49 Sebaran spasial dan luas lahan untuk pengembangan komoditas kedelai
tersaji pada Gambar 15. Pengembangan komoditas kedelai hanya berada di satu kecamatan, yaitu kecamatan Jatiwangi. Hampir seluruh wilayah di kecamatan
tersebut merupakan prioritas 1 dan hanya 81 Ha yang terkelompokkan dalam prioritas 2. Hal ini disebabkan secara umum Kecamatan Jatiwangi memiliki
kualitas lahan yang sama berdasarkan karakteristik yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan.
Lahan yang termasuk Prioritas 2 dalam evaluasi kesesuaian lahan lihat pada Gambar 8 termasuk kedalam kelas S3 sesuai marjinal yang disebabkan
oleh relatif tingginya curah hujan di lahan tersebut.
Sebaran spasial dan luas lahan untuk pengembangan komoditas pisang tersaji pada Gambar 16. Kecamatan Argapura dan Kecamatan Lemahsugih
merupakan kecamatan-kecamatan yang berada di lereng gunung Gunung Ciremai dan Gunung Cakrabuana sehingga bertopologi perbukitan dengan dengan lereng
yang cukup terjal lihat Gambar 4.Oleh karena itu, prioritas pengembangan untuk komoditas pisang terluas adalah prioritas 3 dengan kelas kesesuaian S3 sesuai
marjinal dengan faktor pembatas utama adalah tingkat kelerengan lihat pada Gambar 15 Peta prioritas lahan pengembangan komoditas kedelai
50 Gambar 9. Sementara itu,lahan-lahan pengembangan yang termasuk dalam
prioritas satu dan dua pada umumnya berada di daerah-daerah sekitar atau dekat dengan sungai.
5.5.3. Arahan Prioritas Progam Pembangunan untuk Pengembangan Industri
Penentuan arahan prioritas program pembangunan untuk pengembangan sektor industri berbasis komoditas unggulan pertanian yang melibatkan semua
stakeholder didekati melalui proses penjaringan persepsi. Berdasarkan hasil tabulasi dari jawaban responden, dapat diketahui bahwa keberadaan industri kecil
pengolahan hasil pertanian saat ini, sebanyak 17 responden menilai cukup berkembang, 72 responden menilai kurang berkembang, dan 11 responden
menilai sangat kurang berkembang. Kemudian, apabila dibandingkan dengan perkembangan kelompok industri kecil yang lain, 22 responden menilai bahwa
industri kecil pengolahan hasil pertanian berkembang lebih baik, 67 responden menilai sama dan hanya 11 yang beranggapan lebih buruk dari perkembangan
kelompok industri lain. Gambar 16 Peta prioritas lahan pengembangan komoditas Pisang
51 Dalam kaitannya dengan faktor penyebab terhambatnya perkembangan
industri kecil pengolahan hasil pertanian, responden beranggapan bahwa hal tersebut disebabkan oleh pemasaran produk yang sulit 36, kurangnya modal
usaha 31, peralatan produksi yang tidak memadai 17, kurangnya ketersediaan bahan baku yang murah 8, tenaga kerja yang tidak terampil 6,
dan adanya produk pesaing 6.
Sementara itu, metode pemasaran produk yang dilakukan oleh industri kecil pengolahan hasil pertanian selama ini, 44 responden menjawab dilakukan
dengan menjual ke konsumen secara langsung direct selling, 17 menjawab dengan menitipkanmenjual produk ke toko atau pasar, 17 menjual produk ke
bandarpengumpul, 14 hanya melayani permintaan untuk event khusus pameran, bazzar, dan lain-lain, dan 8 membuat produk berdasarkan pesanan.
Berdasarkan hasil persepsi reponden tersebut, dapat diketahui bahwa: 1 industri kecil pengolahan hasil pertanian masih dianggap kurang berkembang
dibandingkan dengan industri yang sama di wilayah lain dan memiliki tingkat perkembangan yang sama dengan kelompok industri kecil lain; 2 hambatan
utama perkembangannya adalah kesulitan memasarkan produk dan kekurangan permodalan usaha; 3 pemasaran produk yang dilakukan oleh industri kecil
pengolahan hasil pertanian sebagian besar dilakukan dengan cara menjual langsung ke konsumen dan sangat minim menggunakan jasa pihak ke-3 toko,
agen pemasaran, event perdagangan, dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan program pembangunan untuk pengembangan sektor industri kecil berbasis komoditas unggulan pertanian, persepsi stakeholder
diarahkan kepada aspek-aspek yang dianggap perlu untuk disertakan dan perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan sektor industri dimaksud.
Prioritas 1 arahan program pembangunan untuk masing-masing aspek tersaji pada Tabel 26.
6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan serta dengan memperhatikan kaitannya dengan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Tabel 26 Hasil analisis MCDM-TOPSIS prioritas program pembangunan
No Aspek
Prioritas 1 R.U.V
1 Produksi dan pendukungnya
Ketersediaan bahan baku murah dan mudah
0.71 2
Teknik dan manajemen usaha Pelatihan teknis pengelolaan
keuangan perusahaan 0.53
3 Pemasaran dan kemitraan
usaha Pelatihan teknis pemasaran
0.65 4
Promosi produk Fasilitasi promosi mandiri
0.77 5
Legalitas usaha Fasilitasi perijinan usaha
0.89
R.U.V = Ranking Unit Value
52 1 Di Kabupaten Majalengka, kecamatan yang unggul secara komparatif -
kompetitif untuk komoditas jagung sebanyak 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Bantarujeg, Malausma, Cingambul, Talaga, Banjaran, Maja. Komoditas
mangga unggul di 13 kecamatan, yaitu Kecamatan Majalengka, Cigasong, Kadipaten, Kasokandel, Dawuan, Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya,
Leuwimunding, Panyingkiran, Sukahaji dan Sindang. komoditas kedelai unggul di satu kecamatan yaitu Kecamatan Jatiwangi. Komoditas pisang
unggul di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Lemahsugih dan Argapura. Sementara itu, untuk komoditas melinjo tidak ada satu pun kecamatan yang
unggul.
2 Potensi fisik lahan yang sesuai untuk komoditas jagung, mangga, kedelai dan pisang secara berurutan adalah 80.60, 58.87 ,80.26 dan 77.48 dari
wilayah Kabupaten Majalengka. 3 Desa basis industri kecil pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Majalengka
sebanyak 179 desa. 4 Berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan dan aksebilitasnya dalam mendukung
pengembangan industri kecil, desa di Kabupaten Majalengka yang temasuk dalam hirarki 1 sebanyak 44 desa.
5 Wilayah yang ditetapkan untuk pengembangan industri kecil berbasis komoditas unggulan terdiri atas tujuh desa yang diarahkan menjadi desa
industri dan delapan kawasan industri yang merupakan gabungan dari beberapa desa industri.
Arahan kebijakan untuk prioritas wilayah pengembangan komoditas unggulan pertanian berdasarkan kesesuaian fisik lahan dan keunggulan komparatif-
kompetitif wilayah sebagai berikut: a Lahan prioritas 1 untuk pengembangan komoditas jagung seluas 2728 Ha di lima kecamatan, yaitu: Kecamatan
Banjaran, Bantarujeg, Cingambul, Maja, dan Talaga; b Lahan prioritas 1 untuk pengembangan komoditas mangga seluas 15221 ha di lima kecamatan,
yaitu: Kecamatan Dawuan, Jatitujuh, Kertajati, Ligung, dan Sumberjaya; c Lahan prioritas 1 untuk mengembangan komoditas kedelai seluas 3328 Ha
yang berlokasi di Kecamatan Jatiwangi; d Lahan Prioritas 1 untuk pengembangan komoditas pisang seluas 304 Ha di Kecamatan Lemahsugih.
Program pembangunan untuk pengembangan sektor industri berbasis komoditas unggulan pertanian berdasarkan persepsi stakehoder diarahkan
kepada upaya-upaya untuk: a menjamin ketersediaan dan kontinuitas bahan baku industri dalam hal ini komoditas unggulan pertanian; b memberikan
pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangan perusahaan; c memberikan pengetahuan dan keterampilan promosi produk; d memberikan
pengetahuan dan keterampilan pemasaran produk secara mandiri; e adanya kemudahan dan insentif dalam pengurusan perijinan dan operasional usaha.
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disumbangkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Dalam mengembangkan
komoditas unggulan
pertanian, identifikasi
keunggulan komparatif-kompetitif komoditas pertanian di suatu wilayah perlu didukung oleh evaluasi kesesuaian fisik lahan baik aktual maupun potensial.