74
aktivitas belajar siswa, sedangkan untuk pada faktor baris metode pembelajaran tidak dilakukan uji komparasi ganda karena hanya terdiri dari dua
kelompok. Rangkuman hasil uji komparasi ganda dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Dari rangkuman hasil uji komparasi ganda untuk faktor kolom nampak bahwa semua H
ditolak karena nilai hitung F
.1-.2
, F
.1-.3
dan F
.2-.3
lebih besar dari F
kritik
. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata prestasi belajar
matematika antara kelompok aktivitas belajar tinggi dengan sedang dan rendah, serta antara kelompok aktivitas belajar sedang dengan rendah. Perhitungan uji
komparasi ganda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 4.10. Rangkuman Keputusan Uji Komparasi Ganda
Jenis Komparasi Komparasi F hitung F kritik Keputusan uji
µ
.1
vs µ
.2
29,079 6,00 H
ditolak µ
.1
vs µ
.3
59,312 6,00 H
ditolak Faktor kolom
µ
.2
vs µ
.3
11,771 6,00 H
ditolak
Keterangan: µ.
1
: rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok aktivitas belajar tinggi µ.
2
: rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok aktivitas belajar sedang µ.
3
: rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok aktivitas belajar rendah
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan bahwa ”prestasi belajar matematika siswa yang memperoleh metode pembelajaran menggunakan
alat peraga lebih baik daripada siswa yang memperoleh metode pembelajaran
konvensional.” Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai uji F
a
= 23,798 lebih besar dari nilai F
0,05; 1; 227
= 3,84 H
0a
ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan faktor metode pembelajaran pada prestasi belajar matematika. Sehingga
75
dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan metode pembelajaran menggunakan Alat Peraga dengan Konvensional memperoleh prestasi belajar
matematika yang berbeda. Perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mendapatkan metode pembelajaran menggunakan Alat Peraga dengan
Konvensional dapat juga dilihat pada diskripsi data. Berdasarkan diskripsi data dapat dilihat perbedaan prestasi belajar matematika untuk materi Bangun Ruang
Sisi Lengkung antara siswa yang memperoleh metode pembengajaran menggunakan Alat Perga dengan Konvensional. Nilai rerata prestasi belajar
matematika siswa pada metode pembelajaran menggunakan Alat Peraga rerata prestasi belajar matematika
siswa adalah sebesar 68,07 lebih tinggi daripada rerata prestasi belajar matematika siswa pada metode pembelajaran Konvensional yaitu
sebesar 60,14. Jadi dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran menggunakan Alat Peraga memberikan prestasi belajar matematika siswa untuk materi Bangun
Ruang Sisi Lengkung yang lebih tinggi daripada metode pembelajaran Konvensional.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “prestasi belajar matematika pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik
daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah.“
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai uji F
b
= 34,328 lebih besar nilai F
0,05; 2; 227
= 3,00 H
0b
ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan faktor aktivitas belajar pada prestasi belajar matematika. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa antara siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang dan rendah mempunyai
76
prestasi belajar matematika yang berbeda. Karena faktor aktivitas belajar siswa terdiri dari tiga kelompok maka untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar
matematika berdasarkan faktor aktivitas belajar siswa dilakukan uji komparasi ganda.
Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh nilai uji perbandingan antara kelompok
aktivitas belajar tinggi dengan sedang adalah F
.1-.2
= 29,079 lebih besar dari nilai F
kritik
= 6,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi berbeda dengan siswa yang
mempunyai aktivitas belajar sedang. Nilai uji perbandingan antara kelompok aktivitas belajar tinggi dengan rendah adalah F
.1-.3
= 59312 lebih besar dari nilai F
kritik
= 6,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi berbeda dengan siswa yang
mempunyai aktivitas belajar rendah. Nilai uji perbandingan antara kelompok aktivitas belajar sedang dengan rendah adalah F
.2-.3
= 11,771 lebih besar dari nilai F
kritik
= 6,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika untuk materi Bangun Ruang Sisi Lengkung antara siswa yang mempunyai aktivitas
belajar sedang berbeda dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai
aktivitas belajar tinggi, sedang dan rendah juga dapat dilihat dari diskripsi data. Dari diskripsi data terlihat bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi
mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 74,17; siswa dengan aktivitas belajar sedang mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar
63,12 dan siswa dengan aktivitas belajar rendah mempunyai rerata prestasi belajar
77
matematika sebesar 56,13. Berdasarkan nilai rerata prestasi belajar matematika tersebut nampak bahwa rerata prestasi belajar matematika pada materi Bangun
Ruang Sisi Lengkung untuk siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada rerata prestasi belajar matematika pada materi Bangun Ruang Sisi
Lengkung untuk siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah. Begitu juga rerata prestasi belajar matematika pada materi Bangun Ruang Sisi
Lengkung untuk siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada rerata prestasi belajar matematika untuk siswa yang mempunyai aktivitas
belajar rendah.
3. Hipotesis Ketiga