26 Keterangan :
Q = jumlah barang
Pr – Pf
= margin tataniaga Pr
= harga tingkat eceran Pr
– PfQ = nilai margin tataniaga
Pf = harga tingkat petani
Sr = kurva penawaran tingkat pasar eceran
Sf = kurva penawaran tingkat petani
Dr = kurva permintaan tingkat pasar eceran
Df = kurva permintaan tingkat petani
Selisih antara tingkat harga yang diterima oleh petani Pf dengan harga yang harus dibayarkan konsumen akhir Pr adalah margin tataniaga. Margin
tataniaga yang terbentuk ini adalah cakupan total dari keuntungan yang diterima oleh seluruh lembaga tataniaga dan biaya pemasaran yang harus dikeluarkan
dalam melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya pemasaran yang terbentuk merupakan sebuah biaya yang dikeluarkan dalam usaha-usaha untuk memberikan
nilai tambah pada produk yang diperdagangkan, maupun biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk memberikan kegunaan tempat kepada produk yang
diperdagangkan.
3.1.3.2. Konsep Farmer’s Share pada Tataniaga
Bagian yang diterima petani farmer’s share merupakan perbandingan
harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen. Bagian yang diterima lembaga pemasaran ini dinyatakan dalam persentase Limbong Sitorus
1987. Farmer’s share didapatkan dari hasil bagi antara harga di tingkat petani
dan adalah harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Besarnya farmer’s share
biasanya dipengaruhi oleh: 1 tingkat pemprosesan, 2 biaya transportasi, 3 keawetan, dan 4 jumlah produk.
Farmer’s share sering digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja suatu sistem tataniaga, tetapi
farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan bahwa pemasaran berjalan dengan efisien. Hal ini berkaitan dengan
besar kecilnya manfaat yang ditambahkan pada produk value added yang dilakukan lembaga perantara atau pengolahan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Faktor yang penting diperhatikan adalah bukan besar kecilnya share,
27 melainkan total penerimaan yang didapat oleh produsen dari hasil penjualan
produknya. Farmer’s Share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan efisiensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan petani. Kohls dan Uhls 1990 mendefinisikan
farmer’s share sebagai persentase harga yang diterima oleh petani sebagai bagian dari kegiatan usahatani yang dilakukannya
dalam menghasilkan suatu komoditas. Nilai farmer’s share ditentukan oleh
besarnya rasio harga yang diterima produsen dan harga yang dibayarkan konsumen.
Saluran tataniaga yang tidak efisien secara kuantitatif akan relatif memberikan marjin dan biaya tataniaga yang lebih besar. Biaya tataniaga ini
biasanya dibebankan kepada petani melalui harga beli sehingga harga yang diterima petani lebih rendah. Biaya tataniaga yang tinggi menyebabkan besarnya
perbedaan harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen sehingga akan menurunkan nilai
farmer’s share. Sebaliknya pada saluran tataniaga yang efektif dan efisien, marjin tataniaga dan biaya tataniaga menjadi
lebih rendah sehingga perbedaan harga petani dengan konsumen lebih kecil dan nilai
farmer’s share akan meningkat.
3.1.3.3. Konsep Rasio Keuntungan dan Biaya