Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika

45

2. Menyusun butir-butir soal instrumen

Butir-butir soal instrumen akan disusun berupa soal pilihan ganda dengan masing-masing terdiri dari empat alternatif jawaban untuk tes prestasi belajar dan lima alternatif jawaban untuk angket aktivitas belajar matematika siswa.

3. Mengadakan uji coba instrumen

Setelah penyusunan instrumen penelitian selesai dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen yang telah tersusun sebelum dikenakan pada sampel penelitian. Tujuan uji coba adalah untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar reliabel dan konsisten atau tidak. Atau dengan kata lain tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah instrumen telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik atau belum. Syarat-syarat tersebut antara lain:

a. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika

Instrumen tes prestasi belajar matematika yang disusun berupa tes pilihan ganda dan terdiri dari 30 butir soal dengan masing-masing butir soal terdiri dari empat alternatif jawaban dengan materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. 1 Validitas Isi Suatu instrumen dikatakan valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang diukur. Validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkorelasikan instrumen dengan suatu kriteria sebab tes itu 46 adalah kriteria dari suatu kinerja. Agar memiliki validitas isi, instrumen tes prestasi belajar menurut Budiyono 2003:58 harus diperhatikan hal-hal berikut ini: a Bahan uji tes harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar. b Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang telah diajarkan. c Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar. Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement atau penelitian yang dilakukan oleh para pakar dan semua kriteria penelaahan instrumen tes harus disetujui oleh validator. 2 Uji Konsistensi Internal Konsistensi internal tiap butir soal dapat dilihat dari korelasi antara skor tiap butirnya dengan skor totalnya. Tujuan uji konsistensi internal ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen tes telah konsisten, artinya instrumen tes mempunyai indeks konsisten atau daya pembeda yang dapat membedakan anak yang pandai dan yang kurang pandai. 47 Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut: 2 2 2 2 − − − = Y Y X X r n n Y X XY n xy dengan : XY r : indeks konsistensi internal suatu butir tes. n : banyaknya subyek yang dikenai tes. X : skor butir soal tertentu. Y : skor total. Berdasarkan perhitungan, jika indeks konsistensi internal suatu butir tes kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. Budiyono, 2003: 65 3 Uji Reliabilitas Suatu instrumen disebut reliabel, menurut Budiyono 2003: 65, jika seseorang melakukan pengukuran instrumen yang sama pada waktu yang berbeda maka hasil pengukurannya adalah sama. Atau jika dilakukan oleh orang yang berbeda tetapi dengan kondisi yang sama, maka pengukuran dengan instrumen yang sama akan memberi hasil yang sama pula. Tes prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan tes pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban, dengan setiap jawaban benar akan diberi skor 1 dan setiap jawaban salah akan diberi skor 0. 48 Sehingga untuk mengukur reliabilitas dari tes prestasi belajar menggunakan teknik Kuder-Richardson atau biasa disebut dengan KR- 20 , yaitu: 11 r = − − 2 1 1 2 1 t t s q p s n n dengan : 11 r : reliabilitas tes secara keseluruhan n : banyaknya item 2 t s : variansi total 1 p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar 1 q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah 1 q =1- 1 p Budiyono, 2003: 69 Instrumen dengan indeks reliabilitasnya lebih dari 0,7 atau 7 , 11 r saja yang dapat dianggap baik atau dapat digunakan dalam kaitannya dengan uji reliabilitas. Budiyono, 2003: 72 4 Daya Beda Dalam menghitung daya beda terlebih dahulu ditetapkan masing- masing 27 dari kelompok atas yang mempunyai skor tertinggi dan menetapkan pula 27 dari kelompok bawah yang 49 mempunyai skor rendah Saifudin Azwar, 1991. Kemudian baru dimasukkan ke dalam rumus: R N R n T N T n d − = Keterangan: d = daya pembeda item. nT = banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok atas. NT = banyaknya subyek kelompok tinggi. nR = banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok bawah. NR = banyaknya subyek kelompok bawah. Dalam penelitian ini soal yang digunakan adalah soal yang mempunyai nilai daya beda D ≥ 0,30. 5 Tingkat Kesukaran Indeks kesukaran didapat dengan menggunakan rumus: JS B TK = TK = Indeks kesukaran setiap butir soal. B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal. JS = Banyaknya siswa yang memberi jawaban. Suharsimi Arikunto, 1998:208 50 Setelah diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut : 0,70 TK ≤ 1,00 : soal uji mudah 0,30 TK ≤ 0,70 : soal uji sedang 0,00 TK ≤ 0,30 : soal uji sukar Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika tingkat kesukaran antara 0,30 TK ≤ 0,70.

b. Instrumen Angket Aktivitas Belajar Siswa

Dokumen yang terkait

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008

1 26 227

Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe stad pada pokok bahasan fungsi ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas viii Smp negeri kota surakarta Tahun pelajaran 2008 2009

0 3 100

Eksperimentasi Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2008 2009

0 92 278

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 8 237

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

0 3 119

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA.

0 0 8

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN ALAT PERAGA PADA Eksperimentasi Pengajaran Matematika Menggunakan Metode Diskusi Dengan Alat Peraga Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa.

1 5 16

PENDAHULUAN Eksperimentasi Pengajaran Matematika Menggunakan Metode Diskusi Dengan Alat Peraga Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa.

0 0 6

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF (PISK) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 MOJOLABAN.

0 1 21

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX F SMP NEGERI 2 SUKOHARJO SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | Sumaryani | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematik

0 0 9