Analisis kepuasan wisatawan Watukarung

beberapa jalan yang mengalami kerusakan menimbulkan ketidakpuasan wisatawan. Pelayanan yang diberikan oleh petugas di kawasan wisata memberikan tingkat kepuasan yang cukup bagi wisatawan 67,00. Fasilitas di kawasan sudah ada, namun masih belum lengkap. Kondisi dan keberadaan fasilitas membuat wisatawan cukup puas, namun sebagian besar menyatakan perlu untuk dilengkapi lagi dan diperbaiki, terutama yang mengalami kerusakan MCK. Sub kriteria yang dianalisis ada 15 sub kriteria. Sub kriteria tersebut berasal dari lima kriteria utama. Kriteria karakteristik alam terdiri atas sub kriteria keindahan alam, pantai berpasir dan kejernihan air. Kriteria infrastruktur terdiri atas sub kriteria jalan, penginapan, dan pusat informasi. Kriteria fasilitas terdiri atas sub kriteria kios, toilet, tempat sampah dan tempat ibadah. Kriteria informasi- komunikasi terdiri atas sub kriteria tanda dan papan penunjuk Tabel 34. Dari 15 sub kriteria, tingkat kepuasan paling banyak terdapat pada sub kriteria pantai berpasir, dan kepuasan paling sedikit terdapat pada sub kriteria penginapan, tempat sampah, tanda maupun penunjuk. Tabel 34 Tingkat kepuasan wisatawan dari sub kriteria Kriteria Kurang puas Cukup puas Puas Pengetahuan 10,00 74,00 16,00 Pelayanan 22,00 74,00 4,00 Komunikasi 26,00 70,00 4,00 Kesopanan 50,00 50,00 0,00 Keindahan alam 0,00 36,00 64,00 Pantai berpasir 0,00 14,00 86,00 Kejernihan air 0,00 26,00 74,00 Jalan menuju kawasan 58,00 30,00 12,00 Penginapan 94,00 4,00 2,00 Pusat informasi 74,00 26,00 0,00 Tempat duduk 4,00 82,00 14,00 Kios 2,00 76,00 22,00 Toilet 18,00 70,00 12,00 Tempat sampah 64,00 36,00 0,00 Tempat ibadah 4,00 88,00 8,00 Tanda 46,00 54,00 0,00 Papan petunjuk 50,00 50,00 0,00 Sumber: Data primer diolah 2012 Ketersediaan fasilitas penginapan yang belum memadai baik jumlah maupun kualitasnya menyebabkan sebagian besar warga di sekitar kawasan menyediakanmenyewakan rumahnya jika ada wisatawan yang ingin menginap. Wisatawan terkadang membuat tenda di daerah yang lapang di dekat pantai. Tempat sampah juga jarang sekali ditemukan di kawasan wisata, itulah yang membuat wisatawan yang merasa sedikit tidak puas terhadap kriteria ini. Bobot diperoleh dari adaptasi kepuasan wisatawan dari hasil penelitian Arabatzis and Grigoroudis 2010. Bobot tertinggi terdapat pada elemen fasilitas, karena fasilitas merupakan hal yang paling dibutuhkan wisatawan saat mengunjungi suatu kawasan Tabel 35. Tabel 35 Bobot dan indeks kepuasan dari kriteria utama Kriteria Bobot Indeks kepuasan Petugas di kawasan 18,38 a 23,71 Karakteristik alam 23,76 a 53,38 Infrastruktur 20,43 a 16,55 Fasilitas 19,07 a 25,11 Informasi-komunikasi 18,36 a 18,73 Keterangan: a = adaptasi dari Arabatzis dan Grigoroudis 2010 Indeks kepuasan tertinggi terdapat pada karakteristik alam. Karakteristik alam tersebut yang menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan. Bobot pada sub kriteria tertinggi terdapat pada kejernihan air seperti disajikan pada Tabel 36. Tabel 36 Bobot dan indeks kepuasan dari sub kriteria Sub kriteria Bobot Indeks kepuasan Pengetahuan 9,70 a 15,12 Pelayanan 2,80 a 3,70 Komunikasi 2,85 a 3,65 Kesopanan 3,03 a 3,03 Keindahan alam 7,25 a 15,51 Pantai berpasir 8,38 a 19,77 Kejernihan air 8,14 a 18,23 Jalan menuju kawasan 8,52 a 8,86 Penginapan 11,91 a 6,91 Pusat informasi 2,28 a 1,73 Tempat duduk 4,79 a 7,66 Kios 3,16 a 5,37 Toilet 2,53 a 3,64 Tempat sampah 3,48 a 2,99 Tempat ibadah 2,84 a 4,37 Tanda 7,68 a 7,98 Papan petunjuk 10,68 a 10,68 Keterangan: a = Modifikasi Arabatzis dan Grigoroudis 2010 Kejernihan air dan karakteristik alam lain penting karena menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan tersebut. Indeks kepuasan wisatawan tertinggi terdapat pada sub kriteria pantai berpasir sedangkan yang terendah terdapat pada sub kriteria penginapan. Tujuan utama wisatawan berwisata ke kawasan pantai Srau dan Watukarung memang lebih dominan untuk menikmati pemandangan alam berupa hamparan pantai pasir putihnya yang eksotis. Indeks kepuasan dan tingkat kepuasan wisatawan dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola terkait jenis fasilitas apa saja yang perlu ditambahkan dan diperbaiki untuk membuat kawasan wisata menjadi lebih baik lagi. Pengelolaan yang baik akan meningkatkan nilai ekonomi yang diperoleh, peningkatan jumlah pengunjung dan pendapatan asli daerah juga akan meningkat. Namun pengelola juga harus memperhatikan kenyamanan pengunjung dengan tetap memperhatikan jumlah kunjungan sesuai dengan daya dukung dalam satu waktu. Pada diagram aksi kepuasan Gambar 53 karakteristik alam baik kawasan Srau maupun Watukarung memiliki tingkat kepentingan dan pemanfaatan yang tinggi karena merupakan elemen kunci yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Gambar 53 Diagram aksi kepuasan wisatawan pada kriteria utama Kualitas pelayanan yang diberikan pegawai kawasan masih kurang ditunjukkan dengan indeks kepuasan yaitu 34,19 untuk kawasan Srau dan 23,71 untuk kawasan Watukarung. Tingkat kepentingannya dari pegawai kawasan sedang, namun kebutuhan wisatawan terhadap petugas kawasan cukup tinggi yaitu sebagai guide ataupun pihak pemberi informasi. Infrastruktur, fasilitas P E M A N F A A T A N R en d ah T in g g i KEPENTINGAN Rendah Tinggi Informasi-komunikasi Karakteristik alam Petugas kawasan Fasilitas Infrastruktur dan informasi-komunikasi memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, akan tetapi pelaksanaannya masih rendah. Pihak pengelola diharapkan dapt memperhatikan hal-hal yang terkait dengan pengelolaan yang lebih baik lagi sehingga kegiatan wisata dapat terus berkelanjutan.

5.8 Strategi Pengelolaan Kawasan

Hasil analisis terhadap potensi, daya dukung, nilai ekonomi, kesenjangan pemanfaatan dan kepuasan wisatawan menunjukkan bahwa kawasan pesisir di Kecamatan Pringkuku memiliki peluang pengembangan yang cukup besar. Pengembangan tersebut dapat dilakukan untuk sektor perikanan maupun wisata. Peningkatan pemanfaatan potensi yang tersedia perlu dilakukan dengan dibuat strategi pengelolaan yang diharapkan dapat mengakomodir seluruh kepentingan yang ada di dalamnya baik yang terkait dengan aktivitas wisata, perikanan maupun pengembangan masyarakat. Strategi pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan Pringkuku dapat dikelompokkan dalam 2 kategori utama yaitu bidang perikanan dan wisata. Strategi bidang perikanan lebih diarahkan pada perbaikan armada, pengolahan hasil perikanan dan melibatkan nelayan dalam kegiatan wisata. Strategi pengelolaan wisata lebih dititik beratkan terhadap upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan aktivitas wisata dengan melibatkan masyarakat sekitar, menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan.

5.8.1 Strategi pengelolaan perikanan

Perikanan di Kecamatan Pringkuku sebaiknya tetap dipertahankan dalam skala kecil. Hal ini disebabkan perikanan di Kabupaten Pacitan sebagian besar telah didukung dari produksi perikanan di PPP Tamperan dan TPI Sidomulyo Kecamatan Kebonagung. Selain itu apabila perikanan di Kecamatan Pringkuku diperbesar skalanya, akan ditakutkan mempengaruhi kondisi wisata di sekitarnya. Walaupun kondisi perikanan tetap dipertahankan dalam skala kecil, pendapatan nelayan tetap dapat ditingkatkan. Peningkatan pendapatan tersebut dengan melibatkan nelayan dalam kegiatan wisata yaitu mendampingi wisatawan dalam wisata memancing di laut, melibatkan keluarga nelayan dalam kegiatan wisata kuliner dengan bahan utama hasil tangkapan nelayan dan meningkatkan keterampilan dalam hal pengolahan hasil perikanan. Pengelolaan perikanan dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan berkoordinasi dengan masyarakat sekitar dimana dalam hal ini adalah nelayan. 1 Perbaikan armada perikanan Perbaikan armada perikanan yang ddapat dilakukan yaitu pengecetan, pembersihan dan pemberian tempat duduk di kapal. Pemberian tempat duduk tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan nelayan untuk membawa wisatawan menikmati wisata memancing di laut. Perbaikan armada dapat memperlancar aktivitas nelayan dalam menangkap ikan tidak ada alat tangkap yang rusak. 2 Peningkatan keterampilan dalam pengolahan hasil perikanan Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan selama ini langsung dijual dalam bentuk segar. Harga ikan dalam bentuk segar lebih murah dibandingkan harga ikan yang sudah diolah. Oleh karena itu perlu diberikan keterampilan pengolahan hasil perikanan. Pengolahan yang dilakukan dapat berupa pengolahan hasil menjadi nuget, bakso skala rumah tangga dengan melibatkan keluarga nelayan dan masyarakat sekitar maupun pengolahan dalam bentuk makanan kuliner yang khas. Makanan kuliner tersebut dapat dijual di kios makanan yang nantinya dapat dinikmati oleh wisatawan. Adanya makanan kuliner yang khas dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. 3 Pengembangan pemasaran Nelayan melakukan aktivitas penangkapan one day fishing yang artinya penangkapan harian. Dalam sehari aktivitas penangkapan dilakukan selama enam jam dengan area penangkapan di perairan sekitar Watukarung Lampiran 39. Selama ini penjualan dimonopoli oleh tengkulak sehingga harga jual produk tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu pihak pengelola perlu melakukan pengaturan pasar sehingga harga tidak merugikan nelayan. Selain itu pemerintah dapat turun tangan supaya tengkulak tidak memonopoli pemasaran ikan segar. Apabila pengolahan hasil perikanan sudah dilakukan, perlu dikembangkan pemasaran untuk hasil olahan tersebut misalnya sebagai oleh-oleh khas wisatawan.