84 3
Bercak Daun Cercospora Bercak daun ini disebabkan oleh jamur Cercospora averrhoae. Penyakit
ini menyerang daun, tangkai daun dan batang muda. Penyakit ini menyebabkan terjadinya bercak-bercak pada daun dengan tepi daun berwarna
cokelat tua atau ungu. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun kuning hingga rontok. Pengendalian dapat dilakukan dengan menyemprotkan
fungisida Kaptafol atau fungisida Difolatan. 4
Ulat Penggerek Buah Ulat penggerek buah merupakan organisme pengganggu tanaman
belimbing yang masih sulit untuk diberantasdikendalikan oleh para petani belimbing di lokasi penelitian. Petani masih belum menemukan cara yang
tepat untuk mengatasi OPT jenis ini, oleh karena itu bantuan dari pihak-pihak yang mengetahui dan mengerti cara penanganan OPT jenis ini sangat
diperlukan petani belimbing dewa di Kota Depok guna meningkatkan mutu dan produktivitas belimbing yang mereka usahakan. Gambar 10
memperlihatkan buah belimbing di kebun petani responden yang terserang hama ulat penggerek buah ketika belimbing belum dibungkus. Karena telah
terserang hama ulat penggerek buah maka belimbing tidak dapat dibungkus dan harus dibuang.
Gambar 10. Belimbing yang Terkena Hama Ulat Penggerek Buah di Lokasi
Penelitian Tahun 2011
5.3.6 Penjarangan dan Pembungkusan Buah Belimbing Dewa
Penjarangan buah merupakan kegiatan mengurangi jumlah buah pada tanaman belimbing guna meningkatkan ukuran dan mutu buah yang akan
dihasilkan. Kegiatan ini dilakukan pada saat buah berukuran 2-3 cm atau saat
85 buah berumur 15-20 hari sejak bunga mekar. Buah yang dibuang adalah buah
yang bentuk dan ukurannya tidak normal, buah yang terserang OPT, buah yang terdapat diujung rantingcabang serta buah yang memiliki tangkai buah kurus.
Buah yang tidak sesuai dengan kriteria akan dibuang dan dilakukan penjarangan. Buah hasil penjarangan ditimbun ke dalam tanah atau sebagai pakan ternak.
Gambar 11. Penjarangan Buah Belimbing kiri dan Pembungkusan Buah
Belimbing kanan di Lokasi Penelitian Tahun 2011
Pembungkusan buah dilakukan pada buah muda yang telah berukuran tiga sentimeter buah yang telah dijarangkan kemudian dibungkus guna mencegah
buah dari gangguan organisme pengganggu tanaman, menghindari buah dari pencemaran pestisida serta meningkatkan mutu buah yaitu buah cepat besar,
bersih dan berpenampilan menarik. Bahan pembungkus buah yang digunakan oleh petani responden di lokasi penelitian adalah karbon dan plastik hitam perak.
Namun, karena keberadaan karbon yang mulai langka di pasaran maka petani lebih beralih ke pembungkus berbahan plastik hitam perak. Kegiatan penjarangan
dan pembungkusan buah ini biasanya dilakukan dalam satu waktu yang bersamaan.
Gambar 12. Kegiatan Penjarangan dan Pembungkusan Buah Belimbing
Dilakukan dalam Waktu yang Bersamaan
86
5.3.7 Panen
Sebelum melakukan kegiatan pemanenan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pengamatan pada buah yang akan dipanen. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh buah yang sesuai tingkat kematangan dan waktu pemetikan yang tepat. Pemanenan buah di lokasi penelitian, biasanya dilakukan oleh para petani
setelah 30-45 hari dari masa pembungkusan buah. Buah sudah bisa dipanen saat telah memasuki indeks kematangan buah IV. Indeks kematangan IV dipilih
dengan tujuan agar buah tidak cepat busuk dalam proses penyimpanan. Ciri indeks kematangan buah dapat dilhat pada Tabel 31. Hasil panen buah belimbing
dibagi menjadi tiga kelas grade.
Tabel 31. Ciri-ciri Indeks Kematangan Buah Belimbing Dewa di Kota Depok
Indeks Kematangan Buah
Ciri-Ciri Buah Belimbing Dewa
Indeks I Buah berwarna hijau keputihan
Indeks II Buah berwarna putih kekuningan
Indeks III Buah berwarna kuning kehijauan
Indeks IV Buah berwarna kuning tua kehijauan
Indeks V Buah berwarna kuning kemerahan
Indeks VI Buah berwarna oranye kemerahan
Indeks VII Buah berwarna oranye kemerahan, buah terlalu matang
Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok 2007 Target hasil panen buah belimbing yang diharapkan dicapai dari penerapan
SOP belimbing dewa Kota Depok menyangkut tiga aspek yaitu 1 Produktivitas setiap pohon per tahun tiga kali panen, untuk tanaman yang berumur 2
– 4 tahun memilik
i ≤ 500 buahpohontahun, tanaman berumur 5 – 9 tahun sebanyak 500 – 1.200 buahpohontahun dan tanaman yang berumur 15 tahun sebanyak ≥ 2.000
buahpohontahun; 2 Mutu buah hasil panen yaitu tidak cacat, bebas cemaran fisik burik, kotoran dan tanah, ukuran buah seragam sesuai kelasgrade, tidak
memar atau bonyok, bebas cemaran organisme pengganggu tanaman dan pestisida, dan warna serta bentuk buah seragam sesuai dengan umur panen dan
varietas; dan 3 Proporsi kelas buah hasil panen berdasarkan berat buah atau jumlah buah per kilogram dari setiap pohon yaitu grade A berat buah lebih dari
250 grambuah sebanyak 40 persen, grade B berat buah di antara 200 sampai
87 250 grambuah sebanyak 50 persen dan grade C berat buah kurang dari 200
grambuah sebanyak 10 persen. Pemetikan buah pada saat panen dilakukan dengan menggunakan gunting
stek dan alat bantu berupa tangga yang bertujuan untuk menjangkau buah belimbing yang terdapat pada ujung cabang. Buah yang telah dipetik, kemudian
diletakkan diatas keranjang bambu atau keranjang plastik. Kertas karbon yang digunakan sebagai pembungkus buah tersebut kemudian dikumpulkan pada
kantong plastik untuk digunakan pada periode selanjutnya.
Gambar 13. Hasil Panen Belimbing Petani di Lokasi Penelitian Tahun 2011 5.4 Gambaran Umum Pemasaran Komoditas Belimbing Dewa di Lokasi
Penelitian
Berdasarkan penelusuran informasi di lokasi penelitian, petani responden menjual hasil panen belimbingnya kepada Puskop, pengumpul tengkulak,
pedagang besar, pedagang pengecer, dan konsumen langsung. Namun sebagian besar petani responden menjualnya ke Puskop 28,85 persen dan
pengumpultengkulak 55,77 persen.
5.4.1 Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok