26
Gambar 4 Peta lokasi penelitian
Gambar 5 Tahapan penelitian
3.3.1 Data primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi, persepsi responden terhadap kawasan, kebijakan pengelolaan, isu-isu dan permasalahan
yang terjadi serta kualitas perairan. Adapun jenis, sumber dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 3. Metode yang digunakan untuk memperoleh data
primer selama penelitian adalah wawancara dan observasi lapang.
3.3.1.1 Wawancara
Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kawasan penelitian dengan melakukan wawancara langsung kepada penduduk
sekitar, petugas dalam kawasan dan dinas yang terkait dengan pengelolaan di wilayah penelitian selaku stakeholder serta kepada wisatawan. Dinas yang selama
ini mengelola adalah Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan Disparpora dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Pacitan. Penentuan responden untuk stakeholder dilakukan dengan metode purposive
sampling yang terdiri dari penduduk sekitar, pengelola kawasan, dan pegawai
dalam kawasan. Penentuan responden tersebut dilakukan terhadap pihak-pihak yang mengetahui mengenai pengelolaan kawasan. Tidak semua penduduk,
pengelola dan pegawai kawasan diwawancara. Hanya pihak-pihak yang benar-
Data spasial Data pemanfaatan
Sumberdaya
Analisis kesesuaian
ekologis
Analisis daya dukung
Strategi Pengelolaan
Nilai ekonomi
benar mengetahui mengenai pengelolaan kawasan yang diwawancara. Penentuan responden
wisatawan dilakukan
dengan metode
accidental sampling
. Pertimbangan
menggunakan metode
purposive sampling
karena metode
pengambilan sampel dengan cara ini sengaja memilih responden berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan yaitu dengan ketentuan peran serta partisipasi
responden dalam kegiatan, pertimbangan lain adalah kemudahan dalam wawancara dan kesediaan responden untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. Pemilihan responden wisatawan dengan metode accidental sampling untuk
responden wisatawan berdasarkan kemudahan pengambilan data, yaitu dilakukan terhadap responden yang kebetulan berada di dalam kawasan dimana sampel
tersebut sesuai dengan kriteria yang akan diteliti. Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di
kawasan wisata. Jumlah wisatawan yang dijadikan responden berjumlah 50 orang dari tiap kawasan. Umur responden dalam penelitian ini dibatasi, dimana
pengunjung yang dijadikan responden adalah berusia di atas 15 tahun. Hal ini dikarenakan pada batas usia tersebut, mereka dianggap telah mampu untuk
menentukan pengambilan keputusan dalam memilih tempat berwisata. Responden wisatawan diambil sejumlah 50 responden dianggap sudah mencukupi karena
peneliti sebelumnya telah melakukan survei pendahuluan dan telah mengetahui sebaran asal wisatawan. Oleh karena itu jumlah responden tersebut sudah
memenuhi sebaran data yang dibutuhkan.
3.3.1.2 Observasi lapang
Observasi lapang merupakan pengumpulan data primer dengan mengamati dan melakukan pengukuran insitu pada parameter lingkungan yang diperlukan.
Parameter yang dimaksud meliputi kualitas air, kondisi lingkungan maupun pemukiman penduduk.
Sampel air untuk analisis kualitas air diambil dari perairan pesisir Kecamatan Pringkuku. Posisi stasiun pengambilan contoh kualitas air ditentukan
dengan bantuan GPS. Pemilihan stasiun pengambilan contoh berdasarkan pada area yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Posisi stasiun yang
menyebar sepanjang pantai diharapkan dapat mewakili karakteristik fisika, kimia perairan di sepanjang pantai di lokasi penelitian.
Parameter kualitas air yang dianalisis adalah suhu, kecerahan, pH, DO oksigen terlarut, BOD Biochemical Oxygen Demand, bau, sampah, salinitas,
TSS Total Suspended Solid. Alat, bahan, dan pengukuran contoh kualitas perairan disajikan dalam Lampiran 1. Analisis kualitas air dilakukan di
Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.3.2 Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi, kebijakan pengelolaan, isu-isu serta permasalahan yang terjadi Tabel 3. Data sekunder
diperoleh melalui studi pustaka dan informasi dari instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga; Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pacitan; Bappeda Kabupaten Pacitan; BPS Kabupaten Pacitan; Badan Geospasial Indonesia serta TPI Watukarung.
Sumber data sekunder yang dikumpulkan berupa buku penunjang, laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, serta bentuk-bentuk artikel dan jurnal. Jenis
data yang dikumpulkan dari sumber tersebut antara lain peta lokasi, jumlah penduduk, ketersediaan air tawar, produksi perikanan, jumlah wisatawan,
pendapatan asli daerah dari sektor wisata dan sebagainya. Data sekunder ini digunakan sebagai informasi pendukung dalam melakukan penilaian kesesuaian
kawasan Pesisir Kecamatan Pringkuku untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.
3.3.3 Data kesesuaian lahan
Data yang dibutuhkan dalam menganalisis kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata pantai ada sepuluh parameter. Sepuluh parameter tersebut diamati secara
langsung dalam penelitian data primer Tabel 4.
Tabel 3 Jenis, sumber dan cara pengambilan data
No Nama data
Sumber data Primer
Sekunder
1 Keadaan umum lokasi
a. Batas asministrasi, luas wilayah, nama wilayah, batas wilayah studi
Laporan -
Studi pustaka b. Sarana prasarana
Responden, lapangan, laporan
Wawancara, observasi lapang
Studi pustaka Penginapan,
rumah makan,
kamar mandiWC, jalan beraspal dan tempat
parkir, tempat
sampah dan
pembuangannya, TPI, area perkemahan c. Demografi
Laporan -
Studi pustaka d. Topografi wilayah
Penutupan dan penguasaan lahan Laporan
- Studi pustaka
e. Oseanografi kawasan Lapangan,
laporan Observasi
lapang Studi pustaka
Gelombang, pasang
surut, material
penyusun pantai f. Klimatologi
Laporan -
Studi pustaka g. Pendidikan dan tenaga kerja
Responden, lapangan, laporan
Wawancara, observasi lapang
Studi pustaka h. Transportasi dan komunikasi
Responden, lapangan, laporan
Wawancara, observasi lapang
Studi pustaka i. Kondisi wisata
Lapangan, laporan
Observasi lapang
Studi pustaka Banyaknya wisatawan, antusias dan
perilaku wisatawan, karcis masuk j. Pembuangan limbah dan dampaknya
Lapangan Observasi
lapang k. Kondisi perikanan
Lapangan laporan Wawancara,
observasi lapang Studi pustaka
2 Sumberdaya alam perairan dan daratan
Lapangan laporan Wawancara,
observasi lapang Studi pustaka
3 Persepsi
terhadap kawasan
wisata :
penduduk, wisatawan dan pemda yang mengelola
Responden, lapangan
Wawancara, observasi lapang
4 Kebijakan pengelolaan
Responden, lapangan
Wawancara, observasi lapang
5 Isu-isu dan permasalahan yang terjadi
Responden, lapangan, laporan
Wawancara, observasi lapang
Studi pustaka 6
Kualitas perairan : suhu, kecerahan. pH. DO, BOD, bau, salinitas, padatan
tersuspensi, sampah Lapangan
Observasi lapang
Tabel 4 Data untuk analisis kesesuaian lahan
No Kebutuhan Data
Jenis Data Teknik Pengumpulan
1 Kedalaman perairan
Primer Survei
2 Tipe pantai
Primer Survei
3 Lebar pantai
Primer Survei
4 Material dasar perairan
Primer Survei
5 Kecepatan arus mdtk
Primer Survei
6 Kemiringan pantai
o
Primer Survei
7 Kecerahan perairan m
Primer Survei
8 Penutupan lahan pantai
Primer Survei
9 Biota berbahaya
Primer Survei
10 Ketersediaan air tawar
Primer Survei
3.3.4 Data EoP Effect on Production
Data yang dibutuhkan untuk penghitungan EoP terdiri atas data primer dan sekunder Tabel 5. Pengukuran EoP dilakukan untuk kegiatan perikanan. Data
primer diperoleh dari berbagai fenomena di lapangan, baik berasal dari kuisioner, pengamatan langsung dan sebagainya yang mencerminkan kondisi kawasan.
sementara itu data sekunder dapat diperoleh dari beberapa pustaka penting yang dapat menunjang kelengkapan data penelitian Yulianda et al. 2010.
Pengumpulan data dilakukan dengan survei pustaka dari beberapa data statistik yang relevan. Beberapa site survey kemudian dilakukan untuk
mengestimasi nilai langsung rapid rural appraisal yang difokuskan pada nelayan dan pelaku ekonomi lainnya. Selanjutnya dilakukan wawancara yang
mendalam dengan panduan kuisioner. Tabel 5 Jenis dan sumber data untuk Effect on Production EoP.
No Kebutuhan Data
Jenis Data Teknik Pengumpulan
1 Hasil penangkapan ikan
Primer, sekunder Survei, literatur
2 Harga produk
Primer Survei
3 Pendapatan
Primer Survei
4 Tipologi sosek responden
Primer Survei
5 Frekuensiupaya
tangkap per
tahun Primer, sekunder
Survei, literatur 6
Produksi total
kawasan per
tahun ikan, udang, dll Sekunder
Literatur 7
Jumlah pemanfaat
kawasan nelayan
Primer, sekunder Survei, literatur
3.3.5 Data TCM Travel Cost Method
Data yang dikumpulkan dalam TCM antara lain biaya perjalanan, jumlah kunjungan, data demografi, lokasi wisata alternatif, dan lainnya Lampiran 2.
Selain itu ada faktor sosial ekonomi antara lain pendapatan rumah tangga, umur dan pendidikan. Pendekatan yang dilakukan dalam penghitungan TCM pada
penelitian ini adalah pendekatan individu Tabel 6. Dalam penelitian ini dilakukan pendekatan individu karena kebutuhan data sudah mencukupi dengan
dilakukan pendekatan individu.
Tabel 6 Data yang dibutuhkan dalam pendekatan individu
Data yang dibutuhkan Jenis data
1. Jumlah pengunjung ke lokasi pertahun Data sekunder
2. Biaya perjalanan pengunjung Data primer
3. Pendapatan rumah tangga Data primer
4. Umur Data primer
5. Pendidikan Data primer
6. Lokasi wisata alternatif Data primer
7. Opportunity cost dari waktu Data primer
8. Lain-lain faktor yang mempengaruhi permintaan Data primer
Sumber: Yulianda et al. 2010
3.4 Analisis data 3.4.1 Analisis kualitas air
Hasil pengukuran dan analisa data kualitas perairan yang diperoleh kemudian dilakukan perbandingan dengan baku mutu kualitas air untuk pariwisata
bahari. Baku mutu kualitas air tersebut berdasarkan Menteri Lingkungan Hidup Keputusan No 51MENLH2004 tentang baku mutu air laut Tabel 7.
Tabel 7 Baku mutu
air laut
untuk wisata
bahari Keputusan
No 51MENLH2004
No Parameter
Satuan Baku mutu
A
1 2
3 4
5
FISIKA Suhu
c
Kecerahan
a
Bau Padatan Tersuspensi Total
b
Sampah °C
meter -
mgl -
Alami
3 c
6 Tidak berbau
20 Nihil
1 4
B
1 2
3
KIMIA pH
d
Oksigen Terlarut DO Salinitas
e
- mgl
‰ 7 – 8,5
d
5 Alami
3 e
Keterangan: 1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan sesuai dengan metode
yang digunakan 3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat siang, malam dan
musim 4. Pengamatan oleh manusia visual.
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 kedalaman eufotik b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 konsentrasi rata-rata musiman
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 2
o
C dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 0,2 satuan pH
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 5 salinitas rata-rata musiman g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 konsentrasi rata-rata musiman
3.4.2 Analisis kesesuaian kawasan
3.4.2.1 Analisis deskriptif
Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau uraian singkat terkait hasil penelitian yang diperoleh. Analisis
deskriptif merupakan salah satu metode analisis data yang sederhana dan mampu memberikan informasi-informasi penting dari suatu penelitian. Penggunaan
analisis jenis ini mampu menggambarkan tentang objek penelitian secara lebih rinci dan terarah.
3.4.2.2 Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pantai
Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pantai adalah analisis untuk mengetahui kecocokan dan kemampuan kawasan menyangga segala macam
aktivitas wisata. Analisis ini sangat diperlukan untuk pengembangan kawasan ekowisata yaitu untuk melakukan pengendalian, memperkirakan dampak
lingkungan dan pembatasan pengelolaan sehingga tujuan wisata menjadi selaras. Menentukan kesesuaian wilayah merupakan pola pikir yang mengarah pada
pertimbangan bahwa berapapun besarnya daya tarik dari suatu lokasi wisata, secara ekologis tetap memiliki keterbatasan sehingga jumlah dan frekuensi
kunjungan dalam satu ruang dan waktu harus disesuaikan dengan kaidah yang berlaku.
Analisis kesesuaian wilayah dikaitkan dengan kegiatan di sekitar pantai seperti berjemur, bermain pasir, wisata olahraga, berenang dan aktivitas lainnya.
Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter yang memiliki empat klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain kedalaman perairan,
tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan
ketersediaan air tawar Tabel 8.
Tabel 8 Kriteria kesesuaian lahan untuk wisata pantai.
Parameter Bobot
Katego ri SS
Skor Katego
ri S Skor
Katego ri SB
Skor Kategori
TS Skor
Kedalaman perairan m
5 0 – 3
3 3-6
2 6-10
1 10
Tipe pantai 5
Pasir putih
3 Pasir
putih, sedikit
karang 2
Pasir hitam,
berkara ng
sedikit terjal
1 Lumpur
berbatu, terjal
Lebar pantai m
5 15
3 10-15
2 3-10
1 3
Material dasar
perairan 3
Pasir 3
Karang ,
berpasi r
2 Pasir
berlum pur
1 Lumpur
Kecepatan arus mdtk
3 0-0,17
3 0,17 -
0,34 2
0,34- 0,51
1 0,51
Kemiringan pantai
o
3 10
3 10-25
2 25-45
1 45
Kecerahan perairan m
1 10
3 5-10
2 3-5
1 2
Penutupan lahan pantai
1 Lahan
terbuka, kelapa
3 Semak
belukar rendah,
savana 2
Belukar tinggi
1 Hutan
bakau, pemukim
an,pelabu han
Biota berbahaya
1 Tidak
ada 3
Bulu babi
2 Bulu
babi, ikan
pari 1
Bulu babi,
ikan pari, lepu, hiu
Ketersediaan air tawar
1 0,5
km 3
0,5-1 km
2 1-2
1 2 km
Sumber: Yulianda 2007
Keterangan : SS
= Kategori sangat sesuaiideal untuk wisata pantai S
= Kategori sesuai untuk wisata pantai SB = Kategori sesuai bersyarat untuk wisata pantai
TS = Kategori tidak sesuai untuk wisata pantai
Analisis kesesuaian ini diperlukan untuk melihat apakah kawasan wisata Pantai di Kecamatan Pringkuku masih memenuhi standar untuk wisata pantai.
Rumus yang digunakan adalah rumus untuk kesesuaian wisata pantai Modifikasi Yulianda 2007:
100 x
Nmaks Ni
IKW
Keterangan :
IKW = Indeks kesesuaian wisata
Ni = Nilai parameter ke-i
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Jumlah = Skor x Bobot dimana nilai maksimum = 84 S1
= Sangat sesuai dengan nilai 75 – 100
S2 = Sesuai dengan nilai 50-75
TS = Tidak Sesuai dengan nilai 50
Kelas S1 yaitu sangat sesuai menunjukkan bahwa kawasan tersebut ideal untuk kegiatan wisata pantai. Kelas S2 yaitu sesuai menunjukkan kawasan
tersebut sesuai untuk kegiatan wisata pantai. Kelas TS yaitu tidak sesuai menunjukkan kawasan tersebut tidak sesuai untuk kegiatan wisata pantai. Kelas
kesesuaian tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan 10 parameter. Tiap parameter memiliki bobot yang berbeda. Kedalaman perairan, tipe
pantai dan lebar pantai memiliki bobot paling besar yaitu 5. Material dasar perairan, kecepatan arus, dan kemiringan pantai memiliki bobot 3. Kecerahan
perairan, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar memiliki bobot paling kecil yaitu 1.
Kegiatan wisata pantai merupakan semua aktivitas yang berlangsung di kawasan pantai seperti menikmati keindahan alam pantai, olahraga, berenang,
berkemah dan aktivitas lainnya. Parameter yang dijadikan kriteria kesesuaian lahan untuk wisata pantai antara lain:
1 Kedalaman perairan Perairan yang relatif dangkal merupakan kondisi yang sangat menunjang
diadakannya wisata pantai dimana para wisatawan dapat bermain air maupun berenang dengan aman. Kedalaman 0–5 meter merupakan syarat yang paling
sesuai untuk wisata pantai. Toleransi juga diberikan untuk kedalaman 5–10 meter, sedangkan kedalaman 10 meter dianggap kurang ideal untuk kegiatan
ini. 2 Material dasar perairan
Material dasar perairan sangat menentukan kecerahan perairan. Daerah di sekitar pantai dengan substrat pasir merupakan lokasi yang sangat sesuai
untuk wisata pantai. Toleransi diberikan pada substrat pasir berkarang atau karang berpasir dengan hancuran karang yang relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan karangnya maupun pasir berlumpur dengan perlakuan khusus. Substrat lumpur maupun karang merupakan lokasi yang tidak sesuai
untuk kegiatan berenang dan bermain air. 3 Kecepatan arus
Kecepatan arus berkaitan dengan keamanan wisatawan dalam melaksanakan aktivitasnya. Kecepatan arus yang relatif lemah berkisar antara 0-0,17 mdtk
merupakan syarat yang ideal untuk aktivitas berenang, bermain air dan aktivitas lainnya. Kecepatan arus 0,17–0,34 mdtk masih masuk dalam
kategori sesuai dan kecepatan arus di atas 0,51 mdtk masuk dalam kategori tidak sesuai.
4 Kecerahan perairan Wilayah dengan kondisi perairan yang cerah merupakan lokasi yang paling
sesuai untuk wisata pantai. Wisatawan dapat bermain air, berenang dan aktivitas lainnya. Kecerahan perairan 30 meter merupakan syarat yang sangat
sesuai atau diinginkan untuk wisata pantai. Toleransi diberikan untuk kecerahan perairan 10 meter, sedangkan untuk kecerahan perairan 10 meter
dianggap tidak sesuai untuk kegiatan wisata pantai. 5 Ketersediaan air tawar
Ketersediaan air tawar merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam wisata pantai. Selain untuk konsumsi juga digunakan untuk MCK dan mandi
setelah bermain air laut dan pasir pantai. Ketersediaan air tawar dilihat dari seberapa jauh sumber air tawar terhadap pantai. Jarak lokasi dengan sumber
air 0,5 km merupakan syarat yang paling sesuai, sedangkan jarak 2 km merupakan jarak yang tidak sesuai untuk wisata pantai.
6 Tipe pantai Dalam kaitannya dengan wisata pantai, pantai berpasir merupakan lokasi yang
paling ideal untuk wisata pantai. Wisatawan dapat berjemur, berolah raga, menikmati pemandangan, bermain dengan santai. Toleransi juga diberikan
pada pantai berpasir dengan sedikit karang maupun pada daerah yang sedikit terjal, sedangkan pantai berlumpur, berkarang maupun terjal dianggap tidak
sesuai untuk kegiatan ini. 7 Lebar pantai
Lebar pantai berkaitan dengan luasnya lahan pantai yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas wisata pantai. Lebar pantai yang sangat sesuai untuk
wisata pantai adalah lebih dari 15 meter, sedangkan untuk lebar pantai kurang dari 3 meter dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai.
8 Kemiringan pantai Kemiringan pantai berkaitan dengan berbagai aktivitas yang dapat dilakukan
di pantai. Wisatawan sebagian besar menyukai pantai yang landai karena lebih mudah untuk melakukan berbagai aktivitas. Kemiringan pantai yang kurang
dari 10
o
dianggap paling sesuai untuk wisata pantai, sedangkan kemiringan pantai yang lebih dari 45
o
dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai karena dianggap curam.
9 Biota berbahaya Lahan pantai yang nyaman untuk berbagai aktivitas adalah pantai yang aman.
Pantai yang aman disini merupakan pantai yang bebas dari biota berbahaya seperti bulu babi, lepu dan hiu.
10 Penutupan lahan pantai Penutupan lahan pantai merupakan faktor sekunder pada kegiatan wisata
pantai. Adanya rencana pengembangan pada suatu daerah untuk wisata pantai, penutupan lahan yang ada dapat diubah sesuai dengan perencanaan. Kecuali
untuk daerah hutan lahan basah yang dilindungi, dapat dimasukkan ke dalam lokasi yang tidak sesuai untuk pengembangan wisata pantai.
3.4.3 Daya dukung ekologis
Analisa daya dukung ekologis digunakan untuk merencanakan pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari. Penentuan
daya dukung ekologis ini perlu dilakukan karena sumberdaya wisata pesisir bersifat mudah rusak dan ruang untuk wisatawan sangat terbatas. Berdasarkan
Yulianda 2007, penghitungan daya dukung ekologis wisata pantai dilakukan menggunakan rumus:
Wp Wt
x Lt
Lp x
K DDK
Keterangan : DDK = Daya dukung ekologis oranghari
K = Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area orang
Lp = Luas atau panjang area yang dapat dimanfaatkan m atau m
2
Lt = Unit area untuk kategori tertentu m atau m
2
Wt = Waktu yang disediakan kawasan dalam 1 hari jam
Wp = Waktu yang dihabiskan wisatawan untuk kegiatan tertentu jam
Potensi ekologis wisatawan ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang dilakukan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh wisatawan
ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan alam dalam memberi toleransi kepada wisatawan sehingga keaslian sumberdaya alam akan tetap
terjaga. Potensi ekologis wisatawan dan luas area kegiatan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Potensi ekologis wisatawan K dan luas area kegiatan Lt
Jenis kegiatan K
wisatawan Unit area Lt
Keterangan
Rekreasi pantai 1
50 m 1 orang setiap 50 panjang pantai
Wisata olah raga 1
50 m 1 orang setiap 50 panjang pantai
Berenang 1
50 m 1 orang setiap 50 panjang pantai
Berjemur 1
50 m 1 orang setiap 50 panjang pantai
Memancing 1
10 m 1 orang setiap 10 panjang pantai
Area berkemah 5
100 m
2
5 orang setiap 100 m
2
Sumber: Modifikasi Yulianda 2007
Waktu yang dihabiskan wisatawan untuk melakukan kegiatan Wp dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan
kegiatan wisata. Waktu yang dihabiskan wisatawan diperhitungkan dengan mempertimbangkan waktu yang disediakan kawasan Wt. Waktu yang
disediakan kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 10 jam 07.00 WIB-17.00 WIB. Prediksi waktu yang
dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata
No. Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan Wp- jam
Total waktu 1 hari Wt-jam
1. Berenang
2 4
2. Berjemur
2 4
3. Rekreasi pantai
3 6
4. Wisata olah raga
2 4
5. Memancing
3 6
6. Berkemah
24 24
Sumber: Modifikasi Yulianda 2007
3.4.4 Effect on Production EoP
Pendekatan EoP memerlukan sebuah pendekatan yang integratif antara flow ekologi dan flow ekonomi karena pendekatan ini lebih memfokuskan pada aliran
fungsi ekologis yang memberikan dampak pada nilai ekonomi sumberdaya alam yang dinilai perikanan. EoP diukur dengan menggunakan harga bayangan yang
dihitung berdasarkan harga pasar yang telah didiskon dengan menggunakan faktor perubahan pasar atau ekuitas sosial. Dalam analisis integrasi ekologi-ekonomi
dalam konteks metode EoP terdapat beberapa langkah Hufschmidt et al. 1983 in
Adrianto 2006
b
yaitu: 1 Mengidentifikasi input sumberdaya, output produksi sumberdaya dan
residual sumberdaya dari sebuah kebijakankegiatan, 2 Melakukan kuantifikasi aliran fisik dari sumberdaya,
3 Melakukan kuantifikasi keterkaitan antar sumberdaya alam, 4 Melakukan kuantifikasi aliran dan perubahan fisik ke dalam terminologi
kerugian dan manfaat ekonomi. EoP merupakan nilai langsung yang digunakan untuk mengestimasi fungsi
ekosistem secara tidak langsung. Teknik EoP yang digunakan dalam penelitian ini adalah surplus konsumen.
3.4.4.1 Surplus konsumen
Surplus konsumen merupakan kepuasan atau kegunaan tambahan yang diperoleh konsumen dari pembayaran harga suatu barang yang lebih rendah dari
harga dimana konsumen bersedia membayarnya. Pendugaan nilai ekonomi dari suatu sumberdaya memerlukan langkah-langkah: a menduga fungsi pemintaan,
b mentransformasi intersep baru fungsi permintaan, c mentrasformasikan kembali fungsi permintaan baru ke fungsi permintaan asal, d menduga total
kesediaan membayar, e menduga consumer surplus, f menduga nilai ekonomi, harga yang dibayarkan dan consumer surplus per unit sumberdaya, dan g
menduga total nilai ekonomi. Menduga fungsi permintaan terhadap penggunaan suatu sumberdaya
n
n
X X
X Q
...
2 1
2 1
Keterangan : Q
= Jumlah sumberdaya yang diminta hasil tangkap X
1
= Harga X
2
,.X
n
= Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga
Mentransformasikan fungsi permintaan terhadap harga linier
n n
LnX LnX
LnX Ln
Q Ln
...
2 2
1 1
1 1
2 2
... LnX
X Ln
X Ln
Ln Q
Ln
n n
1 1
LnX Q
Ln
Transformasikan kembali fungsi permintaan ke bentuk persamaan asal
1
X Q
Menduga total kesediaan membayar Nilai ekonomi sumberdaya
a
Q d
Q f
U
Keterangan : U
= Utilitas terhadap sumberdaya a
= Batas jumlah
sumberdaya rata-rata
yang dikonsumsidiminta
fQ = fungsi permintaan
Menduga Consumer surplus
t
P U
CS
Q
X P
t
1
Keterangan : CS
= Surplus konsumen Pt
= Harga yang dibayarkan Q
= Rata-rata jumlah sumberdaya yang dikonsumsidiminta X
1
= Harga per unit sumberdaya yang dikonsumsi diturunkan dari fungsi permintaan
Pendugaan total nilai ekonomi sumberdaya
L N
CS NET
Keterangan : NET
= Nilai ekonomi sumberdaya CS
= Surplus konsumen N
= Jumlah SDM yang terlibat L
= Luas kawasan sumberdaya
3.5 Metode Biaya Perjalanan Travel Cost MethodTCM
Metode biaya perjalanan Travel Cost MethodTCM merupakan metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi dari suatu lokasi atau
objek. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Teknik ini mengasumsikan
bahwa pengunjung pada suatu tempat wisata menimbulkan atau menanggung biaya ekonomi, dalam bentuk pengeluaran perjalanan dan waktu untuk
mengunjungi suatu tempat Lipton et al. 1995 in Yulianda et al. 2010. Pada penelitian ini penghitungan TCM menggunakan Individual Travel Cost Model.
Individual Travel Cost Model yaitu memperkirakan rata-rata kurva permintaan
individu terhadap lokasi wisata, dimana dalam pendekatan ini pengunjung dikelompokkan berdasarkan pengeluaran Grigalunas et al. 1998 in Yulianda et
al. 2010.
Nilai wisata berhubungan dengan manfaat konsumen surplus dari pemanfaatan aktual wisata dimana nilai pelestarian dihubungkan dengan manfaat
dari kepuasan. Nilai pelestarian termasuk nilai pilihan mempertahankan peluang wisata yang mungkin digunakan di masa datang, nilai keberadaan pengetahuan
bahwa sumberdaya perlu dilestarikan dan nilai hibah kepuasan diturunkan dari memberikan subsidi pada generasi mendatang dengan sumberdaya alam Lee dan
Mjelde 2007. Tujuan melakukan TCM adalah menghitung nilai ekonomi suatu kawasan
wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata di lokasi tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan estimasi fungsi permintaan terhadap
kunjungan wisata. Fungsi permintaan terhadap kunjungan wisata yaitu: V = fTC,S
Dimana : V
=Jumlah kunjungan wisata TC =Biaya perjalanan pada suatu lokasi wisata
S =Vektor biaya perjalanan pada lokasi wisata alternatif
Kunjungan seseorang terhadap lokasi wisata dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:
1 Biaya waktu bagi seseorang individu ketika mengunjungi lokasi wisata T. Biaya waktu merupakan opportunity cost yang dihadapi oleh seorang
pengunjung yaitu kehilangan pendapatan karena ia melakukan perjalanan wisata.
2 Vektor dari kualitas lokasi wisata yang dirasakan Q 3 Pendapatan rumah tangga Y
Dapat ditulis sebagai berikut : V = fTC, S, T, Q, Y
Dimana : V
= Jumlah kunjungan wisata TC
= Biaya perjalanan pada suatu lokasi wisata S
= Vektor biaya perjalanan pada lokasi wisata alternatif Q
= Vektor dari kualitas lokasi wisata yang dirasakan T
= Biaya waktu bagi seseorang individu ketika mengunjungi lokasi wisata
Y = Pendapatan rumah tangga
Dalam penghitungan menggunakan TCM Individual Travel Cost Analisis, terdapat beberapa tahapan yaitu Grigalunas et al. 1998 in Yulianda et al. 2010:
1 Menentukan lokasi,
2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata ke lokasi tersebut,
3 Menurunkan metode untuk mengestimasi opportunity cost dari waktu, 4 Merancang survei untuk mengumpulkan data tentang biaya perjalanan
dan informasi lain dari pengunjung, 5 Merancang survei untuk mengumpulkan data dari sampel yang
mewakili populasi pengunjung lokasi, 6 Mengestimasi hubungan permintaan biaya perjalanan,
7 Mengestimasi jumlah total pengunjung per musim, 8 Menghitung consumer surplus per individu dan untuk seluruh lokasi.
Fungsi permintaan atas kunjungan wisata untuk model individual sebagai berikut Yulianda et al. 2010:
i i
i i
S Y
TC V
Ln ln
ln ln
ln
3 2
1
Keterangan : Vi
= Trip kunjungan individu ke-i TC
i
= Biaya perjalanan individu ke-i Y
i
= Pendapatan individu ke-i S
i
= Biaya perjalanan ke lokasi wisata substitusi yang dikeluarkan oleh individu ke-i
Kemudian menentukan surplus konsumen dari pendekatan individu Yulianda et al. 2010:
1
i i
V CS
Keterangan : Vi
= Jumlah kunjungan individu ke-i
1
= Total biaya perjalanan CSi
= Surplus konsumen individu ke-i
Menghitung total benefit dari pendekatan individu Yulianda et al. 2010: TV
CS TB
i
Keterangan : TB
= Total manfaat ekonomi lokasi wisata CS
i
= Surplus konsumen individu ke-i TV
= Total kunjungan per tahun data sekunder
3.6 Analisis SIG Sistem Informasi Geografis
Analisis kesesuaian kawasan dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi SIG, yaitu sistem informasi spasial berbasis komputer
dengan melibatkan perangkat lunak Arc View3.3. Pada analisis ini prinsipnya
berupa basis data primer maupun data sekunder seperti data biologi, data fisik dan data oseanografi. Berdasarkan data tersebut terdapat parameter sumberdaya yaitu:
1 Sumberdaya hayati: penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan sumberdaya ikan jenis ikan dan hasil tangkap
2 Sumberdaya non hayati: kedalaman perairan atau batimetri, tipe atau karakteristik pantai, lebar pantai, material dasar atau sedimen perairan,
kemiringan pantai Masing-masing komponen keruangan dimasukkan dalam peta tematik Rupa
Bumi Indonesia dengan skala 1:25.000 Bakosurtanal 2007, kemudian dioverlaykan untuk mendapatkan peta komposit peta hasil analisis dengan cara
overlay antara seluruh tema peta dalam penentuan kawasan wisata pantai kategori
rekreasi di Kawasan Pesisir Kecamatan Pringkuku yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Gambar 6.
Gambar 6 Gambaran overlay peta.
3.7 Analisis Kesenjangan GAP Analisis
GAP analisis menyediakan kesempatan untuk merefleksikan praktek yang terjadi pada petunjuk informasi dan untuk melakukan analisis dengan
memperhatikan isu potensial yang terjadi. Kemudian analisis yang digunakan dalam GAP analisis ditandai dan membuat rekomendasi dari hal tersebut Barling