Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

37

3.1.6 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana perubahan hasil analisis suatu kegiatan ekonomi, bila ada suatu kesalahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik analisa untuk menguji perubahan kelayakan suatu kegiatan ekonomi proyek secara sistematis, bila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang telah dibuat dalam perencanaan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara : 1. Mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase dan menentukan seberapa besar kepekaan hasil perhitungan terhadap perubahan-perubahan tersebut. 2. Menentukan dengan berapa suatu harus berubah sampai hasil perhitungan yang membuat proyek tidak dapat diterima. Analisa sensitivitas membantu menentukan unsur-unsur kritikal yang berperan dalam menentukan hasil dan proyek. Analisis kepekaan dilakukan dengan mengubah suatu unsur atau kombinasi unsur, kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut terhadap hasil analisis. Kelemahan analisis sensitivitas adalah : 1. Analisis sensitivitas tidak digunakan untuk pemilihan proyek, karena merupakan analisis parsial yang hanya mengubah satu parameter pada suatu saat tertentu. 2. Analisis sensitivitas hanya mencatatkan apa yang terjadi jika variabel berubah-ubah dan bukan menentukan layak atau tidaknya suatu proyek. Dalam kaitannya dengan PAM, analisis sensitivitas akan mereduksi kelemahan dari metode analisis PAM tersebut. PAM bersifat statis dan tidak dimungkinkannya dilakukan simulasi untuk melihat pengaruh perubahan dari faktor-faktor penting dalam suatu proyek, kaitannya dengan penelitian ini adalah usahatani.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia memiliki potensi dan peluang yang sangat baik untuk menjadi salah satu negara eksportir buah-buahan tropis di dunia. Salah satu jenis buah tropis yang sedang dikembangkan dan memiliki prospek yang cukup bagus adalah 38 belimbing. Kota Depok merupakan salah satu wilayah sentra produksi belimbing di Indonesia, khususnya untuk wilayah Jawa Barat. Belimbing di Kota Depok lebih dikenal dengan sebutan belimbing dewa. Dalam rangka mengembangkan agribisnis belimbing di Kota Depok serta memanfaatkan peluang pasar yang tercipta karena adanya era perdagangan bebas maka belimbing dewa di Kota Depok mulai dipersiapkan untuk dapat menembus pasar internasional. Namun, untuk dapat menembus pasar internasional maka komoditas belimbing dewa di Kota Depok dituntut untuk memiliki dayasaing agar mampu bertahan dan bersaing dengan produk sejenis yang terdapat di mancanegara. Adanya penetapan pajak impor bea masuk sebesar lima persen atas bahan baku pupuk anorganik dan obat-obatan dan pajak pertambahan nilai PPN sebesar sepuluh persen atas input-input produksi seperti peralatan, pupuk dan obat-obatan serta adanya kebijakan terhadap suku bunga dapat membuat harga yang diterima petani berbeda dengan harga pada kondisi pasar persaingan sempurna tidak ada distorsi pasar maupun intervensi pemerintah. Disamping itu, pemerintah juga telah memberikan insentif input produksi kepada para petani belimbing dewa di Kota Depok. Hal-hal tersebut diduga akan memengaruhi tingkat keuntungan dan efisiensi usahatani belimbing dewa di Kota Depok. Terdapat banyak metode pendekatan dan teori untuk mengestimasi dayasaing komoditas, dimana semua cara pendekatan dan teori tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang memerlukan pemecahan. Salah satu cara pendekatan yang dipandang efisien untuk memecahkan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah metode Policy Analysis Matrix PAM. Hal ini dikarenakan selain dapat digunakan untuk menganalisis dayasaing komoditas belimbing dewa, PAM juga dapat digunakan sekaligus untuk menganalisis dampakpengaruh dari penerapan kebijakan pemerintah terhadap sistem komoditas belimbing dewa. Dayasaing komoditas belimbing dewa di Kota Depok dianalisis melalui keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki oleh komoditas tersebut. Keunggulan komparatif diidentifikasi melalui nilai keuntungan sosial dan nilai rasio biaya sumberdaya domestik atau domestic resources cost DRC yang dihasilkan. Keunggulan kompetitif dianalisis berdasarkan nilai keuntungan privat 39 dan nilai rasio biaya privat atau private cost ratio PCR yang dihasilkan. Dampak dari kebijakan pemerintah terhadap komoditas belimbing dewa di Kota Depok dianalisis melalui tiga pendekatan yaitu dampak kebijakan terhadap output, kebijakan terhadap input serta kebijakan terhadap input dan output. Dampak kebijakan terhadap output dianalisis berdasarkan nilai output transfer TO dan nominal protection coefficient on output NPCO yang dihasilkan. Dampak kebijakan input dianalisis berdasarkan nilai transfer input IT, nominal protection coefficient on input NPCI dan factor transfer TF yang dihasilkan. Sedangkan dampak kebijakan terhadap input dan output dianalisis berdasarkan nilai effective protection coefficient EPC, net transfer TB, profitability coefficient PC, dan subsidy ratio to produsers SRP. Sebagai pereduksi kelemahan dari PAM yang bersifat statis, maka setelah melakukan analisis PAM selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui dayasaing komoditas belimbing dewa apabila terjadi perubahan harga input dan output. Perubahan yang dianggap penting dalam penelitian ini dan dapat memengaruhi tingkat keuntungan serta efisiensi usahatani belimbing dewa di Kota Depok adalah penurunan jumlah produksi dan harga output belimbing dewa serta peningkatan upah tenaga kerja dan harga pupuk anorganik. Setelah memperoleh gambaran hasil analisis maka langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi kebijakan kepada petani dan pemerintah yang dapat dijadikan sebagai masukan ataupun bahan pertimbangan bagi penetapan kebijakan selanjutnya. Skema kerangka pemikiran yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6. 40 Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian “Analisis Dayasaing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Belimbing Dewa di Kota Depok” 1. Gambaran dayasaing komoditas Belimbing Dewa di Kota Depok 2. Gambaran dampak kebijakan pemerintah terhadap dayasaing komoditas Belimbing Dewa di Kota Depok. 3. Gambaran pengaruh perubahan jumlah produksi, harga tenaga kerja, harga pupuk anorganik, dan harga output terhadap dayasaing Belimbing Dewa di Kota Depok. 1. Indonesia memiliki potensi sebagai negara eksportir buah-buahan tropis. 2. Potensi Kota Depok sebagai sentra produksi belimbing. 3. Pengembangan agribisnis belimbing dan peluang ekspor. 4. Insentif produksi kepada petani belimbing, adanya bea masuk 5 persen atas bahan baku pupuk anorganik dan obat-obatan, PPN 10 persen atas input produksi serta kebijakan suku bunga 1. Apakah komoditas Belimbing Dewa di Kota Depok memiliki dayasaing? 2. Bagaimana Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap dayasaing komoditas Belimbing Dewa di Kota Depok? 3. Bagaimana pengaruh perubahan harga buah belimbing, harga tenaga kerja, harga pupuk dan jumlah output belimbing yang dihasilkan terhadap dayasaing Belimbing Dewa di Kota Depok? Analisis Dayasaing Komoditas Belimbing Dewa di Kota Depok: 1. Keunggulan Komparatif 2. Keunggulan Kompetitif Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Dayasaing Belimbing Dewa di Kota Depok:

1. Dampak Kebijakan terhadap Output

2. Dampak Kebijakan terhadap Input

3. Dampak Kebijakan terhadap Input-Ouput Analisis Sensitivitas 1. Penurunan Jumlah Poduksi 2. Peningkatan Upah Tenaga Kerja 3. Peningkatan Harga Pupuk Anorganik 4. Penurunan Harga Output Rekomendasi Kebijakan Policy Analysis Matrix PAM 41

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian