untuk pengembangan wisata dan area dengan kemiringan lebih dari 25 atau area yang buruk yaitu tidak sesuai untuk pengembangan wisata. Danau atau badan
air tergolong area yang buruk karena bentukan lahan danau berupa cekungan sehingga memiliki kemiringan yang curam.
Pada area yang sedang tetap dapat dilakukan aktivitas pada area ini tapi diperlukan penerapan teknologi seperti pelandaian bentukan lahan. Area yang
buruk merupakan area yang berbahaya sehingga sebaiknya dikonservasi, akan tetapi area ini masih dapat dilakukan pengembangan aktivitas yang hanya bersifat
pasif seperti jalan-jalan dan melihat-melihat. Peta analisis kemiringan lereng dapat dilihat pada Gambar 10.
c. Jenis dan Karakteristik Tanah
Kondisi tanah pada kawasan tambang akan berbeda dengan tanah pada umumnya. Kegiatan penambangan akan merusak kondisi fisik maupun kimia
tanah. Proses reklamasi lahan diharapkan dapat memperbaiki kondisi tanah yang telah rusak sehingga mampu menjadi media tanam yang baik.
Berdasarkan dokumen ANDAL PT Arutmin Indonesia tahun 2003, di pit Ata didominasi oleh tanah Ultisol Sistem Klasifikasi Soil Taxonomy. Tanah
Ultisol umumnya berkembang dari bahan induk tua. Tanah ini sering diidentikan dengan tanah yang kurang subur dengan nilai pH relatif rendah yaitu dibawah 5,5.
Struktur tanah ultisol relatif tidak mantap sehingga peka terhadap erosi. Meskipun kesuburan alamiah Ultisol tidak terlalu baik, tanah ini memberikan respons baik
terhadap pengelolaan yang tepat seperti pengapuran dan pemupukan Soepardi, 1983.
Berdasarkan laporan pemantauan lingkungan PT AI Tambang Batulicin, telah dilakukan perbandingan kondisi tanah area reklamasi dengan area hutan
alami yaitu area yang tidak terganggu. Hal ini dilakukan guna melihat keberhasilan proses reklamasi dalam memperbaiki kondisi tanah. Pada area
reklamasi pit Ata dengan umur tanaman 2 tahun tercatat pH tanah sebesar 3,61, nilai bulk density 1,6 grmL dan nilai porositas sebesar 38,2. Sedangkan pada
area reklamasi dengan umur tanaman 5 tahun tercatat bahwa pH tanah sebesar
1
Gambar 10. Peta Analisis Kemiringan Lereng
3,64, nilai bulk density 1,4 grmL dan nilai porositas sebesar 46,8. Jika dibandingkan dengan kondisi tanah di area hutan alami terdapat nilai pH sebesar
3,94, nilai bulk density sebesar 1,2 grmL dan nilai porositas sebesar 52,7. Berdasarkan data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa nilai pH, bulk
density dan porositas tanah seiring dengan bertambahnya umur tanaman
mengalami perbaikan kondisi dimana semakin mendekati kondisi pada area hutan alami. Selain pH, bulk density dan porositas dilakukan perbandingan terkait
kandungan unsur hara makro maupun mikro pada area reklamasi dan hutan alami. Tercatat bahwa kondisi unsur hara pada area reklamasi berada pada kondisi
normal dan hanya terdapat beberapa unsur hara dengan kadar yang sangat tinggi, akan tetapi kondisi tersebut semakin membaik seiring dengan bertambahnya umur
tanaman. Kondisi tanah yang semakin membaik pada area reklamasi menunjukan
keberhasilan proses reklamasi. Oleh karena itu, pemantauan kondisi fisik maupun kimia tanah sebaiknya dilakukan secara kontinyu sehingga secara intesif dapat
diketahui kebutuhan perlakuan pada tanah. Kondisi kimia tanah yang buruk dapat ditingkatkan dengan pengapuran atau pemupukan tanah, sedangkan kondisi fisik
tanah yang buruk dapat ditingkatkan dengan penggemburan secara kontinyu.
d. Hidrologi