103 diperoleh pada sistem komoditas tersebut. Peningkatan keuntungan privat
menunjukkan peningkatan keunggulan kompetitif komoditas belimbing dewa di Kota Depok. Dengan kata lain, kebijakan pemerintah terhadap output yang ada
mampu mendukung peningkatan keunggulan kompetitif komoditas belimbing dewa di lokasi penelitian.
6.3.2 Dampak Kebijakan Terhadap Input
Pemerintah menetapkan kebijakan terhadap input seperti subsidipajak dan hambatan perdagangan terhadap input pertanian bertujuan agar produsen dapat
menggunakan sumberdaya secara optimal. Besarnya dampak kebijakan pemerintah terhadap input produksi belimbing dewa di Kota Depok ditunjukkan
oleh nilai transfer input TI, transfer faktor TF dan koefisien proteksi input nominal NPCI. Berdasarkan hasil analisis, nilai TI yang diperoleh adalah
sebesar Rp 70,222 juta per hektar. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam pengusahaan komoditas belimbing dewa di Kota Depok, harga input tradable
pada struktur harga privat lebih tinggi dibandingkan pada struktur harga sosial. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan pemerintah berupa bea masuk pajak impor
sebesar lima persen atas bahan baku input tradable serta pengenaan pajak pertambahan nilai PPN sebesar sepuluh persen atas input tradable yaitu pupuk
anorganik pupuk cair dan NPK dan obat-obatan curacron, gandasil A dan B. Sehingga harga sosial input tradable lebih rendah daripada harga privatnya.
Dengan demikian, petanipelaku usaha pada sistem komoditas belimbing dewa di Kota Depok harus membayar input lebih besar Rp 70,222 juta per hektar dari
kondisi seharusnya akibat intervensi pemerintah tersebut. Selain input tradable, input lain yang digunakan dalam proses produksi
adalah input domestik faktor domestik. Harga atas input tersebut ditentukan oleh mekanisme pasar lokal atau di dalam negeri. Transfer faktor TF merupakan
indikator dampak kebijakan pemerintah terhadap input produksi tersebut. TF merupakan selisih antara biaya input domestik yang dihitung pada harga privat
dengan biaya input produksi pada harga bayangan sosial. Kebijakan pemerintah untuk input domestik dilakukan dalam bentuk kebijakan subsidi positif atau
negatif. Berdasarkan hasil analisis, nilai TF komoditas belimbing dewa di Kota Depok bernilai positif, yaitu sebesar Rp 1,5 miliar per hektar. Nilai tersebut
104 menunjukkan bahwa terdapat implisit pajak atau transfer insentif dari petani
belimbing dewa di Kota Depok kepada produsen input domestik sehingga petani belimbing dewa harus membayar input domestik tersebut lebih mahal dari harga
sosialnya. Beberapa bentuk kebijakan yang menyebabkan timbulnya implisit pajak tersebut antara lain adanya Pajak Pertambahan Nilai PPN atas seluruh
komponen peralatan yang digunakan petanipelaku usaha sehingga harga peralatan yang dibayarkan oleh petanipelaku usaha harga privat menjadi lebih
tinggi dari harga yang seharusnya dibayarkan harga sosial. Kemudian, adanya perbedaan penilaian harga tenaga kerja pada struktur harga sosial akibat adanya
pengangguran terbuka dan tidak kentara di wilayah penelitian sehingga harga bayangan sosial tenaga kerja tersebut adalah sebesar 90,17 persen dari harga
privatnya. Selain itu, dikarenakan pula adanya perbedaan penilaian harga bunga modal pada struktur harga sosial akibat adanya inflasi, sehingga harga bayangan
bunga modal menjadi lebih tinggi 5,98 persen dari harga privatnya. Untuk menunjukkan tingkat proteksi atau distorsi yang dibebankan
pemerintah pada input tradable apabila dibandingkan tanpa adanya kebijakan pemerintah, dapat dilihat dari besarnya nilai Koefisien Proteksi Input Nominal
NPCI. NPCI merupakan rasio antara biaya input tradable privat dengan biaya input tradable sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai NPCI pengusahaan
komoditas belimbing dewa di Kota Depok adalah 1,99. Nilai ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap input tidak mendorong peningkatan
dayasaing komoditas belimbing dewa di lokasi penelitian. NPCI yang lebih dari satu menunjukkan adanya proteksi pemerintah terhadap produsen input tradable
di pasar domestik. Secara keseluruhan, adanya bea masuk pajak impor sebesar lima persen
atas bahan baku input tradable serta PPN sebesar sepuluh persen atas pupuk anorganik pupuk cair dan NPK dan obat-obatan curacron, gandasil A dan B
diindikasi dapat menurunkan keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas belimbing dewa di Kota Depok. Dengan kata lain, kebijakan pemerintah terhadap
input produksi sejauh ini belum mampu mendorong peningkatan dayasaing komoditas belimbing dewa di lokasi penelitian.
105
6.3.3 Dampak Kebijakan Terhadap Input dan Output