Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Tataniaga Beras di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak

29 meliputi kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga serta kerjasama antar lembaga tataniaga. Para pelaku tataniaga perlu mengetahui perilaku pasar sehingga mampu merencanakan kegiatan tataniaga secara efisien dan terkoordinasi. Selanjutnya akan tercipta kinerja keuangan yang memadai di sektor pertanian dan berbagai sektor komersial lainnya.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Demak sebagai salah satu daerah yang menjadi sentra produksi beras di Provinsi Jawa Tengah memiliki peran penting dalam rangka menjaga stabilitas persediaan beras nasional. Penghargaan Nasional tentang ketahanan pangan yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia atas keberhasilan Kabupaten Demak dalam meningkatkan produksi padi pada tahun 2007-2009 merupakan salah satu bukti bahwa Kabupaten Demak masih menjadi daerah yang perlu mendapatkan perhatian khusus terkait komoditi pangan, khususnya beras. Namun pada bulan Februari 2011, terjadi sebuah kekhawatiran pada masyarakat Demak yang disebabkan oleh tingginya harga beras. Masyarakat berada dalam keadaan yang kurang diuntungkan karena kondisi ini, terutama masyarakat golongan bawah. Kondisi tersebut membuat warga kesulitan membeli beras dikarenakan stok beras di petani maupun RMU padi sudah sangat menipis. Bahkan raskin yang banyak dicari masyarakat miskin juga sulit didapatkan karena stoknya sangat terbatas. BULOG sebagai lembaga yang menjaga stabilitas harga beras di pasar, seharusnya mampu berperan dalam keadaan tersebut. Namun jika dilihat pada keadaan di lapang, maka BULOG seakan belum menjalankan fungsinya untuk memperkuat ketahanan pangan terutama pada rumah tangga miskin. Permasalahan berikutnya adalah rendahnya harga GKP di Kabupaten Demak sepanjang bulan Februari 2011 yang lalu. Penurunan terjadi baik di tingkat petani maupun RMU yaitu pada kisaran 17-20 persen. Survei harga produsen gabah yang dilakukan Badan Pusat Statistik BPS Jawa Tengah ini mencatat bahwa harga GKP terendah terdapat di Kabupaten Demak pada harga Rp 2.000,00 per kilogram dan Rp 2.020,00 per kilogram untuk harga GKG. 30 Sebagai kabupaten yang memiliki produksi padi yang tinggi, terdapat banyak pihak-pihak yang berkepentingan pada perdagangan komoditi tersebut. Pihak-pihak tersebut yang disebut sebagai lembaga-lembaga tataniaga yang memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Hal yang perlu dikaji kemudian adalah apa yang menjadi penyebab adanya kesenjagan harga yang jauh antara petani dan konsumen; terbatasnya stok beras; dan permasalahan pemasaran lainnya karena salah satu indikator tercapainya kondisi ketahanan pangan ialah terciptanya aksesibilitas masyarakat terhadap beras yang mencakup aspek ketersediaan, aspek distribusi dan harga yang terjangkau. Untuk mengetahui permasalahan tersebut maka perlu dilakukan analisis tataniaga pada perdagangan beras yang ada. Analisis yang dilakukan terdiri identifikasi tentang lembaga dan saluran tataniaga beras, marjin tataniaga, farmer’s share, dan struktur pasar pada setiap rantai tataniaga. Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui seperti apa tataniaga beras di Desa Kenduren. 31 Gambar 3 . Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif  Analisis saluran tataniaga  Analisis lembaga dan fungsi tataniaga yang dilakukan  Analisis struktur pasar  Analisis perilaku pasar  Analisis efisiensi tataniaga  Analisis marjin tataniaga  Analisis farmer’s share tataniaga  Analisis rasio keuntungan dan biaya Gambaran tataniaga komoditi beras di Desa Kenduren Rekomendasi solusi kepada petani dan lembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga beras di Desa Kenduren ANALISIS TATANIAGA BERAS DI DESA KENDUREN  Adanya gap harga yang besar di tingkat produsen dan konsumen beras di Kabupaten Demak  Permasalahan dalam ketersediaan beras di Kabupaten Demak  Fungsi BULOG yang belum optimal   Beras menjadi bahan pangan utama penduduk Indonesia  Pertumbuhan penduduk meningkatkan permintaan akan beras  Permintaan yang tinggi menimbulkan peluang untuk peningkatan ekonomi petani dan pihak yang terlibat dalam industri beras.  Peningkatan produksi padi dari tahun 2007-2009 di Kabupaten Demak.  Kabupaten Demak sebagai salah satu daerah penyangga ketahanan pangan nasional. IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian