Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional Penelitian

33 responden sebagai distributor dan lima retail. Tingkat ketiga terdiri atas konsumen individu sebanyak 30 orang yang berada wilayah kota. Pemilihan responden petani dilakukan dengan metode snowball sampling dan jumlah sebanyak 30 sampel berdasarkan kaidah uji statistika yang mensyaratkan jumlah sampel minimum agar data menyebar normal.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama bulan Maret hingga April tahun 2011. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode observasi langsung, wawancara, kuesioner, internet, penggunaan literatur dari jurnal, skripsi, buku, dan lain sebagainya. Penentuan responden petani padi dilakukan secara purposive sampling berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan pengumpulan informasi tataniaga beras menggunakan teknik snowball sampling dari petani padi hingga konsumen akhir dengan tujuan tidak akan ada saluran tataniaga yang terputus. Observasi merupakan pengamatan langsung di lapangan untuk mengamati, memahami, dan menganalisis kondisi petani, tengkulak, RMU, subdrive BULOG, grosir, ritel, dan konsumen individu. Wawancara yang dilakukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuesioner. Browsing data sekunder dilakukan pada situs-situs di internet yang berkaitan dengan isu-isu terkini terkait penelitian, jurnal, artikel, dan tulisan ilmiah yang dapat mendukung penelitian.

4.4. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga, sturktur pasar, dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk analisis margin tataniaga, fa rmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya. 34

4.4.1. Analisis Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses penyampaian produk dari produsen kepada konsumen akhir. Analisis saluran tataniaga beras di Kabupaten Demak ini dapat dilakukan dengan mengamati lembaga-lembaga tataniaga yang membentuk saluran tataniaga tersebut. Pengamatan dan analisis dilakukan mulai dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Perbedaan saluran tataniaga yang dilalui oleh jenis barang akan berpengaruh pada pembagian pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat didalamnya. Semakin panjang rantai saluran tataniaga, maka saluran tersebut semakin tidak efisien karena marjin tataniaga yang tercipta antara produsen dan konsumen akan semakin besar Limbong Sitorus 1987.

4.4.2. Analisis Lembaga dan Fungsi Tataniaga

Menurut Limbong dan Sitorus 1987, analisis ini dilakukan untuk mengetahui lembaga-lembaga tataniaga yang melakukan fungsi-fungsi tataniaga, baik fungsi pertukaran, fungsi fisik, maupun fungsi fasilitas. Lembaga-lembaga ini melakukan pengangkutan barang dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen, juga berfungsi sebagai sumber informasi pasar. Analisis fungsi-fungsi tataniaga diperlukan antara lain untuk mengetahui fungsi-fungsi atau kegiatan yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat serta mengetahui kebutuhan biaya dan fasilitas yang dibutuhkan. Lebih lanjut, dari analisis lembaga dan fungsi tataniaga ini akan dapat dihitung besarnya marjin tataniaga.

4.4.3. Analisis Struktur Pasar

Menurut Dahl dan Hammond 1977, analisis ini diperlukan untuk mengetahui struktur pasar yang cenderung mendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna. Struktur pasar dapat diketahui dengan melihat jumlah pembeli dan penjual, heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi atau keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar, serta informasi perubahan harga pasar. Semakin banyak jumlah penjual dan pembeli dan semakin kecilnya jumlah yang diperjualbelikan oleh setiap lembaga tataniaga, maka struktur pasar tersebut 35 semakin mendekati kesempurnaan dalam persaingan. Adanya kesepakatan dalam sesama pelaku tataniaga menunjukkan struktur pasar yang cenderung tidak bersaing sempurna.

4.4.4. Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar didefinisikan bagaimana pelaku pasar dari petani hingga konsumen akhir dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan penjualan dan pembelian pada pasar. Tingkah laku pasar dapat diamati dengan melihat praktik penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh pelaku pasar, sistem penentuan, dan pembayaran harga, serta bagaimana kerjasama yang dilakukan diantara lembaga tataniaga Dahl Hammond 1977.

4.4.5. Analisis Efisiensi Tataniaga

Dalam kajian analisis efisiensi tataniaga beras di Kabupaten Demak ini digunakan tiga pendekatan yaitu analisis marjin tataniaga, analisis farmer’s share, dan analisis rasio keuntungan dan biaya. Namun dalam penentuan saluran yang paling efisien terkadang ketiga pendekatan tersebut tidak menunjukkan hasil yang sama. Oleh karena itu dalam menganalisis diperlukan pandangan lain yang dapat mendukung hasil akhir.

4.4.5.1. Analisis Marjin Tataniaga

Tingkat efisiensi operasional suatu tataniaga dapat dilihat dari penyebaran marjin tataniaga, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya. Melalui marjin tataniaga dapat diketahui besarnya biaya dan keuntungan dalam tataniaga tersebut. Bersamaan dengan penelusuran saluran tataniaga diharapkan dapat diperoleh informasi tentang marjin tataniaga pada tiap lembaga tataniaga. Perhitungan marjin tataniaga diperoleh dari selisih harga di satu titik rantai tataniaga dengan harga di titik lainnya. Selain itu, besarnya nilai marjin tataniaga juga dapat diperoleh dari penjumlahan biaya dan keuntungan pada masing-masing lembaga tataniaga. Menurut Limbong dan Sitorus 1987, secara matematik akan diperoleh perhitungan sebagai berikut: 36 M i = P i – P i-1 ..................................................1 M i = B i + π I ..................................................2 Dengan demikian, P i – P i-1 = B i + π I Maka besarnya marjin tataniaga dengan menggunakan 1 dan 2 adalah sebagai berikut: m i = Σ M i ……………………………………3 Dengan demikian keuntungan lembaga tataniaga pada tingkat ke-i adalah : π i = P i – P i-1 + B i Keterangan: M i = Marjin pada lembaga tataniaga ke-i P i = Harga penjualan pada lembaga tataniaga ke-i P i-1 = Harga penjualan pada lembaga tataniaga ke-i atau harga pembelian pada lembaga tataniaga ke-i B i = Biaya tataniaga pada lembaga tataniaga ke-i π I = Keuntungan yang diperoleh pada lembaga tataniaga ke-i m i = Total marjin tataniaga Dalam pasar persaingan sempurna, perjalanan suatu produk selalu melibatkan banyak lembaga tataniaga. Marjin tataniaga total yang terjadi merupakan penjumlahan marjin tataniaga dari setiap lembaga tataniaga.

4.4.5.2. Analisis Farmer’s Share

Indikator lain untuk menentukan efisiensi operasional tataniaga suatu komoditas adalah melalui perhitungan farmer’s share. Farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin tataniaga. Farmer’s share dipengaruhi oleh tingkat pengolahan, keawetan produk, ukuran produk, jumlah produk, dan biaya produksi. Nilai farmer’s share ditentukan oleh besarnya rasio harga yang diterima produsen P f dan harga yang dibayarkan oleh konsumen P r . Secara matematik dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut Dahl Hammond 1977: Keterangan : F s = Farmer’s share P f = Harga di tingkat petani P r = Harga di tingkat konsumen 37

4.4.5.3. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Tingkat efisiensi suatu sistem tataniaga juga dapat dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Dengan semakin meratanya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga, maka secara teknis operasional sistem tataniaga tersebut semakin efisien. Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut Dahl Hammond 1977: Keterangan : π i = keuntungan lembaga tataniaga C i = biaya tataniaga

4.5. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional ini ditujukan unutk membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, definisi oprasional ini digunakan untuk menjelaskan setiap variabel yang akan dianalisis dalam penelitian. a Tataniaga adalah semua kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen; b Padi adalah tumbuhan padi termasuk dalam golongan tumbuhan Graminae yang memiliki ciri khusus berupa batang yang tersusun dari beberapa ruas yang dapat menghasilkan gabah yang menjadi bahan dasar untuk menghasilkan beras; c Beras adalah produk hasil pengolahan gabah yang merupakan hasil utama tanaman padi; d Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa gabah kering panen GKP dalam satuan kghamusim atau kghatahun; e Harga jual petani dalam analisis pemasaran adalah harga malai gabah kering panen GKP yang telah dikonversikan untuk menghasilkan satu kilogram beras dalam satuan Rpkg; 38 f Harga beli pedagang pengumpul adalah harga gabah kering panen GKP yang telah dikonversikan untuk menghasilkan satu kilogram beras dalam satuan Rpkg. V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Wilayah dan Topografi