1.07 Regional Study for Small Industry Development Based on Supreme Commodities of Agriculture in Majalengka Regency

34 positif untuk suatu komoditas terdapat peningkatan keberminatan masyarakat untuk membudi dayakan komoditas tersebut. Hal yang dapat dicermati adalah peningkatan terbesar terdapat di Kecamatan Sindangwangi untuk aktivitas budi daya komoditas jagung. Berdasarkan data, dalam kurun 4 tahun di kecamatan tersebut terjadi peningkatan luas tanam dari 6 ha 2007 menjadi 160 ha 2011 atau terjadi peningkatan sebesar 2667. Walaupun secara luasan tergolong kecil jika dibandingkan dengan kecamatan lain, misalnya di Kecamatan Maja yang mencapai 4403 ha, tetapi pertumbuhan tersebut menunjukkan kuatnya daya saing komoditas jagung di kecamatan Sindangwangi, atau dengan perkataan lain terjadi peningkatan antusiasme masyarakat untuk membudidayakan komoditas jagung. Untuk komoditas mangga, walaupun terjadi pertumbuhan positif, tetapi pergeseran aktivitasnya tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai regional share yang hanya mencapai 0.05 Lampiran 2. Sementara itu, komoditas kedelai di seluruh wilayah mengalami pertumbuhan negatif kecuali di Kecamatan Jatiwangi. Berdasarkan fakta dan menurut informasi pada saat penelitian, dapat dipastikan bahwa terjadi pergeseran minat masyarakat dalam membudidayakan komoditas kedelai kepada komoditas jagung dengan alasan harga jual yang relatif stabil. Tetapi kondisi tersebut justru mengakibatkan terjadi pertumbuhan positif komoditas kedelai di Kecamatan Jatiwangi dari 204 ha pada tahun 2007 menjadi 495 ha pada tahun 2011. Hal ini terjadi karena adanya lonjakan permintaan kedelai dari perajin tahu dan tempe lokal di Desa Cisambeng Kecamatan Palasah secara spasial terletak bersebelahan dengan Kecamatan Jatiwangi akibat pasokan bahan baku dari wilayah lain yang menurun. Kondisi pertumbuhan komoditas pisang merupakan kebalikan dari kondisi pertumbuhan mangga. Dilihat dari regional share, komoditas pisang relatif stabil walaupun mengalami pertumbuhan negatif kecil. Kondisi terburuk terjadi pada komoditas melinjo. Dilihat dari regional share, melinjo merupakan komoditas yang mengalami pertumbuhan negatif paling besar dan tidak ada satu wilayah pun yang mempunyai keunggulan kompetitif untuk komoditas ini. Dari data tampak terjadi penurunan drastis luas tanam dari 2190.06 ha 2007 menjadi 643.04 ha 2011. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan keberminatan masyarakat untuk membudidayakan komoditas tersebut. Dugaan sementara adalah budi daya komoditas melinjo kalah bersaing dengan budi daya kelompok tanaman perkayuan untuk bahan bangunan akhir-akhir ini yang mengalami trend positif sehingga banyak area tanaman melinjo yang digantikan dengan kelompok tanaman tersebut. Selain itu, dugaan lain adalah masih terbatasnya jenis industri pengolahan hasil pertanian yang menggunakan melinjo sebagai bahan baku mengakibatkan nilai tawar komoditas melinjo lemah.

5.1.3. Keunggulan Komparatif-Kompetitif Wilayah

Untuk menentukan wilayah yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif atas komoditas terpilih, maka dilakukan penggabungan hasil analisis LQ dan hasil analisis SSA seperti yang tersaji pada Tabel 20.