Tingginya tingkat sensitivitas harga abon ikan dan bakso ikan dapat disebabkan karena kondisi bahan baku yang berasal dari ikan tuna. Ikan tuna
sebagai komoditi unggulan produk perikanan dengan tingkat permintaan yang cukup tinggi, baik sebagai komoditi ikan segar maupun olahan. Dengan demikian
harga bahan baku ikan tuna segar memiliki tingkat persaingan harga yang tinggi. Adanya perubahan terhadap harga jual abon ikan dan bakso ikan tentunya akan
berpengaruh terhadap kemampuan membeli bahan baku ikan tuna. Jika terjadi penurunan harga abon dan bakso ikan, maka kemampuan UPI membeli bahan
baku ikan tuna juga akan turun, demikian juga sebaliknya. Dampak berikutnya akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang akan diperoleh.
Tingkat sensitivitas bagi produk UPI ikan asin, ikan pindang baik besar maupun kecil serta kerupuk kulit ikan memiliki tingkat yang relatif rendah. Hal ini
dapat ditunjukkan dari tidak adanya batasan harga tertinggi bagi produk-produk tersebut. Adapun harga terendah dari masing-masing produk tersebut yaitu ikan
asin mimimum sebesar Rp. 11.000 per kg, ikan pindang besar minimum sebesar Rp. 19.778 per kg, pindang ikan kecil minimum sebesar Rp. 14.446 per kg dan
harga kerupuk kulit ikan minimum sebesar Rp. 100.000 per kg.
6.4.3 Perubahan ketersediaan sumberdaya
Analisis perubahan ketersediaan sumberdaya menunjukkan selang perubahan ketersediaan sumberdaya dan batasan produksi yang tetap
mempertahankan kondisi kombinasi jumlah UPI optimal dan tidak mengubah nilai dual price. Selang perubahan ditunjukkan oleh kenaikan yang diperbolehkan
allowable increase dan penurunan yang diperbolehkan allowable decrease. Jika perubahan nilai ketersediaan sumberdaya maupun tingkat permintaan masih
berada dalam selang tersebut maka perubahan tidak akan menyebabkan perubahan nilai dual price. Semakin sempit perubahan selang menunjukkan bahwa
sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang penting dalam proses produksi karena perubahan ketersediaannya akan sangat mempengaruhi jumlah UPI
optimal. Analisis perubahan ketersediaan sumberdaya juga berkaitan dengan status
sumberdaya yang bersangkutan. Jika suatu sumberdaya merupakan kendala pembatas maka sumberdaya tersebut memiliki nilai kenaikan dan penurunan
sebesar nilai tertentu. Jika suatu sumberdaya bukan merupakan sumberdaya pembatas, maka akan memiliki kenaikan tidak terbatas dan penurunan sebesar
nilai slack atau surplus. Batasan sumberdaya dari model optimasi pengembangan jumlah UPI
terdiri dari kendala bahan baku, tenaga kerja dan tingkat investasi. Bahan baku ikan yang digunakan meliputi ikan cakalang, layang, tongkol, tuna, cucut,
tembang, peperek dan udang rebon. Selang kepekaan perubahan ketersediaan sumberdaya pada kondisi kombinasi jumlah UPI optimal di kabupaten Sukabumi
secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Selang kepekaan perubahan ketersediaan sumberdaya pada kondisi
kombinasi optimal jumlah UPI Skala Menengah di kabupaten Sukabumi.
No. Variabel
kendala Nilai
awal Allowable
increase Allowable
decrease Batas
atas Batas
bawah Selang
kepekaan
1.
Bahan baku ikan
-Cakalang kg
259.716
423.536 683.252
259.716
423.536 -Layang kg
23.136
23.447 299.463
23.136
23.447 -Tongkol
kg
349.374
Infinity 175.854
- 173.520
- -Tuna kg
711.338
3.512.830 4.224.168
711.338
3.512.830 -Cucut kg
19.687
3.064.383 3.084.070
19.687
3.064.383 -Tembang,,
peperek, udang
rebon kg 441.433
3.132.566 3.573.999
441.433 3.132.566
2.
Tenaga kerja org
6.158 -5.484
infinity 674
- -
3.
Investasi Rp juta
2.000 Infinity
- 2.000
-
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sumberdaya ikan tongkol bukan merupakan kendala pembatas sehingga nilai kenaikan yang
diperbolehkan tidak terbatas infinity dan nilai penurunan yang diperbolehkan sebesar nilai slack atau surplus yaitu sebesar 175.854 kg. Kendala tenaga kerja
juga bukan merupakan faktor pembatas, sehingga nilai penurunan yang diperbolehkan tidak terbatas infinity. Namun demikian jumlah tenaga kerja pada
nilai peningkatan yang diperbolehkan bertanda negatif sebesar 5.484, menunjukkan bahwa sebanyak 5.484 orang tenaga kerja yang ditargetkan dapat
diserap oleh UPI tidak tercapai dan hanya tercapai sebanyak 674 orang.
Sumberdaya bahan baku ikan cakalang, layang, tuna, cucut, tembang, peperek dan udang rebon merupakan sumberdaya langka atau sumberdaya
pembatas, karena memiliki nilai kenaikan dan penurunan yang diperbolehkan sebesar nilai tertentu. Demikian juga dengan besarnya nilai yang diinvestasikan
dapat dijadikan sebagai sumberdaya yang langka. Bahan baku ikan cakalang, layang, tuna, cucut, tembang, pepetek dan
udang rebon memiliki nilai penurunan yang diperboleh allowable decrease yang sangat kecil sehingga dapat dianggap nol. Oleh karena itu, penurunan jumlah hasil
tangkapan ikan-ikan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiayan UPI optimal di kabupaten Sukabumi. Nilai kenaikan yang diperbolehkan
untuk masing-masing bahan baku ikan tersebut yaitu sebanyak 423 ton per tahun untuk ikan cakalang, sebanyak 23 ton per tahun untuk ikan layang, sebanyak
3.513 ton per tahun untuk ikan tuna, sebanyak 3.064 ton per tahun untuk ikan cucut, serta sebanyak 3.132 ton per tahun untuk ikan tembang peperek dan udang
rebon. Analisis perubahan nilai investasi usaha menunjukkan penurunan yang
diperbolehkan untuk mempertahankan kombinasi UPI optimal sangat kecil sehingga dapat dinyatakan bernilai nol. Oleh karena itu, penurunan nilai investasi
berada dibawah 2 milyar rupiah akan berakibat pada perubahan kombinasi optimal UPI di kabupaten Sukabumi. Nilai kenaikan yang diperbolehkan hingga
nilai tak terbatas infinity. Hal ini menunjukkan bahwa kendala investasi bukan merupakan kendala utama yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah UPI.
Kendala utama yang berpengaruh terhadap jumlah UPI yaitu kendala bahan baku ikan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Usaha UPI skala menengah masih layak untuk dikembangkan berdasarkan
hasil analisis kriteria kelayakan usaha dimana nilai Revenue Cost Ratio RC lebih besar dari 1 satu dan tingkat pengembalian modal usaha
payback period yang relatif singkat. 2.
Analisis kinerja keuangan UPI skala menengah menunjukkan bahwa tingkat modal usaha yang dibutuhkan untuk usaha pengolahan ikan relatif
besar. Namun demikian, usaha tersebut dapat dikatakan baik dan bankabel dimana setiap dana pinjaman akan mendapatkan jaminan pembayaran
yang besar dari usaha tersebut dilihat dari besarnya atau baiknya ukuran nilai rasio likuiditas, ratio leverage dan ratio coverage.
3. Pada proses pengolahan ikan masih belum sepenuhnya menerapkan
prinsip-prinsip HACCP dengan baik, terutama pada penentuan 5 lima titik-titik kritis critical control point = CCP yaitu penerimaan bahan
baku, preparasi dan penyiangan, pengadonan, perebusan, dan pengemasan. 4.
Kombinasi jumlah optimal UPI skala menengah yang dapat dikembangkan di kabupaten Sukabumi sebanyak 41 unit terdiri dari: UPI ikan asin
sebanyak 8 unit, UPI pindang ikan besar 4 unit, UPI pindang ikan kecil 2 unit, UPI bakso ikan 3 unit, UPI abon ikan 22 unit dan UPI kerupuk kulit
ikan 2 unit. 5.
Perubahan atau sensitivitas keuntungan, harga dan sumberdaya ikan akan berpengaruh terhadap kombinasi optimal UPI skala menengah, sehingga
tingkat keuntungan yang maksimum juga akan berubah. Jika masing- masing nilai keuntungan, harga dan sumberdaya ikan berada di luar
range batas atas dan batas bawah, maka akan berpengaruh terhadap kombinasi jumlah UPI optimal, sehingga tingkat keuntungan maksimum
juga akan berubah.
7.2 Saran
1. Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan dari salah satu UPI skala menengah, bahwa kegiatan usaha UPI memiliki struktur permodalan yang