Analisis LQ dan SSA

18 menunjukkan dinamika total wilayah; 2 komponen pergeseran proporsional komponen proportional shift. Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektoraktivitas total dalam wilayah. 3 Komponen pergeseran diferensial komponen differential shift. Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi competitiveness suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektoraktivitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika keunggulan ketakunggulan suatu sektoraktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di sub wilayah lain. Persamaan SSA Davis dan Goldberg 1972 adalah sebagai berikut : dimana : a : Komponen regional share b : Komponen proportional shift c : Komponen differential shift X.. : Total luas tanam seluruh komoditas pertanian terpilih dalam kabupaten X.j : Total luas tanam komoditas tertentu dari komoditas pertanian terpilih dalam kabupaten Xij : luas tanam di wilayah kecamatan tertentu t 1 : Titik tahun akhir 2007 t : Titik tahun awal 2011 Analisis shift share mensyaratkan tidak ada perubahan total luas lahan dalam suatu wilayah administratif selama kurun waktu pengamatan Panuju dan Rustiadi 2012. Sementara itu, dalam kurun waktu pengamatan 2007 dan 2011, telah terjadi pemekaran wilayah sebanyak tiga kecamatan yaitu Malausma kecamatan induk : Bantarujeg, Kasokandel kecamatan induk : Dawuan dan Sindang kecamatan induk : Sukahaji. Untuk memenuhi syarat di atas, dilakukan penggabungan data kecamatan hasil pemekaran dengan kecamatan induknya. Wilayah-wilayah komoditas unggulan pertanian yang dipilih adalah wilayah-wilayah yang unggul baik secara komparatif maupun kompetitif, yaitu wilayah dengan nilai LQ1 dan nilai SSA positif.

3.4.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan

Pada penelitian ini, analisis kesesuaian lahan adalah analisis kesesuaian lahan kualitatif aktual dengan asumsi sebagai berikut : 1 data yang digunakan terbatas pada informasi yang terdapat pada peta tematik yang digunakan; 2 tidak mempertimbangkan aspek kependudukan, infrastruktur dan fasilitas pemerintah; 3 tidak mempertimbangkan status kepemilikan tanah; 4 tidak mempertimbangkan tingkat pengelolaan atau manajemen; 5 persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan untuk komoditas pertanian menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia dalam Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian Djaenudin et al. 2011, kecuali untuk curah hujan menggunakan Hardjowigeno dan Widiatmaka 19 2007. Berdasarkan ketersediaan data, evaluasi lahan hanya mempertimbangkan empat jenis kualitas lahan dan lima karateristik lahan Tabel 7. Rejim suhu t diwakili oleh rata-rata suhu tahunan dalam C. Peta suhu yang digunakan dalam penelitian ini diturunkan dari Peta Ketinggian Bappeda 2011 dan dilakukan pendekatan dengan rumus Braak 1928 dalam Djaenudin et al. 2011 yang menyatakan bahwa akan terjadi perubahan suhu sebesar 0.06 C untuk setiap perubahan ketinggian sebesar 100m. Suhu acuan yang digunakan adalah data rata-rata suhu tahunan di stasiun Meteorologi Jatiwangi berada pada ketinggian 50m dpl tahun 2007-2011. Ketersediaan air w diwakili oleh nilai rata-rata curah hujan tahunan dan jumlah rata-rata bulan kering. Nilai Rata-rata curah hujan yang dimaksud adalah nilai rata-rata jumlah curah hujan tahunan yang diukur dalam satuan mm. Peta tematik untuk curah hujan ini diturunkan dari peta curah hujan Jawa Barat dan dilakukan pengecekan dengan membandingkan nilai rata-rata curah hujan tahunan di stasiun Meteorologi Jatiwangi tahun 2007-2011. Sementara itu, jumlah rata- rata bulan kering yang dimaksud adalah jumlah rata-rata lamanya bulan kering berturut-turut dalam satu tahun dengan curah hujan kurang dari 60 mm. Peta tematik yang digunakan untuk rata-rata bulan kering menggunakan informasi dari peta sistem lahan versi RePPProT. Media perakaran r diwakili oleh tekstur tanah dan peta tematiknya menggunakan informasi dari peta sistem lahan versi RePPProT. Masing-masing kelas tekstur merupakan istilah dari gabungan komposisi fraksi tanah halus ≤ 2mm Tabel 7 Kualitas dan karakteristik lahan dalam evaluasi lahan No Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Satuan 1 Rejim suhu Rata-rata suhu tahunan C 2 Ketersediaan air - Rata-rata curah hujan tahunan - Rata-rata bulan kering - Kelembaban mmtahun bulan 3 Ketersediaan Oksigen Drainase kelas 4 Media perakaran - Tekstur kelas - Bahan Kasar - Kedalaman tanah cm 5 Gambut - Ketebalan - Kematangan cm kelas 6 Retensi Hara - KTK liat cmol - Kejenuhan basa - pH H 2 O kelas - C-organik kelas 7 Toksisitas Salinitas dSm 8 Sodisitas Alkalinitas 9 Bahaya sulfidik Kedalaman sulfidik cm 10 Bahaya erosi - Lereng - Bahaya erosi kelas kelas 11 Bahaya banjir Genangan Kelas 12 Penyiapan lahan - Batuan di permukaan - Singkapan batuan Ket: kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan dalam penelitian 20 yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Pengelompokan kelas tekstur dalam penelitian ini mengikuti kelas tekstur menurut Djaenudin 2011, yaitu : sangat halus liat tipe 2:1, halus liat berpasir, liat, liat berdebu, agak halus lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, sedang lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu, agak kasar lempung berpasir, dan kasar pasir, pasir berlempung. Untuk bahaya erosi e diwakili oleh kemiringan lereng. Peta tematik kemiringan lereng menggunakan informasi pada peta satuan lahan dan tanah versi BBPPSDLP tahun 2011. Dari hasil analisis kesesuaian lahan diperoleh sebaran kelas kesesuaian untuk masing-masing komoditas unggulan pertanian terpilih dan digunakan untuk menunjukkan potensi lahan bagi pengembangan komoditas tersebut. Wilayah yang dianggap sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian adalah wilayah yang termasuk dalam kelas sesuai SI, S2 dan S3.

3.4.3 Analisis Hirarki Wilayah

Analisis skalogram digunakan untuk menentukan prioritas wilayah pembangunan tingkat desa berdasarkan ketersediaan jumlah dan jenis sarana pelayanan serta aspek aksesibilitasnya. Dalam metode skalogram, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Metode skalogram ini bisa digunakan dengan menganalisis jumlah fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menganalisis adatidaknya fasilitas tersebut di suatu wilayah Saefulhakim 2004. Penyusunan tabel skalogram menggunakan asumsi bahwa masing-masing komponen mempunyai bobot dan kualitas yang bersifat indifferent. Proses analisis skalogram yang didasarkan pada struktur tabel ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8 Struktur tabel analisis skalogram No Sub- Wila- yah  Penduduk Infrastruktur  kom- ponen  Total Jenis Komp. Rasio Jenis Kom- ponen Indeks Hirarki F 1 F 2 F 3 ..F k ... F m 1 B 1 F 11 F 12 F 13 F 1k F 1m  m k k F C 1 C 1 m Σ F1.k Bkn ak 2 B 2 F 21 . C 2 C 2 m 3 B 3 F 31 . . . . . . . . . . . i B i F ik C i C i m . . . . . . n B n F n1 F 2n F mn  Wil. Memiliki Fasilitas a 1 a 2 a 3 ..a k .. a m Rasio Wil. memiliki Fas. a1n a2n a3n akn Bobot n a1 n a2 n a3 n ak Sumber : Rustiadi et al. 2011