16 pedagang pengumpul yang dominan. Hal ini dapat dikaitkan dengan keinginan
petani dalam mendapatkan uang dalam waktu yang cepat dan ikatan dengan tengkulak tersebut. Sistem pembayaran yang berlaku pada umumnya adalah tunai
dan tunda bayar.
2.2.4. Studi Empirik Biaya dan Marjin Tataniaga Beras
Biaya tataniaga merupakan komponen yang tidak dapat dihindarkan dalam proses penyampaian produk dari petani hingga ke konsumen. Besarnya biaya yang
ditanggung oleh lembaga tataniaga berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan fungsi- fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga tersebut. Biaya tataniaga
tersebut termasuk biaya transportasi, biaya buruh angkut, biaya pengeringan, biaya pengemasan, biaya overhead, biaya penggilingan, dan biaya bunga Ellis
et i
al. 1992, Wiboonpongse et al. 2001, dan Sutawi 2009. Pada umumnya biaya pengolahan dan transportasi merupakan komponen biaya yang memiliki proporsi
terbesar terhadap biaya total Sutawi 2009. Marjin tataniaga merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli
yang dikeluarkan. Marjin tataniaga dihitung dengan data harga pembelian dan penjualan terakhir responden. Hidayat 2010 melakukan analisis pendapatan
usahatani dan tataniaga padi organik di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Saluran tataniaga padi organik yang dapat dikatakan paling
efisien adalah saluran tataniaga III karena memiliki total margin tataniaga yang terkecil. Hal ini sesuai dengan Dahl dan Hammond 1977 yang menyatakan
bahwa marjin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen. Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi-
fungsi tataniaga yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin
banyak lembaga tataniaga yang terlibat, semakin besar perbedaan harga antar produsen dengan harga di tingkat konsumen sehingga tingkat marjin yang kecil
mengindikasikan bahwa tidak terdapat gap harga yang ekstrim yang membuat sebuah saluran tidak efisien.
Penggilingan merupakan lembaga tataniaga yang mendapatkan marjin terbesar dalam tataniaga beras di Indonesia. Hal ini terkait fungsi pengolahan
17 gabah menjadi beras yang dilakukan oleh penggilingan Ellis et al. 1992. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian tataniaga beras yang dilakukan Wiboonpongse et al. 2001 di Thailand.
2.2.5. Studi Empirik Farmer’s Share