Analisis Kinerja Keuangan Usaha Pengolahan Ikan .1 Kelayakan finansial

satu tahun mampu mencapai sebesar Rp. 25.545.000 per tahun. Nilai revenue cost ratio diperoleh sebesar 1,12 artinya bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar satu rupiah, akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,12 rupiah. Nilai payback period dari usaha pengolahan kerupuk kulit ikan menunjukkan nilai sebesar 0,46 tahun atau 5 bulan 16 hari. Analisis BEP menunjukkan suatu usaha berada pada kondisi titik impas, artinya usaha tersebut berada pada kondisi tidak rugi dan juga tidak untung. Nilai titik impas usaha dapat dilihat dari nilai BEP baik unit maupun harga. Nilai BEP unit usaha pengolahan kerupuk kulit ikan cucut yaitu 1.344 kg, dan nilai BEP rupiah sebesar Rp. 134.442.149. Artinya titik impas dapat tercapai pada skala produksi sebanyak 1.344 kg kerupuk kulit ikan cucut, dengan tingkat pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 134.442.149.

5.2.2 Analisis Kinerja Keuangan

Kegiatan usaha pengolahan hasil perikanan skala menengah di kabupaten Sukabumi memiliki potensi untuk lebih dikembangkan. Salah satu kendala bagi pengembangan UPI skala menengah di kabupaten Sukabumi yaitu masih lemahnya sistem administrasi pembukuan. Tidak terstrukturnya sistem pencatatan tersebut berdampak pada sulitnya melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan usaha, sehingga dapat mengakibatkan penilaian kinerja perusahaan sulit dilakukan. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penilaian kinerja usaha. Salah satu yang menjadi alasan tidak tertariknya lembaga keuangan LKMBank untuk memberikan pendanaan terhadap UPI karena tidak adanya laporan keuangan yang baik. Bentuk laporan keuangan dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat resiko usaha. Pada umumnya kegiatan usaha perikanan memiliki tingkat resiko yang besar high risk. Besarnya ketergantungan pada faktor alam merupakan salah satu penyebab besarnya resiko usaha. Namun demikian, kondisi usaha pada sektor keuangan menjadi semakin beresiko disebabkan karena tidak adanya ukuran seberapa besar resiko yang harus dihadapi karena sistem pencatatan yang dilakukan oleh para pelaku usaha perikanan skala menengah masih kurang baik. Seharusnya tingkat resiko usaha perikanan dapat diminimalisasikan dengan dukungan data dan informasi yang akurat. Data dan informasi usaha dapat diperoleh dari hasil catatan pembukuan yang baik. Faktanya saat ini hampir seluruh UPI skala kecil menengah belum memiliki pembukuan keuangan yang baik. Indikatornya yaitu banyak UPI yang masih belum memiliki perhitungan laporan rugi laba dan laporan neraca. Hal ini menjadi kendala dalam melakukan penilaian kinerja keuangan terhadap UPI di kabupaten Sukabumi. Hasil survei yang telah dilakukan terhadap UPI di kabupaten Sukabumi, hanya terdapat satu jenis UPI yang telah memiliki laporan keuangan yang baik yaitu UPI Pindang. UPI pindang ikan memiliki laporan neraca dan rugi laba karena untuk mendapatkan proses pinjaman dari LKMBank. Laporan neraca dan laporan rugi laba UPI Pindang secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis kinerja keuangan dilakukan terhadap UPI Pindang yang dapat dianggap sebagai sampel untuk mengukur UPI di kabupaten Sukabumi. Penilaian kinerja keuangan UPI Pindang dilakukan dengan menganalisis hasil laporan neraca dan laporan rugi laba. Analisis kinerja keuangan yang dilakukan terhadap laporan neraca dan rugi laba yaitu berdasarkan metode analisis rasio. Kriteria penilaian analisis rasio keuangan meliputi rasio likuiditas, leverage, coverage, aktivitas dan rentabilitas. Rasio likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk bagian dari kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendeknya. Terdapat tiga jenis rasio likuiditas yang biasa digunakan yaitu current ratio, cash ratio dan quick ratio. Current ratio menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar current liabilities dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar current asset. Hasil perhitungan current ratio terhadap UPI skala menengah di atas menunjukkan nilai sebesar 13,57, artinya bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar akan dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 13,57. Umumnya suatu UPI dianggap likuid apabila nilai current ratio lebih besar dari satu. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kegiatan UPI skala menengah memiliki nilai likuiditas yang sangat baik. Analisis cash ratio dilakukan untuk mengukur tingkat likuiditas UPI berdasarkan komposisi dari pos tunai cash dan surat-surat berharga terhadap kewajiban lancar. Ukuran nilai likuiditas cash ratio lebih besar dibandingkan dengan nilai current ratio. Nilai cash ratio sebesar 2,14 berarti bahwa setiap Rp. 1 kewajiban lancar perusahaan dijamin pembayarannya secara tunai sebesar Rp. 2,14. Kondisi perusahaan dengan nilai cash ratio lebih besar dari 1, menunjukkan posisi usaha pengolahan ikan memiliki tingkat likuiditas yang sangat baik. Kualitas dan komposisi persediaan berpengaruh terhadap kualitas dari piutang dagang. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan siklus perputaran aktiva cash conversion cycle. Perusahaan akan menggunakan uang tunai untuk membeli bahan baku, lalu memprosesnya menjadi persediaan, kemudian dijual dan akan menghasilkan piutang dagang dengan asumsi penjualan dilakukan secara kredit. Setelah ditagih, piutang dagang akan berubah menjadi tunai yang akan dipakai kembali oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas siklus berikutnya. Apabila seluruh piutang dagang dapat tertagih tepat waktu dan memiliki jangka waktu yang relatif pendek, maka perusahaan akan lebih likuid. Nilai quick ratio sebesar 5, artinya diluar persediaan barang yang mungkin masih jauh dari tunai, setiap Rp. 1 kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 5. Rasio leverage Rasio ini juga menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari pihak pemberi pinjaman kreditor. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai DER maka resiko kreditor semakin besar, karena DER yang tinggi berarti semakin rendah tingkat keamanan dana yang ditempatkan oleh kreditur dalam usaha tersebut. Nilai DER untuk usaha UPI skala menengah adalah sebesar 0,22, artinya menunjukkan bahwa pihak luar kreditor menempatkan dananya sebesar Rp 0,22 atas setiap Rp 1 modal yang dikeluarkan pemilik UPI. Dengan kata lain bahwa usaha UPI lebih banyak dibiayai oleh modal sendiri dibandingkan dengan hutang. Nilai long term leverage bagi UPI Pindang sebesar 0,21, artinya sebagian besar hutang UPI termasuk dalam jenis hutang jangka panjang yakni setiap Rp. 0,21 hutang jangka panjang akan mendapat jaminan sebesar Rp. 1 dari modal UPI. Apabila nilai long term leverage lebih kecil daripada short term leverage, berarti sebagian besar kewajiban hutang adalah kewajiban jangka pendek. Jika sebaliknya, maka sebagian besar hutang merupakan hutang jangka panjang. Nilai short term leverage sebesar 0,01. Nilai short term leverage jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai long term leverage yaitu 0,01. Hal tersebut berarti bahwa kewajiban hutang UPI sebagian besar merupakan kewajiban jangka panjang. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa struktur kewajiban hutang bagi UPI memiliki tingkat keamanan yang besar. Rasio coverage Nilai EBIT coverage ratio UPI sebesar 1.781,25, artinya bahwa setiap Rp. 1 beban bunga pinjaman dijamin oleh 1.781,25 persen pendapatan atau sebesar Rp. 17,81. Kemampuan membayar beban bunga dihitung dari laba bersih sebelum pajak karena beban bunga merupakan salah satu komponen pengurang pajak penghasilan. Rasio aktivitas Rasio aktivitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dan efektivitas menajemen dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri dari asset turnover, fixed turnover, perputaran piutang dagang, perputaran persediaan dan perputaran hutang dagang. Nilai asset turnover dari usaha menunjukkan nilai sebesar 0,17, artinya bahwa setiap Rp. 1 aset yang ditanamkan akan memperoleh nilai penjualan sebanyak Rp. 0,17. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kegiatan usaha UPI merupakan jenis usaha dengan tingkat aset cukup besar. Nilai fixed turnover menunjukkan optimalisasi penggunaan aktiva tetap yang merupakan aktiva produktif. Kegiatan usaha pengolahan produk perikanan khususnya UPI Pindangdi kabupaten Sukabumi menunjukkan nilai fixed turnover sebesar 0,21 kali, artinya setiap Rp. 1 aktiva tetap perusahaan akan memperoleh nilai penjualan sebanyak Rp. 0,21. Perputaran piutang dagang account receivable turnover menunjukkan berapa kali piutang dagang UPI berputar dalam satu tahun. Perhitungan analisis perputaran piutang dagang dalam kegiatan usaha UPI Pindang sebagai UPI skala menengah di kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa piutang dagang usaha berputar 4 kali dalam setahun. Ekspresi perputaran piutang dagang dalam bentuk hari dikenal dengan istilah account receivable collection period atau sering disingkat menjadi collection period. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa lamanya piutang dagang usaha akan tertagih kembali menjadi tunai dalam waktu kurang lebih 90 hari. Hal ini tentunya berhubungan dengan penyediaan dana yang diperlukan untuk membiayai piutang tersebut. Semakin cepat perputaran piutang dagang, akan sedikit pula dana yang terikat didalamnya. Perputaran persediaan merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola persediaan barang. Perputaran persediaan menunjukkan sifat persediaan barang, apakah merupakan slow moving item atau fast moving item. Nilai perputaran persediaan barang dari usaha UPI Pindang sebagai UPI skala menengah di kabupaten Sukabumi menunjukkan nila sebesar 0,833 kali. Sama halnya dengan perputaran piutang, maka perputaran persediaan juga dapat ditulis dalam bentuk hari Hasil perhitungan di atas diperoleh nilai periode perputaran persediaan selama 432,17 hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha pengolahan perikanan yang dilakukan UPI Pindang memiliki nilai perputaran persediaan barang yang sangat lamban. Hal tersebut mengindikasikan bahwa manajemen persediaan barang yang dilakukan masih buruk, sehingga dapat menyebabkan penumpukan barang, apalagi produk perikanan yang sifatnya mudah rusak, sehingga barang yang diproduksi mengalami masa kadaluarsa yang lebih cepat. Rasio perputaran hutang dagang menunjukkan jumlah perputaran hutang dagang dalam satu tahun. Hasil perhitungan perputaran hutang dagang pada UPI Pindang sebagai UPI skala menengah di kabupaten Sukabumi adalah sebanyak 10 kali dalam satu tahun. Sehingga jumlah periode pembayaran hutang dagang dalam satuan hari adalah 36 hari. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa UPI akan membayar hutang dagangnya setiap 36 hari. Jika melihat nilai perputaran hutang dagang 36 hari, jauh lebih kecil dibandingkan dengan periode perputaran piutang dagang sebesar 90 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha pengolahan hasil perikanan memiliki beban tanggungan biaya operasional yang cukup besar, paling tidak jumlah modal usaha yang dimilikinya sekitar 3 kali lipat biaya operasional usaha. Rasio rentabilitas Rasio rentabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba. Untuk para pemegang saham pemilik UPI, rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan yang akan diperoleh dari investasi yang dikeluarkan. Ukuran rasio rentabilitas yang sering digunakan meliputi gross profit margin, net profit margin, return on investment ROI, dan return on equity ROE. Nilai gross profit margin menunjukkan sejauh mana perusahaan mencetak laba dengan membuat produk. Hasil perhitungan analisis gross profit margin dari usaha pengolahan UPI Pindang menunjukkan bahwa nilai gross profit margin sebesar 37,5 persen. Artinya bahwa setiap Rp. 1 penjualan yang dilakukan UPI memperloleh laba kotor sebesar 37,5 persen atau Rp. 0,375. Nilai ini menunjukkan sejauh mana UPI mengelola kegiatan bisnisnya. Nilai perhitungan analisis net profit margin dari usaha pengolahan UPI Pindang yaitu sebesar 20,18 persen. Nilai tersebut menunjukan bahwa setiap Rp. 1 penjualan yang dilakukan UPI memperoleh laba bersih sebesar 20,18 persen atau Rp. 0,2. Return on investment sering disebut juga dengan istilah return on asset ROA. ROI menunjukkan berapa laba yang diperoleh atas setiap Rp 1 investasi yang dilakukan. Nilai ROI untuk usaha UPI Pindang sebagai UPI skala menengah menunjukkan nilai ROI sebesar 3,46 persen, artinya bahwa atas setiap Rp 1 investasi akan diperoleh laba sebesar 3,46 persen atau sebesar Rp. 0,0346. Hal ini menggambarkan kegiatan usaha UPI Pindang memiliki beban modal investasi yang cukup besar. ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang sahamnya. Hasil perhitungan menunjukkan nilai ROE sebesar 4,25 persen, artinya bahwa atas setiap Rp. 1 modal sendiri yang dikeluarkan oleh pemilik UPI tersebut akan memperoleh tingkat pengembalian sebesar 4,25 persen atau sebesar Rp. 0,0425.

5.3 Critical Control Point Pengolahan Ikan