8 daerah belakangnya, adanya konsentrasi geografis berbagai sektor atau fasilitas
yang menciptakan efisiensi, serta terdapat hubungan yang harmonis antara pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya.
Anwar 2005 mengemukakan bahwa pendekatan analisis pembangunan wilayah yang lebih tepat harus mampu mencerminkan adanya kerangka berfikir
yang menyangkut interaksi antara aktivitas-aktivitas ekonomi spasial dan mengarah pada pemanfaatan sumber daya secara optimal antara kegiatan di
kawasan kota-kota dan wilayah-wilayah belakangnya, dan interaksi dengan wilayah-wilayah lain yang lebih jauh. Antara kawasan kota dan wilayah
belakangnya dapat terjadi hubungan fungsional yang tumbuh secara interaktif yang dapat saling mendorong atau saling menghambat dalam mencapai tingkat
kemajuan optimum bagi keseluruhannya.
Menurut Rustiadi et al. 2011, berdasarkan konsep wilayah nodal, pusat maupun hinterland suatu wilayah memiliki ciri khas dimana inti mengatur proses
berjalannya interaksi dari komponen sel, sedangkan hinterland mendukung keberlangsungan hidup sel dan mengikuti pengaturan yang dibangun oleh inti.
Jika suatu wilayah dianalogikan sebagai satu sel, maka dalam wilayah kota utama yang menjadi inti dari wilayah memiliki fungsi penting yang berperan besar dalam
mempengaruhi jalannya interaksi antar hinterland. Pusat memiliki daya tarik kuat bagi elemen di hinterland. Daya tarik tersebut secara harfiah berupa berbagai
layanan yang didukung oleh fasilitas yang lengkap. Hinterland mendukung berjalannya proses penting yang dilakukan di pusat. Proses-proses penting
tersebut terdiri atas proses-proses transaksi dan peningkatan nilai tambah produksi. Industri dan jasa sebagai titik-titik aktifitas berperan besar dalam peningkatan
nilai tambah dan akan berkembang pesat di inti kota dengan fasilitas yang lengkap tersebut. Sebaliknya, hinterland sebagai pendukung berlangsungnya
proses di pusat memiliki keunggulan sumber daya dasar untuk mendukung proses peningkatan nilai tambah di pusat.
Secara teknis identifikasi pusat dan hinterland dapat dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah
penduduknya. Pusat yang memiliki daya tarik kuat karena lengkapnya fasilitas dicirikan dengan jumlah unit dan jumlah jenis fasilitas yang lebih lengkap
dibandingkan dengan di hinterland. Disamping fasilitas umum, pusat juga berpotensi memiliki industri dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas
yang lebih besar dan baik dibandingkan dengan unit wilayah yang lain.
Selanjutnya, wilayah pusat tersebut disebut sebagai wilayah yang berhirarki lebih tinggi hirarki 1. Semakin jauh dari pusat maka pengaruh dan manfaat
pelayanan akan semakin kecil, sehingga akan cenderung memiliki hirarki yang lebih rendah Panuju dan Rustiadi 2012.
2.4 Perencanaan Pembangunan Wilayah
Dalam perspektif paradigma keterkaitan antar wilayah, perencanaan pembangunan wilayah dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu melalui
pendekatan sektoral dan pendekatan wilayah. Pendekatan sektoral dilaksanakan dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah
tersebut. Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau dianggap seragam. Adapun pendekatan wilayah dilakukan
bertujuan untuk melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan
9 dalam ruang wilayah, sehingga terlihat adanya perbedaan fungsi ruang yang satu
dengan ruang yang lainnya. Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, dan perbedaan aktivitas utama pada masing-masing
ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung dalam penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang Tarigan 2008.
Perencanaan pembangunan wilayah dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai wilayah pembangunan, merupakan suatu proses perencanaan
pembangunan yang bertujuan melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya
dalam wilayah atau daerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, serta harus memiliki orientasi yang bersifat
menyeluruh, lengkap, namun tetap berpegang pada asas prioritas Riyadi dan Bratakusumah 2005.
Perencanaan pembangunan wilayah dari aspek ekonomi adalah penentuan peranan sektor-sektor pembangunan dalam mencapai target pembangunan yaitu
pertumbuhan, yang kemudian diikuti dengan kegiatan investasi pembangunan baik investasi pemerintah maupun swasta. Penentuan peranan sektor-sektor
pembangunan diharapkan dapat mewujudkan keserasian sumber daya pembangunan, sehingga dapat meminimalisasi inkompabilitas antar sektor dalam
pemanfaatan ruang, mewujudkan keterkaitan sumber daya baik ke depan maupun ke belakang, serta proses pembangunan yang berjalan secara bertahap ke arah
yang lebih maju dan menghindari kebocoran maupun kemubaziran sumber daya Anwar 2005.
Menurut Rustiadi et al. 2011, skala prioritas pembangunan harus didasarkan atas pemahaman bahwa: 1 setiap sektor memiliki sumbangan
langsung dan tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran pembangunan penyerapan tenaga kerja, pendapatan wilayah, dan lain-lain; 2
setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda; dan 3 aktivitas sektoral tersebar secara tidak
merata dan spesifik, beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumber daya alam, buatan dan sosial yang ada. Atas
dasar pemikiran tersebut maka di setiap wilayah selalu terdapat sektor-sektor yang bersifat strategis karena besarnya sumbangan yang diberikan sektor tersebut
terhadap perekonomian wilayah serta keterkaitan sektoral dan spasialnya. Perkembangan sektor strategis tersebut memberikan dampak langsung dan tidak
langsung yang signifikan, dimana dampak tidak langsung terwujud akibat perkembangan sektor tersebut berdampak bagi berkembangnya sektor-sektor lain
dan secara spasial berdampak luas di seluruh wilayah. Menurut Saefulhakim 2004, keterbatasan dalam hal ketersediaan sumber daya harus menjadi
pertimbangan pemerintah khususnya pemerintah daerah dalam melaksanakan program-program pembangunan daerahnya sehingga dalam perencanaan
pembangunan perlu ditetapkan adanya skala prioritas pembangunan.
2.5 Evaluasi Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan lahan untuk penggunaan tertentu. Kecocokan antara kriteria kesesuaian lahan dengan