong area yang cukup baik karena kualitasnya yang kurang baik akan tetapi
masih dapat ditanami tanaman air. Kondisi tanaman reklamasi berdasarkan umurnya dapat dilihat pada Gambar 16. Peta analisis vegetasi dapat dilihat pada
Gambar 17.
b. Satwa