Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

14

3.3 Metode Analisis Data

Tahapan analisis data mengikuti bagan alir yang tersaji pada Gambar 2. Berdasarkan bagan alir tersebut, hal yang pertama dilakukan adalah mengidentifkasi wilayah yang unggul secara komparatif-kompetitif dalam tingkat kecamatan dengan menggunakan analisis LQ dan analisis shift share SSA. Nilai LQ digunakan untuk menunjukkan tingkat comparativeness untuk suatu komoditas unggulan, sedangkan nilai SSA menunjukkan tingkat competitiveness- nya. Tahap kedua adalah mengevaluasi kesesuaian lahan komoditas unggulan pertanian. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui potensi pengembangan komoditas unggulan pertanian bagi keberlangsungan pasokan bahan baku industri. Evaluasi dilakukan dengan mencocokkan matching kondisi fisik lahan tersebut dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tiap komoditas. Evaluasi ini dilaksanakan dalam tingkat tinjau dengan menggunakan peta-peta tematik, yaitu peta curah hujan, peta suhu, peta rataan bulan kering, peta tekstur tanah dan kelerengan. Dari hasil evaluasi lahan dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan bagi budi daya komoditas tertentu. Analisis LQ Kecamatan yang unggul komparatif dan kompetitif atas komoditas pertanian Peta administrasi dan tematik kabupaten fasilitas pelayanan dan Aksebilitas Podes Wilayah Pengembangan Industri Kecil Berbasis Komoditas Unggulan Pertanian dan Wil. Pengembangan komoditasnya Kriteria penentuan wilayah pengembangan Prioritas program pembangunan industri pengolahan hasil pertanian Analisis MCDM Kelompok industri dan jml unit Industri Kecil Potensi Industri Persepsi stakeholder Luas Tanam 5 komoditas unggulan pertanian Data Sektoral Kab Analisis LQ dan SSA Desa basis industri kecil pengolahan hasil pertanian Analisis Skalogram Desa Khirarki I perkembangan wilayah Analisis Kesesuaian Lahan Potensi pengembangan komoditas Analisis Deskriptif Arahan Pembangunan Industri Kecil Berbasis Komoditas Unggulan Gambar 2 Bagan alir penelitian 15 Tahap ketiga adalah mengidentifikasi desa-desa basis industri kecil pengolahan hasil pertanian. Didasarkan kepada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia KBLI tahun 2009 yang diterbitkan oleh BPS, industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Majalengka merupakan gabungan dua kelompok industri, yaitu kelompok pengolahan makanan dan kelompok pengolahan minuman. Metoda yang digunakan adalah analisis LQ dengan cara memperbandingkan desa-desa di seluruh Kabupaten Majalengka berdasarkan jumlah industri kecil dari semua kelompok industri yang ada. Dari hasil analisis LQ diperoleh desa-desa basis industri kecil untuk tiap kelompok industri dan selanjutnya dipilih adalah desa-desa yang merupakan basis dari gabungan kelompok industri pengolahan makanan dan minuman. Tahap keempat adalah mengidentifikasi desa berdasarkan fasilitas pelayanan dan aksesibilitasnya. Untuk itu dilakukan analisis hirarki wilayah dengan menggunakan metode skalogram bagi semua desa di Kabupaten Majalengka. Analisis dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat fasilitas pelayanan di Kabupaten Majalengka sehingga dapat ditentukan: 1 desa yang kurang berkembang dalam kaitannya dengan penyediaan sarana pelayanan publik dan aksesibilitas; 2 desa yang memiliki perkembangan yang relatif sama dengan rata-rata perkembangan desa lain; dan 3 desa yang paling optimal sebagai lokasi pusat pelayanan dan pusat pertumbuhan ekonomi yang mampu menunjang perkembangan industri. Tahap kelima adalah menentukan desa-desa yang dijadikan sebagai wilayah pengembangan industri kecil berbasis komoditas unggulan. Penentuan desa tersebut didasarkan kepada kriteria yang ditetapkan, yaitu sebagai berikut: 1 desa berada di wilayah yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas unggulan pertanian tertentu; 2 desa merupakan basis industri kecil pengolahan hasil pertanian; 3 desa memiliki keunggulan relatif terhadap desa lain dari segi tingkat pelayanan dan aksesibilitasnya. Dengan demikian, desa yang memenuhi kriteria, ditetapkan sebagai desa inti pengembangan. Kemudian dilakukan penentuan wilayah pengembangan komoditas pertanian dan prioritas pengembangan lahannya dengan kriteria sebagai berikut: 1 merupakan wilayah dengan keunggulan komoditas pertanian; 2 memiliki fisik lahan dengan kelas sesuai S1, S2, S3 untuk masing-masing komoditas unggulan wilayah, 3 bukan wilayah yang memenuhi kriteria wilayah pengembangan industri. Selanjutnya dilakukan penentuan arahan program pembangunan yang harus dilakukan dalam mendorong perkembangan industri kecil berbasis komoditas unggulan pertanian. Untuk itu dilakukan analisis deskriptif berdasarkan preferensi stakeholder melalui penyebaran kuisioner. Dalam penelitian ini, penentuan kriteria dan jumlah responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Kemudian, dilakukan pemilihan alternatif program pembangunan berdasarkan kriteria terbaik dengan menggunakan analisis MCDM Multi Criteria Decision Making. Metode MCDM yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode TOPSIS Technique for Order Performance by Similiarity to Ideal Solution. 16

3.4.1 Analisis LQ dan SSA

Dalam ilmu perencanaan pengembangan wilayah, pemetaan komoditas unggulan dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas ekonomi komoditas tersebut di suatu wilayah. Keunggulan dapat berupa keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif wilayah dapat diketahui dengan pendekatan analisis Location Quotient LQ. Analisis LQ sendiri merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas di suatu wilayah dalam cakupan wilayah agregat yang lebih luas. Sementara itu, keunggulan kompetitif suatu wilayah dapat diketahui dengan pendekatan analisis shift-share SSA. Suatu wilayah dikatakan memiliki keunggulan kompetitif apabila dalam waktu tertentu mengalami peningkatan dibandingkan dengan wilayah lain Rustiadi et al. 2011. Analisis shift share terdiri atas tiga komponen yaitu differential shift, proporsional shift dan regional share. Dalam penelitian ini differential shift digunakan untuk melihat dinamika pertambahan luas tanam komoditas tertentu di suatu kecamatan terhadap pertambahan luas tanam komoditas tersebut di kecamatan lain. Sementara itu proporsional shift digunakan untuk menunjukkan dinamika pertambahan luas tanam komoditas tertentu terhadap peningkatan luas tanam total komoditas dimaksud di tingkat kabupaten, sedangkan regional share digunakan untuk memberi gambaran dinamika pertambahan luas tanam total komoditas pada tingkat kabupaten. Untuk menganalisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dari kecamatan-kecamatan di Kabupaten Majalengka digunakan data luas tanam ha untuk masing-masing komoditas unggulan pertanian terpilih. Data yang digunakan untuk analisis keunggulan komparatif adalah data sektoral Kabupaten Majalengka tahun 2011 dan untuk analisis keunggulan kompetitif digunakan dua titik tahun, yaitu 2007 dan 2011. Sementara itu, untuk menentukan desa basis industri kecil pengolahan hasil pertanian digunakan potensi industri tahun 2012. 1 Analisis LQ Analisis Location Quotient LQ dapat digunakan untuk melihat sektor basis atau non basis pada suatu wilayah perencanaan dan dapat mengidentifikasi sektor basis atau keunggulan komparatif suatu wilayah Rustiadi et al. 2011. Metode analisis LQ pada penelitian ini menggunakan data luas tanam per komoditas dari tiap kecamatan untuk menganalisis keunggulan komparatif kecamatan dan data jumlah industri kecil per kelompok industri dari tiap desa untuk menganalisis desa basis industri. Metode LQ Chiang 2008 dirumuskan sebagai berikut : X X X X LQ J I IJ IJ .. . .  untuk keunggulan kompetitif kecamatan: LQ ij : Indeks kuosien lokasi kecamatan i untuk komoditas j X ij : Luas tanam masing-masing komoditas j di kecamatan i X i. : Luas tanam total di kecamatan i X .j : Luas tanam total komoditas j di kabupaten X.. : Luas tanam total seluruh komoditas di kabupaten.