Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas membutuhkan tahapan dan proses yang relatif lama dan berkelanjutan. Adapun salah satu solusinya adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan demikian untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pendidikan yang berkualitas pula. Di bidang pendidikan pemerintah berupaya mengadakan perbaikan, antara lain mengeluarkan kebijakan yang mengatur, membina dan mengembangkan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mencakup peningkatan ilmu terapan dan ilmu pengetahuan dasar. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam bidang matematika. Matematika adalah dasar dari pengetahuan ilmu yang lain, karena matematika bukan pengetahuan yang menyendiri tetapi matematika membantu manusia dalam memahami dan memecahkan masalah sosial, ekonomi dan alam. Pada umumnya kemampuan matematika siswa SMP berdasarkan nilai matematika masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai bidang studi yang lain Sumber : Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Kota Surakarta Tahun 2008. Untuk itu pengajar matematika harus mengetahui seberapa besar tingkat 2 kemampuan setiap siswanya yang diajar. Hal ini perlu dilakukan karena guru dalam mengajar menyampaikan materi pelajaran matematika sering terhambat karena kurangnya kemampuan penguasaan materi oleh siswa meskipun konsep matematika yang sedang diajarkan sudah pernah dijelaskan sebelumnya oleh guru. Hal ini menimbulkan dilema bagi guru apakah harus mengulangi pengajaran tentang topik yang belum dikuasai oleh siswa meskipun menyangkut kurangnya waktu untuk menjelaskan kembali atau dibiarkan saja dengan menyuruh siswa belajar sendiri dan guru melanjutkan pengajaran tentang topik baru. Penyebab lain rendahnya prestasi belajar matematika siswa adalah karena matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh siswa, bahkan ada siswa yang merasa takut, bosan dan tidak tertarik. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah lanjutan, mata pelajaran matematika banyak memuat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sukar dipelajari. Juga memuat banyak rumus-rumus dan hitungan-hitungan dalam pemecahan masalah yang rumit. Hal inilah yang menimbulkan kesan atau anggapan pada siswa bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dipelajari dan kurang diminati, terutama bagi sekelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah. Padahal matematika yang dipelajari oleh siswa di sekolah sifat materinya masih elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasyarat konsep yang lebih tinggi, banyak aplikasinya dalam kehidupan di masyarakat. Konsep-konsep matematika yang dipelajari bisa didekati dengan menggunakan pengalaman siswa atau benda-benda konkret yang ada dalam kehidupan sehari-hari. 3 Oleh karena itu sebagai guru matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode keterampilan dalam pengajaran matematika. Dalam hal ini hendaknya guru harus kreatif dan inovatif dalam memilih metode mengajar, misalnya penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan topik pokok bahasan atau penggunaan media pembelajaran, sehingga dapat membuat proses belajar mengajar matematika menjadi menarik dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa serta membuat siswa ikut berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian pemahaman terhadap konsep-konsep matematika akan lebih mantap dan akan merubah anggapan siswa bahwa matematika bukanlah pelajaran yang sulit dan membosankan. Kenyataan di lapangan banyak dijumpai guru dalam mengajar matematika masih menggunakan cara konvensional tradisional. Dalam pembelajaran matematika dengan cara konvensional kegiatan belajar mengajar banyak didominasi oleh guru, sehingga yang aktif adalah guru. Dengan demikian siswa cenderung pasif, hanya mendengarkan, memperhatikan dan mencatat apa yang telah diterangkan oleh guru. Oleh karena itu guru matematika harus mencari suatu metode pembelajaran yang menarik sehingga dapat membuat siswa menjadi berminat pada pelajaran matematika dan terlibat secara aktif pada saat proses belajar mengajar di kelas. Untuk mengatasi kenyataan tersebut di atas sebagai seorang guru mencoba bereksperimentasi tentang pembelajaran marematika dengan menggunakan alat peraga dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa 4 . Dalam pembelajaran matematika terdapat konsep-konsep yang diajarkan dapat dijelaskan ke dalam model-model situasi nyata yaitu berupa alat peraga. Alat peraga yang dapat digunakan untuk menerangkan konsep matematika dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar. Keuntungan alat peraga adalah dapat dipindah-pindahkan atau dimanipulasi, sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat disajikan dalam bentuk tulisan atau buku. Sehingga bentuk tulisan dari alat peraga tersebut dapat dibuat gambar. Penggunaan alat peraga akan membuat suasana belajar matematika menjadi lebih menarik dan dapat membantu siswa dalam menerima konsep yang dipelajari. Dengan menggunakan alat peraga juga dapat membantu daya tangkap siswa dan daya serap siswa akan lebih mudah tercapai. Agar pembelajaran berhasil dengan baik, seorang guru harus mempunyai keterampilan untuk dapat mengkonstruksimendesain dan menggunakannya macam-macam alat peraga yang tepat untuk materi yang akan dipelajari siswa. Selain metode pembelajaran, keberhasilan belajar siswa tidak lepas dari faktor internal yang dimiliki oleh setiap siswa. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada keberhasilan belajar siswa adalah aktivitas belajar siswa. Dalam belajar matematika, aktivitas siswa tidak hanya mendengar dan mencatat apa yang diterangkan oleh guru tetapi siswa juga harus berperan aktif, misalnya bertanya, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan guru dan sebagainya. Aktivitas belajar siswa tidak hanya di sekolah saja tetapi juga akativitas belajar siswa di rumah, di perpustakaan atau di tempat lain yang memungkinkan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar siswa bervariasi, ada siswa yang mempunyai aktivitas belajar 5 tinggi dan ada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Ada sebagian siswa yang tidak tertarik pada mata pelajaran matematika, karena menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Dengan tidak menyukai mata pelajaran matematika maka aktivitas belajar siswa juga akan rendah. Oleh karena itu sebagai seorang guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan keaktifan siswa. Mengingat aktivitas belajar siswa mempunyai peran yang penting dalam proses belajar mengajar maka guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang menarik dan melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Penerapan metode pembelajaran dengan alat peraga pada saat menyampaikan materi pelajaran diharapkan dapat meningkat aktivitas belajar siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka perlu diadakan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan alat peraga pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008

1 26 227

Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe stad pada pokok bahasan fungsi ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas viii Smp negeri kota surakarta Tahun pelajaran 2008 2009

0 3 100

Eksperimentasi Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2008 2009

0 92 278

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 8 237

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

0 3 119

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA.

0 0 8

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN ALAT PERAGA PADA Eksperimentasi Pengajaran Matematika Menggunakan Metode Diskusi Dengan Alat Peraga Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa.

1 5 16

PENDAHULUAN Eksperimentasi Pengajaran Matematika Menggunakan Metode Diskusi Dengan Alat Peraga Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa.

0 0 6

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF (PISK) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 MOJOLABAN.

0 1 21

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX F SMP NEGERI 2 SUKOHARJO SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | Sumaryani | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematik

0 0 9