melakukan operasi penangkapan sehingga pendapatannya menjadi menurun. Sebagian nelayan juga memiliki aktivitas lain seperti bertani dan beternak. Hasil
bertanibeternak tersebutlah yang digunakan nelayan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari apabila tidak dapat melaut.
Nilai perikanan di kawasan pantai Kecamatan Pringkuku dapat ditingkatkan namun tetap dapat dipertahankan dengan perikanan skala kecil. Peningkatan yang
dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Peningkatan tersebut antara lain melakukan perbaikan terhadap armada tangkap. Armada
dibuat lebih bersih, mengembangkan usaha pengolahan ikan nelayan diberi pelatihan tentang pengolahan hasil perikanan nuget, bakso, masakan dari hasil
laut sehingga hasil dapat dijual dengan harga yang lebih baik dan melibatkan nelayan dalam kegiatan wisata. Pelibatan nelayan diharapkan pendapatan nelayan
bisa lebih baik lagi dan nelayan dapat terlibat dengan kegiatan wisata juga.
5.6 Analisis Kesenjangan GAP Analisis
Analisis kesenjangan Gap dibuat dalam dua skenario. Skenario 1 merupakan skenario saat kondisi sesuai daya dukung dan skenario 2 saat kondisi
tidak sesuai daya dukung kurang dari daya dukung. Dua skenario yang ditentukan dilihat pengaruh dari ekonomi, sosial dan ekologi Nilai dari
pembobotan peringkat yang dilakukan stakeholder terhadap prioritas pengelolaan secara ekonomi, sosial dan ekologi kemudian dimasukkan dalam masing-masing
skenario. Masing-masing skenario dilakukan perhitungan yaitu perkalian antara bobot dengan skor yang diperoleh Tabel 28.
Tabel 28 Prioritas pengelolaan yang merupakan perkalian skor dengan prioritas pengelolaan
Kriteria Skenario
1 2
Ekonomi 40
0,40 x 100 16
0,40 x 39 Sosial
5 0,05 x 100
3 0,05 x 65
Ekologi 55
0,55 x 100 5
0,55 x 100
Total rata-rata skor 100
24
Hasil analisis gap menunjukkan bahwa prioritas pengelolaan pada skenario 1 yang memiliki nilai lebih tinggi. Skenario 1 merupakan skenario dimana semua
kondisi sesuai dengan daya dukung. Atribut ekonomi terdiri atas pendapatan kawasan dan kunjungan wisatawan. Atribut ekonomi memiliki skor rata-rata 100
pada skenario 1 dan skor rata-rata 30 pada skenario 2. Atribut sosial terdiri atas mata pencaharian masyarakat lokal dan akses lokal. Atribut sosial memiliki skor
rata-rata 100 pada skenario 1 dan skor rata-rata 65 pada skenario 2. Atribut ekologi terdiri atas kualitas air, kejernihan air dan kondisi pantai berpasir. Skor
rata-rata dari atribut sosial pada skenario 1 dan 2 yaitu 100. Hasil total rata-rata skor dari skenario 1 dan 2 menunjukkan bahwa pengelolaan wisata di kawasan
pesisir Kecamatan
Pringkuku masih
perlu dioptimalkan.
Pengelolaan mengutamakan faktor ekologi sebagai faktor utama yang menjadi daya tarik
wisata. Pengoptimalan pengelolaan tersebut dengan mengembangkan akses lokal jalan, pencaharian masyarakat lokal, pendapatan kawasan dan kunjungan
wisatawan. Pengembangan yang dilakukan harus disesuaikan dengan daya dukung supaya pengelolaannya dapat berkelanjutan. Pada kawasan wisata Srau,
terdapat selisih nilai ekonomi aktual dan nilai ekonomi sesuai daya dukung. Pada kedua nilai ekonomi tersebut terdapat selisih yang cukup jauh Gambar 50.
Gambar 50 Selisih nilai ekonomi di kawasan Srau dan Watukarung
Selisih tersebut sekitar Rp 646.604.509.800hatahun. Hal tersebut menunjukkan adanya potensi ekonomi cukup besar yang belum dimanfaatkan.