Daya Dukung Kawasan Coastal Area Management for Tourism and Fisheries in Pringkuku District, Pacitan Regency, East Java Province

jalan-jalan di tepi pantai, foto-foto, menikmati pemandangan, wisata olahraga seperti voli pantai, jogging, bersepeda dan memancing. Supaya aktivitas- aktivitas tersebut dapat dilakukan, maka dibutuhkan kondisi kawasan yang baik dan memiliki area yang cukup luas. Selain itu, tingkat kerusakan di dalam kawasan dan daya dukungnya harus selalu diperhatikan agar kawasan tersebut tetap terjaga. Daya dukung untuk tujuan wisata memiliki syarat keberlanjutan, sehingga untuk memenuhi tujuan tersebut kondisi eksisting tidak boleh melebihi daya dukung Coccossis 2002 inDiedrich dan Garcia-Buades 2009. Hasil analisis terhadap daya dukung ekologis kawasan pantai menunjukkan bahwa setiap pantai yang dikaji memiliki DDK yang berbeda Tabel 26. Tabel 26 Daya dukung ekologis kawasan pantai di Kecamatan Pringkuku No Lokasi Panjang Pantai m Jenis Kegiatan oranghari DDK Bere- nang Berje -mur Rekrea si Pantai Olah- raga Pantai Meman cing Orang hari Orang tahun Kawasan Srau 1 Pantai Pare 90 4 4 4 4 18 34 12.410 2 Pantai Srau 331 13 13 13 13 66 118 43.070 3 Pantai Wayang 269 11 11 11 11 54 98 35.770 4 Pantai Gampar 116 5 5 5 5 23 43 15.695 5 Pantai Mblue 216 9 9 9 9 43 79 28.835 6 Pantai Wawaran 50 2 2 2 2 10 18 6.570 Kawasan Watukarung 1 Pantai Kreweng 18 1 1 1 1 4 8 2.920 2 Pantai Seruni 89 4 4 4 4 18 34 12.410 3 Pantai Peden Ombo 332 13 13 13 13 66 118 43.070 4 Pantai Kasap 91 4 4 4 4 18 34 12.410 5 Pantai Brecak 118 5 5 5 5 24 44 16.060 6 Pantai Watukarung 250 10 10 10 10 50 90 32.850 7 Pantai Sirah Towo 124 5 5 5 5 25 45 16.425 8 Pantai Jantur 80 3 3 3 3 16 28 10.220 9 Pantai Ngalurombo 532 21 21 21 21 106 190 69.350 10 Pantai Waduk 96 4 4 4 4 19 35 12.775 11 Pantai Ngalihan 396 16 16 16 16 79 143 52.195 12 Pantai Bresah 149 6 6 6 6 30 54 19.710 13 Pantai Geben 42 2 2 2 2 8 16 5.840 Sumber: Data primer, diolah 2012 Semakin panjang kawasan suatu pantai yang dapat digunakan untuk aktivitas wisata, maka daya dukung ekologisnya akan semakin tinggi, sebaliknya semakin pendek kawasan pantai yang tersedia untuk aktivitas wisata maka daya dukungnya akan semakin rendah. Pantai Ngalurombo memiliki panjang pantai mencapai 532 meter, diikuti Pantai Ngalihan dengan panjang pantai mencapai 396 meter dan Pantai Peden Ombo yang memiliki panjang pantai 332 meter. Ketiga pantai tersebut merupakan kawasan yang memiliki daya dukung tertinggi dengan kisaran 118-190 oranghari. Pantai Kreweng merupakan kawasan dengan daya dukung terendah 8 oranghari karena hanya memiliki panjang pantai 18 meter. Pantai yang terletak diantara bukit batu karang terjal ini memang memiliki luas area yang sempit dan aksesibilitas yang sulit. Sempitnya area yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas wisata menyebabkan daya dukung ekologisnya menjadi rendah. Kawasan wisata Pantai Srau yang meliputi Pantai Pare, Pantai Srau, Pantai Wayang, Pantai Gampar, Pantai Wawaran dan Pantai Mblue yang telah dikelola oleh Dinas Pariwisata secara keseluruhan memiliki daya dukung ekologis sebesar 390 oranghari. Pada saat musim liburan sekolah dan hari besar keagamaan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut akan meningkat sehingga terjadi kepadatan wisatawan di pantai tertentu. Namun di waktu yang lainnya, terjadi kekosongan pengunjung. Zacarias et al. 2011 mengemukakan bahwa luas area yang dapat memberikan kenyamanan untuk setiap pengunjung melakukan aktivitas wisata antara 5-10 m²orang. Aktivitas wisata yang melibatkan pengunjung akan selalu menimbulkan dampak terhadap lingkungan dengan tingkatan dampak yang berbeda. Tujuan wisatawan untuk mendapatkan kenyamanan, kepuasan dan memenuhi rasa keingintahuan hendaknya diantisipasi dengan melakukan pengelolaan dan pengaturan yang baik sehingga tidak mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan, pengambilan sumberdaya di lokasi wisata dan tidak membahayakan bagi pengunjung Zacarias et al. 2011. Wisatawan yang mengunjungi dan menikmati suatu area alami dapat menyebabkan kerusakan ekologi terhadap area yang mereka nikmati terutama jika melebihi daya dukung. Oleh karena itu penting memperhatikan daya dukung untuk dapat memelihara ekosistem Kerkvliet dan Nowell 2000. Nilai daya dukung ekologis suatu kawasan wisata pantai sangat bermanfaatan dalam menyusun strategi dan kebijakan pengelolaan suatu kawasan sehingga skenario pengelolaan dapat berjalan efektif dan efisien Ribeiro et al 2011. Penggunaan nilai DDK sebagai faktor pembatas dalam pengelolaan suatu kawasan pantai bukanlah suatu nilai mutlak. Kondisi kawasan pantai yang telah berkembang menjadi destiniasi wisata akan berubah sehingga secara langsung akan berpengaruh terhadap daya dukung kawasan. Hal tersebut menyebabkan penggunaan konsep daya dukung harus dilakukan dengan lebih fleksibel, menerapkan prinsip kehati-hatian, dilakukan secara terpadu dan keberlanjutan Silva et al. 2007 sehingga tujuan pengelolaan kawasannya dapat tercapai. Beberapa aktivitas dapat dilakukan di area pantai Tabel 27. Jenis aktivitas yang dapat dilakukan tersebut antara lain berenang, rekreasi pantai, berjemur, olahraga pantai, memancing, surfing dan berkemah. Namun tidak semua area pantai dapat dilakukan semua aktivitas tersebut. Area pantai yang dapat dilakukan seluruh aktivitas mulai daari berenang hingga berkemah adalah Pantai Ngalurombo. Tabel 27 Jenis aktivitas yang dapat dilakukan di setiap area pantai N o Lokasi Aktivitas yang dapat dilakukan Bere- nang Berje -mur Rek- reasi Pantai Olah- raga Pantai Meman cing Surfing Berkemah Kawasan Srau 1 Pantai Pare       2 Pantai Srau       3 Pantai Wayang       4 Pantai Gampar       5 Pantai Mblue      6 Pantai Wawaran      Kawasan Watukarung 1 Pantai Kreweng      2 Pantai Seruni       3 Pantai Peden Ombo       4 Pantai Kasap      5 Pantai Brecak      6 Pantai Watukarung       7 Pantai Sirah Towo      8 Pantai Jantur      9 Pantai Ngalurombo        10 Pantai Waduk      11 Pantai Ngalihan       12 Pantai Bresah      13 Pantai Geben     

5.5 Analisis Ekonomi

Kegiatan wisata memberikan manfaat ekonomi pada suatu area. Kehadiran pengunjung dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati, khususnya jika mereka memanfaatkan lingkungan yang sensitif Coombes dan Jone 2010.

5.5.1 Nilai wisata Kawasan Srau

Nilai pemanfaatan wisata diestimasi berdasarkan pengeluaran pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata biaya melakukan aktivitas wisata. Hasil analisis menggunakan pendekatan individual travel cost model menunjukkan bahwa nilai wisata aktual eksisting berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan tahun 2011 sebesar Rp 307.992.650.000hatahun Lampiran 34, sedangkan nilai wisata berdasarkan jumlah pengunjung sesuai daya dukung sebesar Rp 954.597.159.800hatahun Lampiran 35. Dari nilai tersebut, diketahui bahwa tingkat pemanfaatan kawasan Srau sekitar 32,26. Artinya, masih terdapat selisih potensi nilai manfaat yang belum diperoleh sebesar Rp 646.604.509.800hatahun bila seluruh kapasitas daya dukung yang ada dapat dimanfaatkan dengan optimal. Kawasan Srau dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Dari seluruh area kawasan Srau masih ada beberapa area yang belum dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata pantai di Kecamatan Pringkuku masih perlu dikembangkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih tinggi dengan tetap memperhatikan daya dukung ekologisnya. Pengelolaan suatu kawasan wisata pantai membutuhkan waktu dan upaya yang tidak sedikit. Ketersediaan sarana dan prasarana menjadi faktor penting yang harus diperhatikan. Pantai Miami di Amerika Serikat membutuhkan sedikitnya 8 tahun untuk mengundang wisatawan berkunjung dan menikmati berbagai fasilitas yang ada. Keuntungan ekonomi dari kegiatan wisata di Pantai Miami tahun 2007 bahkan mencapai 11 milyar US Houston 2008. Perhatian dan peran pemerintah daerah baik melalui instansi terkait atau pelibatan pihak swasta dalam pengembangan wisata sangat diperlukan. Pengelolaan yang baik akan memberikan manfaat yang optimal baik bagi pemerintah daerah setempat maupun masyarakat yang terlibat.

5.5.2 Nilai wisata Kawasan Watukarung

Jumlah kawasan pantai di pesisir Kecamatan Pringkuku yang belum dikelola dan dimanfaatkan sebagai tujuan wisata lebih banyak bila dibandingkan kawasan wisata Srau. Nilai wisata aktual dari seluruh kawasan Watukarung sebesar Rp 157.230.307.100 hatahun Lampiran 36. Apabila daya dukung dari seluruh kawasan dapat dimanfaatkan maka nilai wisata menjadi Rp 1.356.099.839.000hatahun Lampiran 37. Pemanfaatan di kawasan Watukarung masih lebih rendah dibanding kawasan Srau yaitu 11,59. Masih terdapat potensi nilai manfaat yang belum diperoleh yang nilainya sebesar Rp 1.198.869.531.900hatahun. Kawasan Watukarung itu sendiri dikelola oleh masyarakat sekitar. Pengelolaan yang dilakukan dalam hal penjagaan kawasan supaya tetap bersih. Penyediaan kelengkapan fasilitas masih belum dapat dilakukan karena kurangnya dana dana hanya diperoleh dari tiket masuk kawasan dimana tiket tersebut nominalnya bersifat sukarela. Meskipun demikian, diperlukan perencanaan strategis untuk menentukan prioritas kawasan yang akan dikembangkan dengan mempertimbangkan ketersediaan aksesibilitas, potensi, saranaprasarana dan keamanan pengunjung.

5.5.3 Nilai perikanan

Aktivitas perikanan yang dilakukan di pesisir Kecamatan Pringkuku didominasi oleh perikanan skala kecil dengan armada penangkapan 10 GT. Umumnya nelayan melakukan operasi penangkapan dengan trip harian one day fishing . Nilai pemanfaatan perikanan dihitung dari jumlah pengeluaran nelayan dalam melakukan operasi penangkapan ikan dan pendapatan yang diperoleh dari hasil menjual hasil tangkapan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh dalam waktu satu tahun yakni bulan Januari-Desember 2011. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai perikanan aktual yang diperoleh sebesar Rp 26.510.238.840hatahun Lampiran 38. Nilai tersebut sekitar 17,93 dari nilai produksi perikanan Kabupaten Pacitan. Armada penangkapan yang masih terbatas menyebabkan nelayan hanya melakukan penangkapan di sekitar pantai dan tidak mampu menjangkau perairan yang lebih jauh Lampiran 39. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya ketergantungan nelayan pada pola musim yang terjadi. Pada saat musim barat, nelayan umumnya tidak dapat