24 operasional  melalui  marjin  tataniaga,
farmer’s  share,  dan  rasio  biaya  dan keuntungan tataniaga.
Efisiensi  sistem  tataniaga  merupakan  tujuan  akhir  yang  ingin  dicapai dalam  suatu  sistem  pemasaran.  Efisiensi  pemasarantataniaga  dapat  tercapai  jika
sistem  tersebut  dapat  memberikan  kupuasan  pihak-pihak  yang  terlibat  yaitu produsen,  konsumen  akhir  dan  lembaga-lembaga  pemasaran.  Sistem  tataniaga
yang  efisien  akan  tercipta  apabila  seluruh  lembaga  tataniaga  yang  terlibat  dalam kegiatan  memperoleh  kepuasan  dengan  aktivitas  tataniaga  tersebut  Limbong
Sitorus  1987.  Penurunan  biaya  input  dari  pelaksanaan  pekerjaan  tertentu  tanpa mengurangi  kepuasan  konsumen  akan  output  barang  dan  jasa,  menunjukkan
efisiensi.  Setiap  fungsi  kegiatan  tataniaga  memerlukan  biaya  yang  selanjutnya diperhitungkan  ke  dalam  harga  produk.  Lembaga  tataniaga  menaikkan  harga
persatuan kepada konsumen atau menekan harga pada tingkat produsen. Sehingga efisiensi tataniaga perlu dilakukan melalui penurunan biaya tataniaga.
3.1.3.1. Konsep Margin Tataniaga
Menurut Limbong dan Sitorus 1987, marjin tataniaga dapat didefenisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima
oleh  produsen.  Marjin  tataniaga  dapat  juga  diartikan  sebagai  nilai  dari  jasa-jasa pelaksanaan  kegiatan  tataniaga  sejak  dari  tingkat  produsen  hingga  ke  tingkat
konsumen akhir. Marjin  tataniga  merupakan  perbedaan  harga  atau  selisih  harga  yang
dibayarkan  konsumen  akhir  dengan  harga  yang  diterima  petani  produsen.  Dapat dikatakan  juga  sebagai  nilai  dari  jasa-jasa  pelaksanaan  kegiatan  tataniaga  mulai
dari  tingakt  produsen  hingga  tingkat  konsumen  akhir  yang  dilakukan  oleh lembaga-lemabga tataniaga. Margin tataniaga sebagai bagian dari harga konsumen
yang  tersebar  pada  setiap  lembaga  pemasaran  yang  terlibat  Kohls  and  Uhls 1990.
Kohls  and  Uhls  1990,  menyatakan  bahwa  marjin  tataniaga  sering dipergunakan  sebagai  perbedaan  antara  harga  di  berbagai  tingkat  lembaga
pemasaran  di  dalam  sistem  pemasaran.  Pengertian  marjin  pemasaran  ini  sering dipergunakan  untuk  menjelaskan  fenomena  yang  menjembatani  adanya
25 kesenjangan gap antara pasar di tingkat petani dengan pasar di tingkat pengecer.
Dua alternatif dari marjin pemasaran, yaitu: 1.
Perbedaan  harga  yang  dibayarkan  konsumen  dengan  harga  yang  diterima produsen
2. Merupakan  harga  dari  kumpulan  jasa-jasa  pemasarn  sebagai  akibat  adanya
permintaan dan penawaran jasa-jasa tersebut. Secara  teoritis  hal  tersebut  dapat  digambarkan  pada  Gambar  2.
Perpotongan antara kuva permintaan tingkat petani Df dengan kurva penawaran tingkat  petani  Sf  membentuk  suatu  titik  yang  merupakan  harga  pada  tingkat
petani,  yaitu  harga  pada  tingkat  Pf.  Hal  ini  berarti  bahwa  harga  tersebut  Pf merupakan  harga  riil  yang  diterima  oleh  petani  untuk  pembayaran  hasil  panen
usahataninya. Perpotongan antara kurva permintaan tingkat pengecer Dr dengan kurva  penawaran  tingkat  pengecer  Sr  membentuk  suatu  titik  yang  merupakan
harga  pada  tingkat  pengecer,  yaitu  harga  pada  tingkat  Pr.  Sehingga,  harga  yang terbentuk  Pr  merupakan  harga  riil  yang  harus  dibayarkan  oleh  konsumen  akhir
untuk memperoleh produk tersebut.
Gambar 2. Kurva Margin Tataniaga
Sumber: Kohls dan Uhls 1990
Pr Pf
Sr Sf
Dr Df
Q
26 Keterangan :
Q = jumlah barang
Pr – Pf
= margin tataniaga Pr
= harga tingkat eceran Pr
– PfQ = nilai margin tataniaga
Pf = harga tingkat petani
Sr = kurva penawaran tingkat pasar eceran
Sf = kurva penawaran tingkat petani
Dr = kurva permintaan tingkat pasar eceran
Df = kurva permintaan tingkat petani
Selisih  antara  tingkat  harga  yang  diterima  oleh  petani  Pf  dengan  harga yang  harus  dibayarkan  konsumen  akhir  Pr  adalah  margin  tataniaga.  Margin
tataniaga  yang  terbentuk  ini  adalah  cakupan  total  dari  keuntungan  yang  diterima oleh  seluruh  lembaga  tataniaga  dan  biaya  pemasaran  yang  harus  dikeluarkan
dalam  melaksanakan  fungsi-fungsi  tataniaga.  Biaya  pemasaran  yang  terbentuk merupakan sebuah biaya yang dikeluarkan dalam usaha-usaha untuk memberikan
nilai  tambah pada produk  yang diperdagangkan,  maupun biaya transportasi  yang harus  dikeluarkan  untuk  memberikan  kegunaan  tempat  kepada  produk  yang
diperdagangkan.
3.1.3.2.  Konsep Farmer’s Share pada Tataniaga