Perumusan Masalah Regional Study for Small Industry Development Based on Supreme Commodities of Agriculture in Majalengka Regency
4
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan industri adalah dimana lokasi industri tersebut harus didirikan dan dikembangkan. Faktor
penentu lokasi industri adalah : 1 biaya angkutan; 2 konsentrasi tenaga kerja; dan 3 gejala aglomerasi, dimana biaya angkutan merupakan faktor penentu
utama. Hasil analisis Weber 1909 menyatakan bahwa tanpa adanya perbedaan biaya produksi antar lokasi, maka keputusan penempatan lokasi industri
manufaktur akan ditentukan pada titik lokasi dengan biaya terendah Rustiadi et al. 2011.
Lebih jauh Weber menganalisis bahwa faktor biaya transportasi dapat ditentukan dengan perhitungan indeks material IM. IM dihitung dengan cara
membagi bobot bahan baku lokal yang digunakan dalam industri dengan bobot produksi akhir. Dari perhitungan tersebut akan diperoleh kecenderungan
pengembangan industri apakah lebih berorientasi pada lokasi bahan baku atau berorientasi pada lokasi pasar. Jika IM1, maka kecenderungan lokasi industri
lebih berorientasi kepada lokasi bahan baku, jika IM 1, lokasi industri cenderung berorientasi ke pasar dan jika IM = 1, lokasi berorientasi antara bahan baku dan
pasar.
Dalam kasus industri primer industri yang mengolah secara langsung bahan mentah menjadi barang ½ jadi atau barang jadi, hubungan antara kehilangan
bobot bahan baku yang tinggi dan lokasi industri cenderung sangat kuat. Menurut Weber bahwa industri dengan IM1 akan cenderung berlokasi mendekati sumber
bahan baku adalah valid Rustiadi et al. 2011.
Dalam rangka memenuhi aspek kedekatan bahan baku, perlu dianalisis wilayah-wilayah dengan keunggulan baik komparatif maupun kompetitif tempat
komoditas pertanian berada dan bagaimana potensi fisiknya untuk digunakan sebagai wilayah pengembangan bahan baku industri. Berkaitan dengan aspek
adanya gejala aglomerasi yang didefinisikan sebagai suatu keuntungan atau
Potensi industri pengolahan hasil pertanian
Kegiatan Pembangunan Kabupaten Majalengka
Potensi Wilayah Pertanian Unggulan
linkage
Wilayah pengembangan industri Pengolahan hasil pertanian
Analisis pengambilan keputusan
Arahan pengembangan industri pengolahan hasil Pertanian berbasis komoditi unggulan
Persepsi stakeholder Fasilitas, infrastuktur
dan aksebilitas desa Karakteristik Fisik
Lahan Wilayah pengembangan komoditas
unggulan pertanian
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
5 penghematan ongkos produksi dan distribusi yang disebabkan oleh kegiatan-
kegiatan produksi yang dilakukan di satu tempat atau terkonsentrasi di suatu lokasi Sitorus 2012, didekati dengan menganalisis wilayah-wilayah tempat
terpusatnya aktivitasi industri kecil pengolahan hasil pertanian saat ini.
Selanjutnya adalah aspek konsentrasi tenaga kerja yang didekati dengan menganalisis wilayah dengan fasilitas pelayanan dan aksesibililitas berorde tinggi
secara relatif terhadap wilayah lainnya hirarki 1. Hal ini mengacu kepada pendapat Rustiadi et al. 2011 yang menyatakan bahwa semakin tinggi ordo
wilayah berarti semakin tinggi pula tingkat pelayanan fasilitas dan menunjukkan aktivitas sosial ekonomi yang tinggi pula. Tingkat pelayanan ini berkorelasi erat
dengan jumlah penduduk, sehingga seringkali wilayah yang berorde tinggi mempunyai kepadatan penduduk yang lebih tinggi.
Dengan demikian, wilayah pengembangan industri berbasis komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Majalengka dapat ditentukan.
2 TINJAUAN PUSTAKA