87 250  grambuah  sebanyak  50  persen  dan  grade  C  berat  buah  kurang  dari  200
grambuah sebanyak 10 persen. Pemetikan buah pada saat panen dilakukan dengan menggunakan gunting
stek  dan  alat  bantu  berupa  tangga  yang  bertujuan  untuk  menjangkau  buah belimbing  yang  terdapat  pada  ujung  cabang.  Buah  yang  telah  dipetik,  kemudian
diletakkan  diatas  keranjang  bambu  atau  keranjang  plastik.  Kertas  karbon  yang digunakan  sebagai  pembungkus  buah  tersebut  kemudian  dikumpulkan  pada
kantong plastik untuk digunakan pada periode selanjutnya.
Gambar 13.  Hasil Panen Belimbing Petani di Lokasi Penelitian Tahun 2011 5.4  Gambaran  Umum  Pemasaran  Komoditas  Belimbing  Dewa  di  Lokasi
Penelitian
Berdasarkan  penelusuran  informasi  di  lokasi  penelitian,  petani  responden menjual  hasil  panen  belimbingnya  kepada  Puskop,  pengumpul  tengkulak,
pedagang  besar,  pedagang  pengecer,  dan  konsumen  langsung.  Namun  sebagian besar  petani  responden  menjualnya  ke  Puskop  28,85  persen  dan
pengumpultengkulak 55,77 persen.
5.4.1  Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok
Dari  segi  pemasaran,  pemerintah  Kota  Depok  melalui  Dinas  Pertanian Kota Depok telah memfasilitasi terbentuknya Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan
Olahan Belimbing Dewa Depok Puskop yang bertugas untuk memasarkan hasil buah dan olahan belimbing dari para petani Kota Depok. Sesungguhnya,  Puskop
dibentuk  berdasarkan  inisiasi  dan  kesepakatan  bersama  para  petani  belimbing  di Kota  Depok  serta  seluruh  stakeholders  lainnya  Dinas  Pertanian  Kota  Depok,
88 KTNA,  APEBEDE,  dan  lain-lain.  Puskop  resmi  didirikan  pada  tanggal  30
Oktober 2007 dan mulai beroperasi pada Januari 2008. Selama bulan November- Desember  2007,  Puskop  melakukan  persiapan  manajerial  yaitu  dengan
mengadakan  recruitment  sumberdaya  manusia  tenaga  kerja.  Pengoperasian Puskop  dilakukan  pada  saat  yang  sangat  tepat  karena  pada  saat  itu  merupakan
masa  panen  raya  belimbing  Kota  Depok  yang  hanya  terjadi  setiap  2-3  tahun sekali.  Sehingga  pada  saat  itu  Puskop  dapat  langsung  berperan  dalam  upaya
mengakomodasi  pemasaran  hasil  panen  petani  belimbing,  yang  sebelumnya sangat bergantung kepada para tengkulak.
Gambar 14.  Gedung Puskop kiri dan Papan Nama Puskop kanan
Puskop  dibentuk  guna  membuat  pemasaran  belimbing  di  Kota  Depok menjadi  satu  pintu.  Hal  ini  dilakukan  dalam  rangka  meningkatkan  pendapatan
petani  belimbing  sekaligus  menjadikan  Kota  Depok  sebagai  sentra  produksi belimbing  sehingga  belimbing  dapat  menjadi  icon  Kota  Depok.  Namun,  petani
responden di lokasi penelitian yang menjual hasil panennya kepada Puskop hanya sebanyak  28,85  persen.  Sebagian  besar  petani  responden  masih  menjual  hasil
panennya  kepada  para  tengkulak  55,77  persen.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa tujuan dari pembentukan Puskop untuk menjadikan pemasaran belimbing di Kota
Depok  menjadi  satu  pintu  masih  belum  tercapai.  Sebagian  besar  alasan  petani menjual  hasil  panennya  kepada  pihak  selain  Puskop  adalah  karena  sistem
pembayaran  yang  lebih  cepat  atau  kontan  cash.  Sistem  pembayaran  yang dilakukan  oleh  Puskop  yaitu  dengan  menyerahkan  faktur  pembayaran  kepada
petani dan faktur tersebut dicairkan setelah 3 – 7 hari kemudian. Kondisi ini dapat
menjadi  bahan  pertimbangan  bagi  Puskop  agar  memperbaiki  sistem pembayarannya.  Jika  Puskop  tidak  dapat  melakukan  pembayaran  kontan  secara
89 langsung, sebaiknya Puskop dapat memberikan down payment DP sebesar 15-25
persen  pada  saat  petani  menyerahkan  hasil  panennya  dan  melunasinya  sesuai dengan sistem yang telah diterapkan oleh Puskop yaitu melunasi setelah 3
– 7 hari kemudian.
Puskop merupakan mitra binaan bagi petani. Puskop tidak hanya membeli belimbing  dari  petani  tetapi  juga  memperhatikan  kebutuhan  usahatani  belimbing
petani  di  antaranya  yaitu  dengan  memberikan  bantuan  berupa  alat-alat  produksi bekerjasama  dengan  Dinas  Pertanian  Kota  Depok,  membantu  pemasaran  serta
membantu  permodalan  bagi  petani  bekerjasama  dengan  Bank  Mandiri.  Selain itu,  Puskop  juga  berfungsi  untuk  menguatkan  bargaining  position  petani
belimbing,  khususnya  dalam  menghadapi  pasar.  Saat  ini,  Puskop  memiliki anggota  sebanyak  300  petani  belimbing,  namun  petani  yang  loyal  dan  mendapat
bantuan  pinjaman  Program  Kemitraan  dan  Bina  Lingkungan  PKBL  Bank Mandiri hanya sebanyak ± 150 orang dari semua kecamatan di Kota Depok. Rata-
rata  hasil  panen  petani  sebanyak  2-3  ton  per  minggu.  Pada  saat  hasil  produksi belimbing  petani  lemahsedikit,  Puskop  tidak  memberi  batasan  pemetikan  atau
pengiriman  belimbing  dari  petani  ke  Puskop.  Tetapi  jika  sedang  panen rayaproduksi  melimpah,  Puskop  membatasi  pemetikanpengiriman  belimbing
maksimal  3  ton  per  hari.  Perlakuan  lanjutan  yang  dilakukan  Puskop  terhadap belimbing  yang  dihasilkan  petani  adalah  sortasi,  grading,  pelabelan,  dan
packaging .  Kemudian,  Puskop  menjualnya  kepada  Carefour,  Makro  Lottemart,
Alfa  Retailindo,  Total  Buah,  Yogya  Bandung,  outlet  buah  Greenfield  Cibubur, All Fresh, Frutterry, Papaho dan Pasar-pasar Tradisional. Namun, saat ini Puskop
hanya  memiliki  tiga  pelanggan  tetap  yaitu  carefour,  toko  total  buah  dan  pasar induk Kramat Jati.
Harga  belimbing  yang  dijual  oleh  petani  dihargai  oleh  Puskop  dengan kisaran  harga  untuk  masing-masing  grade  yaitu  grade  A  adalah  Rp  6.000-7.000
per  kg,  grade  B  Rp  5.000-5.500  per  kg,  dan  grade  C  Rp  1.500-2.000  per  kg. Harga  ini  jauh  lebih  baiktinggi  dibandingkan  dengan  harga  yang  diberikan  oleh
tengkulak.  Tengkulak  biasanya  membeli  belimbing  kepada  petani  dengan  sistem borongan membeli per keranjang dan tidak diklasifikasikan, dimana untuk grade
A  dan  B  dihargai  sama  yaitu  Rp  3.500 –  Rp  5.000  per  kg  dan  untuk  grade  C
90 merupakan  bonus  dibawa  saja  oleh  tengkulak  atau  jika  dihargai  sangat  murah,
misal Rp 50.000 per keranjang. Sehingga harga yang diberikan oleh Puskop lebih tinggi  dibandingkan  oleh  tengkulak,  dengan  perbedaan  harga  berkisar  antara  Rp
1.500 – Rp 3.500 per kg. Sedangkan untuk grade C, tengkulak tidak menghargai
sama sekali dianggap bonus sedangkan Puskop masih mau menghargai Rp 1.500 – Rp 2.000 per kg.
Puskop  memiliki  kendala  dalam  permodalan  dan  pengembalian  pinjaman PKBL  Bank  Mandiri  yang  diberikan  kepada  petani  melalui  Puskop  sebagai
penjamin karena adanya kredit macet petani. Hal ini terjadi karena adanya moral hazard
yang  dilakukan  salah  satu  oknum  pada  saat  pendataan  petani  yang mendapatkan  bantuan  pinjaman,  sehingga  banyak  data  petani  fiktif.  Oleh  karena
itu, pada saat pembayaran pinjaman banyak petani yang tidak membayar pinjaman dikarenakan fiktif. Oknum tersebut kini sudah tidak menjadi bagian dari Puskop.
Saldo  Puskop  yang  telah  tertarik  ke  rekening  Bank  Mandiri  untuk  membayar kredit  macet  petani  adalah  sebanyak  Rp  160  juta  selama  dua  tahun  terakhir  ini.
Selain  itu,  pembayaran  cicilan  kredit  ke  Bank  Mandiri  adalah  setiap  bulan, sedangkan  Puskop  menerima  pembayaran  dari  petani  menggunakan  belimbing
yang  diserahkan  kepada  Puskop  setiap  tiga  bulan  sekali  sehingga  Puskop  juga sering menalangi terlebih dahulu cicilan tersebut setiap bulannya. Sehingga lama-
kelamaan modal Puskop menjadi berkurang dan  menyebabkan kondisi keuangan Puskop melemah.
Adapun solusi  yang diharapkan dari pemerintah  untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh Puskop tersebut antara lain adalah 1 Pemerintah membantu
membuatkan surat sakti pemasaran untuk semua pasar retail di Kota Depok agar bersedia  membeli  belimbing  dari  Puskop;  2  Melakukan  penyuluhan  yang
intensif  kepada  petani  agar  dapat  memproduksi  belimbing  yang  baik;  3 Mendorong  masyarakat  Depok  untuk  lebih  mengerti,  mengenal  dan
mengkonsumsi  belimbing;  4  Membuat  Belimbing  Center;  5  Memberikan bantuan  kredit  modal  kepada  Puskop  untuk  kelancaran  proses  produksi;  dan  6
Mendorong  seluruh  jajaran  pemerintahan  untuk  turut  mendukung  belimbing sebagai  icon  kota,  tidak  hanya  Dinas  Pertanian  tetapi  seluruh  dinas  yang  ada  di
91 Kota Depok saling bahu-membahu membantu penguatan citra belimbing  sebagai
icon Kota Depok.
5.4.2  Pengumpul Tengkulak