105
6.3.3 Dampak Kebijakan Terhadap Input dan Output
Analisis kebijakan pemerintah terhadap input-ouput adalah analisis gabungan antara kebijakan input dan kebijakan output. Dampak kebijakan
gabungan tersebut dapat dilihat melalui indikator Koefisien Proteksi Efektif EPC, Transfer Bersih TB, Keofisien Keuntungan PC, dan Rasio Subsidi
Produsen SRP. Nilai EPC merupakan rasio antara selisih penerimaan dan biaya input tradable pada harga privat aktual dengan selisih penerimaan dan biaya
input tradable pada harga sosial bayangan. Nilai EPC tersebut menggambarkan sejauh mana kebijakan pemerintah dalam melindungi atau menghambat produksi
domestik secara efektif. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai EPC pengusahaan komoditas belimbing dewa di Kota Depok adalah sebesar 1,74. Hal
ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap input-output yang berlaku telah melindungi petani belimbing dewa di Kota Depok dalam melakukan
aktivitas produksi komoditas tersebut secara efektif. Dengan kata lain, petani belimbing di lokasi penelitian mendapatkan fasilitas proteksi dari pemerintah.
Indikator lain yang menunjukkan adanya dukungan proteksi dari pemerintah terhadap petani belimbing dewa di Kota Depok adalah transfer bersih
TB. TB merupakan selisih antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima petani dengan keuntungan bersih sosial pada kondisi pasar bersaing sempurna.
Hasil analisis menunjukkan nilai TB di lokasi penelitian bernilai positif. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat penambahan keuntungan untuk sistem
komoditas belimbing dewa di Kota Depok yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Nilai TB tersebut juga menggambarkan bahwa dampak kebijakan
pemerintah terhadap input-output akan meningkatkan surplus petanipelaku usaha pada sistem komoditas belimbing dewa sebesar Rp 204,2 juta per hektar.
Nilai koefisien keuntungan PC juga menunjukkan adanya proteksi atau dukungan dari pemerintah terhadap petanipelaku usaha pada sistem komoditas
belimbing dewa di Kota Depok. PC merupakan rasio atau perbandingan antara keuntungan privat dengan keuntungan sosial. Nilai PC dapat menjadi indikator
yang menunjukkan dampak insentif dari semua kebijakan output, kebijakan input asing dan input domestik net policy transfer. Nilai PC yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah 1,70. Nilai tersebut menunjukkan keuntungan privat yang
106 diterima oleh petani belimbing dewa di lokasi penelitian lebih besar dari
keuntungan sosialnya sebesar 70 persen. Artinya kebijakan pemerintah yang ada telah efektif meningkatkan produksi belimbing dewa di lokasi penelitian.
Berikutnya, rasio subsidi bagi produsen SRP adalah rasio antara TB dengan penerimaan berdasarkan harga sosial bayangan. Nilai SRP menunjukkan
proporsi penerimaan pada harga sosial usahatani belimbing dewa di Kota Depok yang dapat menutupi subsidi dan pajak sehingga melalui SRP dapat
memungkinkan membuat perbandingan tentang besarnya subsidi perekonomian bagi sistem komoditas belimbing dewa. Hasil analisis menunjukkan nilai SRP di
lokasi penelitian adalah 0,05 yang berarti bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan petanipelaku usaha pada sistem komoditas
belimbing dewa di Kota Depok mengeluarkan biaya lebih rendah 5 persen dari biaya opportunity cost untuk berproduksi.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap input-output yang ada selama ini telah melindungi petani belimbing
dewa di Kota Depok secara efektif. Hal ini terlihat dari adanya kestabilan harga belimbing yang disebabkan kestabilan perekonomian nasional, peningkatan
surplus petani serta keuntungan yang diperoleh menjadi lebih tinggi dibandingkan
tanpa adanya intervensi pemerintah. Dengan demikian, kondisi tersebut dapat menguntungkan bagi pengembangan dan peningkatan dayasaing komoditas
belimbing dewa di Kota Depok.
6.4 Analisis Sensitivitas Usahatani Belimbing Dewa di Kota Depok