62
6.4.1. Praktik Pembelian dan Penjualan 1
Praktik Pembelian dan Penjualan di Tingkat Petani
Petani menjual gabah hasil panen mereka kepada tengkulak. Semua petani yang menjual hasil panennya pada tengkulak menggunakan sistem tebas. Sistem
ini jika dipahami sebenarnya akan merugikan petani. Hal ini karena tengkulak melakukan sistem tebas hanya dengan menggunakan perkiraan. Tidak ada
perhitungan dengan pasti berapa berat padi yang ditebas. Sehingga jika perkiraan tengkulak lebih rendah dari berat sebenarnya, maka sistem ini telah merugikan
petani. Namun tidak hanya merugikan petani saja. Terkadang tungkulak juga dapat mengalami kerugian jika perkiraan mereka yang salah dimana berat hasil
sesungguhnya ternyata di bawah perkiraan. Hingga saat ini kebanyakan petani masih menggantungkan dirinya pada
tengkulak untuk menjual hasil panennya. Penyebabnya masih berkutat pada masalah modal dimana petani ingin segera menjual padinya untuk mendapatkan
uang tunai.
2 Praktik Pembelian dan Penjualan di Tingkat Tengkulak
Tengkulak masih menempati posisi tawar yang labih tinggi di atas petani. Artinya, petani masih tergantung pada tengkulak untuk menjual hasil panennya.
Seperti yang telah diuraikan pada bagian praktik pembelian dan penjualan petani, tengkulak membeli padi hasil panen menggunakan sistem tebas. Tengkulak
mendatangi sawah petani yang siap panen dan melakukan panen menggunakan fasilitas dari tengkulak. Kegiatan penjualan tengkulak dilakukan pada RMU.
3 Praktik Pembelian dan Penjualan di Tingkat RMU
Praktik pembelian beras yang dilakukan RMU dilakukan dengan tengkulak-tengkulak dan beberapa petani yang langsung menjual gabah panennya.
Beberapa RMU memiliki mesin giling yang sudah terintegrasi dimana mesin ini dapat menjalankan beberapa tahap dalam RMU seperti pemecahan kulit hingga
shinning pemolesan dalam satu kali proses giling. Sehingga produktivitas RMU yang memiliki mesin ini jauh lebih tinggi dibandingkan RMU dengan mesin yang
tidak terintegrasi.
63 Praktik penjualan beras yang dilakukan RMU adalah menjual beras kepada
grosir, ritel, BULOG, dan konsumen akhir. RMU yang menjadi Mitra Kerja BULOG adalah RMU yang memiliki kapasitas produksi yang besar dan produksi
yang kontinyu. Kondisi RMU yang ada di lapang tidak semua baik. Dapat ditemukan beberapa RMU yang berhenti beroperasi karena kesulitan modal untuk
membeli gabah.
4 Praktik Pembelian dan Penjualan di Tingkat Grosir
Grosir melakukan pembelian beras melaui RMU. Beberapa grosir memiliki mesin shinning pemutih dimana mesin tersebut digunakan untuk
memutihkan beras yang dibeli dari RMU karena grosir juga menerima beras dari RMU dengan berkualitas rendah. Selain untuk memperbaiki kualitas beras, mesin
tersebut juga ditujukan untuk menghasilkan beras kulaitas super dengan harga yang tinggi.
Praktik penjualan beras yang dilakukan grosir adalah melalui ritel dan Subdivre BULOG. Grosir yang menyalurkan berasnya kepada Subdivre BULOG
adalah grosir yang memiliki kapasitas gudang yang besar dimana perputaran perdangan beras setiap harinya sangat besar. Penjualan dari grosir kepada
Subdivre BULOG Semarang dilakukan melalui suatu kontrak kerjasama pengadaan cadangan beras pemerintah yang disebut Mitra Kerja. Sehingga
kuantitas, kualitas, dan harga GKG yang disalurkan sudah ditetapkan sebelumnya oleh Subdivre BULOG Semarang. Beras yang dibeli Subdivre BULOG adalah
beras yang ditujukan sebagai stok pemerintah yang disebut Cadangan Beras Pemerintah CBP.
5 Praktik Pembelian dan Penjualan di Tingkat Pedagang Ritel
Praktik pembelian pada tingkat pedagang pengecer atau retail dilakukan dengan grosir dan RMU. Penjualan yang dilakukan pedagang pengecer dilakukan
dengan konsumen akhir. Ritel-ritel yang menjual beras merupakan pedagang kelontong yang tidak mengkhususkan beras sebagai produk utama.
64
6.4.2. Sistem Penentuan Harga dalam Transaksi