11 marjinally suitable, yaitu lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus ditetapkan. Dalam hal ini pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau akan menambah input
yang diperlukan; 4 Kelas N tidak sesuai not suitable, yaitu lahan mempunyai pembatas yang lebih besar sehingga menyulitkan berdasarkan tingkat
pengelolaannya atau lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
Penilaian kesesuaian lahan dilaksanakan dengan mencocokkan matching data tanah dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah
disusun berdasarkan peryaratan penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh komoditas pertanian Djaenudin et al. 2011.
2.6 Pemilihan Alternatif Terbaik dari Multi Kriteria
Dalam konsep perencanaan wilayah partisipatif –kolaboratif penentuan
prioritas pembangunan dilakukan dengan melibatkan seluruh stakeholder yang terdiri atas unsur pemerintahan serta pengguna atau mereka yang menerima
manfaatdampak dari hasil-hasil pembangunan baik dari kalangan swasta maupun masyarakat. Salah satu metoda yang dapat dilakukan adalah menyebarkan
kuesioner kepada responden sebagai pewakil dari stakeholder dimaksud. Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden Riyadi dan Bratakusumah 2005.
Hasil persepsi responden selanjutnya digunakan untuk menentukan alternatif pengambilan keputusan terkait arahan program pembangunan.
Pengambilan keputusan adalah proses untuk mencari pilihan terbaik dari semua alternatif yang tersedia. Kriteria-kriteria tersebut biasanya bertentangan antara
satu dengan lainnya sehingga kemungkinan tidak ada solusi yang memuaskan semua kriteria secara simultan. Itulah sebabnya, untuk banyak kasus, pengambil
keputusan memerlukan pemecahan masalah dengan menggunakan Multi-Criteria Decision-Making MCDM Jahanshahloo et al. 2009.
Menurut Simanaviciene dan Ustinovichius 2010, MCDM secara praktis digunakan dalam sistem pendukung keputusan kuantitatif. Metode ini sangat
berbasis matematis. Metode MCDM berbasis kuantitatif yang sering digunakan di antaranya adalah metode linear assignment, metode simple additive weighting,
metode hierarchical additive weighting, Metode ELECTRE dan metode TOPSIS.
Menurut Shih et al. 2007, TOPSIS merupakan teknik yang sangat berguna dalam kaitannya dengan permasalahan pengambilan keputusan multi-atribut atau
multi-kriteria di dunia nyata. TOPSIS membantu para pengambil keputusan untuk mengelola
permasalahan-permasalahan untuk
dipecahkan, menganalisis,
membandingkan serta mengurutkan banyak alternatif sehingga dapat diseleksi alternatif mana yang layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan pendapat Shih, ada
empat kelebihan dari metode TOPSIS dibandingkan dengan metode lainnya yaitu: 1 logis dalam merepresentasikan pilihan-pilihan secara rasional; 2 sebuah nilai
skalar yang dapat menghitung alternatif-alternatif terburuk dan terbaik secara simultan; 3 proses komputasi yang sederhana dan dapat diprogram secara
mudah; 4 penilaian kinerja dari semua alternatif atau atribut dapat divisualisasikan dalam polihedron dan dua dimensi.
12 TOPSIS pertama kali diperkenalkan oleh oleh Hwang dan Yoon 1981
sebagai metode pengambilan keputusan multi-kriteria MCDM, yang mengidentifikasi solusi dari pemilihan sejumlah alternatif. TOPSIS menggunakan
prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dimana secara geometris
digunakan jarak euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi optimal Zhang 2011.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak pada koordinat 6
32’ - 7 4’ lintang selatan dan 108
2’ - 108
24’ bujur timur. Waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai penulisan thesis dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Oktober 2013.
3.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data sekunder dan data primer. Data primer yang digunakan adalah data preferensi responden. Data
primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner untuk mengetahui pendapat responden terkait dengan kondisi eksisting industri kecil pengolahan hasil
pertanian serta program yang diperlukan dalam pengembangan dan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah terkait dengan industri kecil dimaksud. Responden
adalah stakeholder yang terdiri atas unsur pemerintahan serta pengguna atau mereka yang menerima manfaatdampak dari hasil-hasil pembangunan baik dari
kalangan swasta maupun masyarakat Tabel 5. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Sementara itu, data sekunder meliputi: 1 Majalengka Dalam Angka Tahun 2008 dan Data Sektoral Kabupaten Majalengka Tahun 2012. Data yang digunakan
Tabel 5 Rincian data responden
No. Asal Responden
Jumlah 1.
Unsur Pemerintah : Bappeda Kabupaten Majalengka
Dinas KUKM Perindag Kabupaten Majalengka Sub Bagian Perencanaan, evaluasi dan Pelaporan
Seksi Perencanaan dan Fasilitasi Industri Seksi Pemberdayaan Pengembangan Industri
Seksi Promosi dan Kemitraan UKM Seksi Pemberdayaan Pengembangan UKM
1 1
1 1
1 1
2. Unsur Masyarakat dan Swasta
Pelaku usaha industri agro Masyarakat
6 6
Jumlah Responden orang 18
13 adalah luas tanam untuk lima komoditas pertanian, yaitu: jagung, mangga, kedelai,
pisang dan melinjo tahun 2007 dan 2011. Data diperoleh dari Bappeda Kabupaten Majalengka; 2 Data Potensi Industri Kabupaten Majalengka 2013. Data yang
digunakan adalah jumlah industri kecil untuk semua kelompok industri pengolahan di Kabupaten Majalengka tahun 2012. Data Diperoleh dari Dinas
KUKM Perindag Kabupaten Majalengka; 3 Data Potensi Desa PODES Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Data yang digunakan adalah data dalam
tingkat desa. Data diperoleh dari BPS Kabupaten Majalengka; 4 Peta dasar meliputi Peta Batas Administrasi Wilayah, Peta Tanah Jawa-Bali versi
BBPPSDLP tahun 2010 skala 1:100,000, Peta Sistem Lahan Jawa versi RePPProT skala 1:250,000, Peta Curah Hujan Jawa Barat skala 1:250,000,
Peta Administrasi Desa, Kecamatan dan Kabupaten skala 1:25,000, dan peta- peta tematik lainnya yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian Pengembangan
Sumber daya Lahan Pertanian BBPPSDLP dan Bappeda Kabupaten Majalengka.
Alat analisis yang digunakan adalah software pengolah data Excell, dan SANNA serta software sistem informasi geografis ArcGIS. Jenis data, sumber
data, teknik analisis dan keluaran yang diharapkan untuk masing-masing tujuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis data, sumber data, teknik analisis dan keluaran
No Tujuan
Jenis dan Sumber data
Teknik analisis
Output yang diharapkan
1 Identifikasi wilayah dengan
keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas pertanian
terpilih Data Sektoral
Kabupaten BPS dan BAPPEDA
LQ, SSA Kecamatan yang unggul
untuk tiap komoditas dan sebaran spasialnya
2 Mengindentifikasi potensi fisik
lahan untuk komoditas pertanian terpilih
Peta dasar dan tematik BAPPEDA ,
BBPPSDLP Metode
Matching Peta Kesesuaian Lahan
untuk komoditas terpilih 3
Identifikasi desa basis industri kecil pengolah hasil pertanian
Potensi Industri Kabupaten
DISKUKM- PERINDAG
LQ Desa basis industri dan
sebaran spasialnya
4 Mengidentifikasi tingkat fasilitas
pelayanan desa dan aksebilitasnya untuk mendukung pengembangan
industri Data Potensi Desa
BPS Skalogram
Desa hirarki I tingkat fasilitas pelayanan dan
aksebilitas dan sebaran spasialnya
5 Menetapkan Arahan wilayah
pengembangan industri kecil berbasis komoditas unggulan dan
wilayah pengembangan komoditasnya
a. Menentukan wilayah pengembangan indusri
Hasil analisis Penetapan
kriteria Wilayah pengembangan
industri kecil b. Menentukan wilayah
pengembangan komoditas Hasil analisis
Penetapan kriteria
Wilayah pengembangan komoditas
c. Menetapkan arahan prioritas program pembangunan
Kuesioner Persepsi stakeholder
MCDM- TOPSIS
Prioritas program pembangunan