57 menekan harga beli beras. Fungsi informasi pasar berupa informasi yang dapat
diperoleh RMU dari pedagang grosir di pasar mengenai perkembangan harga beras dan kualitas yang diinginkan oleh konsumen.
5 Fungsi Tataniaga di Tingkat Ritel
Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang ritel yaitu fungsi pembelian dan penjualan. Pada saluran A, pedagang ritel melakukan pembelian
beras dari pedagang grosir dan RMU. Fungsi penjualan dilakukan dengan menyalurkan beras langsung kepada konsumen individu.
Fungsi fisik yang dilakukan pedagang ritel menyangkut fungsi pengangkutan dan penyimpanan. Proses pengangkutan dilakukan pada saat
pembelian beras dari grosir. Namun pedagang ritel tidak melakukan fungsi pengangkutan ketika membeli beras dari RMU dikarenakan beras diantarkan
langsung oleh RMU yaitu saluran A4. Fungsi penyimpanan menyangkut kegiatan penyimpanan beras oleh pedagang ritel di tempat usahanya. Fungsi penyimpanan
dilakukan oleh pedagang ritel di setiap saluran tataniaga. Biasanya pedagang ritel menyimpan beras hanya sekedar singgah sebelum dijual kembali kepada
konsumen. Pedagang ritel tidak melakukan fungsi pengolahan lebih lanjut terhadap beras yang dibeli dari pedagang grosir atau RMU.
Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang ritel berupa fungsi sortasi, penanggungan risiko, dan informasi pasar. Fungsi fasilitas dilakukan oleh
pedagang ritel di saluran A1 dan A4. Fungsi sortasi dilakukan pedagang ritel dengan melakukan pemilahan terhadap beras yang dibeli dari RMU berdasarkan
harga. Fungsi penanggungan risiko pedagang ritel yaitu risiko penurunan kualitas beras yang disimpan dan risiko penurunan harga pasar. Fungsi informasi pasar
berupa informasi yang dapat diperoleh RMU dari pedagang ritel di pasar mengenai perkembangan harga beras dan kualitas yang diinginkan oleh
konsumen.
6.3. Analisis Struktur Pasar Tataniaga Beras di Desa Kenduren
Struktur pasar dapat diketahui dengan melihat antara jumlah penjual dan pembeli, heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi atau keadaan produk,
kemudahan keluar dan masuk pasar, serta informasi mengenai perubahan harga
58 pasar. Struktur pasar dapat menjelaskan pengambilan keputusan oleh suatu
lembaga tataniaga. Secara umum kondisi struktur pasar yang terjadi pada sistem tataniaga beras di Desa Kenduren adalah persaingan tidak sempurna karena hanya
terdapat satu lembaga tataniaga tengkulak yang membeli gabah hasil panen petani serta terdapat banyak penjual di setiap saluran dan tingkat lembaga
tataniaga lainnya.
1 Struktur Pasar di Tingkat Petani
Struktur pasar yang dihadapi oleh petani di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Barat merupakan pasar persaingan tidak
sempurna yaitu pasar oligopsoni murni karena hanya terdapat beberapa lembaga tataniaga yang menjadi pembeli gabah hasil panen sedangkan terdapat banyak
petani padi yang ingin menjual hasil panennya. Diilihat dari aspek heterogenitas produk yang diperdagangkan, gabah hasil panen petani bersifat homogen karena
petani hanya menjual dalam GKP kepada tengkulak. Kondisi hambatan masuk pasar dari sisi petani cukup rendah. Hal ini
dikarenakan dalam memasarkan hasil panennya petani tidak terikat dengan RMU tertentu. Petani bebas menjual hasil panennya kepada RMU mana saja yang paling
menguntungkan baginya. Selain itu, karena lahan pertanian yang masih luas membuat pertanian padi masih diandalkan menjadi mata pencaharian utama.
Sedangkan hambatan keluar masuk pasar dari sisi petani tinggi. Kesulitan pertama adalah masalah teknis budidaya padi dimana petani sangat sulit untuk mengubah
peruntukan sawah untuk padi menjadi lahan untuk komoditas lainnya. Selain itu, petani juga harus selalu menjual hasil panennya pada tengkulak untuk memenuhi
biaya tanam musim berikutnya. Di tingkat petani, informasi perubahan harga biasanya diperoleh dari
tengkulak yang membeli hasil panennya. Informasi tersebut akan dengan mudah menyebar di sesama petani. Sehingga harga di tingkat petani cenderung seragam
dan tidak ada perbedaan yang signifikan.
59
2 Struktur Pasar di Tingkat Tengkulak
Di tingkat tengkulak atau penebas pada sistem tataniaga beras, struktur pasar yang dihadapi bersifat pasar persaingan tidak sempurna. Jika dikaitkan
antara tengkulak dengan petani maka struktur pasar di tingkat tengkulak cenderung bersifat oligopsoni dimana hanya terdapat beberapa pembeli gabah
hasil panen padi dan begitu banyak petani. Apabila dikaitkan antara tengkulak dengan RMU maka struktur di tingkat
tengkulak cenderung bersifat oligopoli diferensiasi. Hal ini ditunjukan dengan keberadaan jumlah penjual yaitu tengkulak lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah pembeli yaitu RMU. Sedangkan, produk yang dipertukarkan bersifat berbeda yaitu GKP dan GKG.
3 Struktur Pasar di Tingkat RMU
Struktur pasar yang dihadapi oleh RMU cenderung bersifat pasar persaingan tidak sempurna. Apabila dikaitkan antara RMU dengan petani maka
struktur pasar di tingkat RMU cenderung bersifat oligopsoni dimana hanya terdapat beberapa pembeli gabah hasil panen padi. Struktur pasar ini digambarkan
oleh beberapa pembeli gabah yaitu RMU dan banyak penjual gabah yaitu para petani padi. Kondisi ini juga ditunjang dengan produk gabah yang dipertukarkan
bersifat homogen dan hambatan keluar masuk dari sisi RMU sebagai pembeli cukup rendah karena RMU bebas menentukan untuk membeli atau tidak hasil
panen petani. Apabila dikaitkan antara RMU dengan pedagang grosir dan pedagang ritel
di pasar maka struktur pasar di tingkat pedagang pengumpul cenderung bersifat oligopoli. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan jumlah penjual yaitu RMU
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembeli yaitu pedagang grosir dan pedagang ritel. Hambatan keluar masuk RMU cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
RMU dan grosir sudah ada kepercayaan yang tinggi untuk memasarkan beras dari RMU. Produk yang dipertukarkan bersifat homogen yaitu beras yang telah disortir
berdasarkan kualitasnya. Namun, RMU menghadapi struktur pasar yang monopsoni ketika dihadapkan dengan Subdivre BULOG Semarang. Hal ini
dikarenakan Subdivre BULOG Semarang merupakan satu-satunya lembaga
60 tataniaga yang bertujuan untuk menjaga kebutuhan cadangan beras pemerintah.
Hambatan keluar masuk RMU tinggi karena RMU telah terikat kontrak dengan Subdivre BULOG Semarang untuk memasok gabah dengan jumlah tertentu ketika
menjadi Mitra Kerja. RMU merupakan lembaga tataniaga yang dapat mempengaruhi harga
pasar bersama dengan pedagang grosir. RMU memperoleh informasi harga melalui pihak grosir dan Subdivre BULOG Semarang. Informasi ini mudah
diakses sehingga umumnya harga yang ditetapkan RMU terhadap petani dan tengkulak maupun grosir luar daerah seragam. Namun RMU tidak dapat
mempengaruhi tingkat harga di Subdivre BULOG Semarang. Hal ini dikarenakan harga pembelian Subdivre BULOG Semarang bersifat tetap dan merupakan
kebijakan dari pemerintah.
4 Struktur Pasar di Tingkat Grosir
Pedagang grosir menghadapi strukur pasar yang cenderung oligopoli ketika berhadapan dengan RMU dimana pedagang grosir berlaku sebagai pembeli
dan RMU berlaku sebagai penjual. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah RMU yang menjual beras kepada pedagang grosir. Pedagang grosir ini memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi harga beras karena pedagang grosir mampu memprediksi harga beras berdasarkan jumlah pasokan setiap periode dengan
banyaknya permintaan dari pedagang ritel dan konsumen. Pedagang grosir menghadapi strukur oligopoli ketika berhadapan dengan
pedagang ritel dan konsumen dimana pedagang grosir berlaku sebagai penjual dan pedagang ritel dan konsumen berlaku sebagai pembeli. Hal ini ditunjukkan oleh
beberapa pedagang grosir yang menjual beras kepada banyak pedagang ritel dan konsumen. Disamping itu, produk yang dipertukarkan pun bersifat homogen yaitu
berupa beras. Hambatan keluar masuk pasar bagi pedagang grosir tidak terlalu sulit. Hal ini dikarenakan dengan modal yang kuat dan kemampuan mengakses
pasar seseorang dapat menjadi pedagang grosir. Grosir merupakan lembaga tataniaga yang dapat mempengaruhi harga
pasar bersama dengan RMU. Grosir memperoleh informasi harga dengan memperhatikan harga dasar di Subdivre BULOG Semarang dan kondisi
61 permintaan dan penawaran beras di pasar. Informasi ini cukup sulit diperoleh
karena membutuhkan perhitungan yang cermat. Namun grosir tidak dapat mempengaruhi tingkat harga di Subdivre BULOG Semarang. Hal ini dikarenakan
harga pembelian Subdivre BULOG Semarang bersifat tetap dan merupakan kebijakan pemerintah.
5 Struktur Pasar di Tingkat Ritel
Struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang ritel adalah cenderung bersaing sempurna baik saat menghadapi pedagang grosir maupun konsumen. Hal
ini dikarenakan jumlah pedagang ritel yang berlaku sebagai penjual dan jumlah konsumen yang berlaku sebagai pembeli cukup banyak. Begitu pula pedagang
grosir yang berperan sebagi penjual dan pedagang ritel sebagai pembeli cukup banyak jumlahnya. Selain itu, produk yang dipertukarkan cenderung bersifat
homogen, dan pedagang ritel tidak dapat mempengaruhi harga. Informasi pasar mengenai harga yang terjadi di tingkat pedagang ritel
diperoleh dari pedagang grosir dan pedagang ritel lainnya. Sehingga arus informasi dapat dengan mudah diperoleh pedagang ritel. Hambatan keluar masuk
pasar cenderung rendah karena tidak adanya peraturan atau ikatan khusus untuk menjadi pedagang ritel.
6.4. Perilaku Pasar Tataniaga Beras di Desa Kenduren