Dampak Penurunan Jumlah Produksi Belimbing Dewa

107 produksi serta harga input dan output tersebut menyebabkan perubahan tingkat keuntungan dan efisiensi usahatani belimbing dewa di Kota Depok. Hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap dayasaing komoditas belimbing dewa di Kota Depok. Perubahan indikator dayasaing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditas belimbing dewa di Kota Depok atas skenario yang diterapkan dalam analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Perubahan Indikator Dayasaing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Belimbing Dewa di Kota Depok pada Analisis Sensitivitas Skenario Indikator DRC PCR NPCO NPCI EPC PC SRP Normal 0,87 0,88 1,74 1,99 1,74 1,70 0,05 Produksi turun 10 persen 0,94 0,95 1,74 1,99 1,74 1,60 0,02 Kenaikan harga tenaga kerja sebesar 20 persen 0,95 0,96 1,74 1,99 1,74 1,57 0,01 Kenaikan harga pupuk anorganik sebesar 10 persen 0,88 0,88 1,74 1,98 1,74 1,70 0,05 Penurunan harga belimbing dewa sebesar 15 persen 1,03 1,04 1,74 1,99 1,74 1,92 -0,02

6.4.1 Dampak Penurunan Jumlah Produksi Belimbing Dewa

Analisis pertama yang dilakukan adalah menguji kepekaan keuntungan privat dan ekonomi serta keunggulan komparatif dan kompetitif bila terjadi penurunan jumlah produksi output buah belimbing dewa di Kota Depok sebesar sepuluh persen. Skenario penurunan jumlah produksi ini ditetapkan karena adanya fakta yang pernah dialami oleh petani belimbing dewa. Hal tersebut terjadi karena kendala sulitnya mengendalikan organisme pengganggu tanaman, khususnya ulat penggerek buah serta kondisi cuaca ekstrim yang menyebabkan banyak buah belimbing yang tidak dapat dipanen. Tabel 36 menunjukkan tabulasi PAM saat terjadi penurunan produksi belimbing dewa sebesar sepuluh persen. 108 Tabel 36. Tabulasi PAM Skenario Penurunan Produksi Sebesar 10 persen Uraian Penerimaan Biaya Keuntungan Input Tradable Faktor Domestik Privat 3.742.879.793 141.419.164 3.410.502.442 190.958.187 Sosial 2.145.533.764 71.197.195 1.955.106.946 119.229.623 Efek Divergensi 1.597.346.029 70.221.969 1.455.395.496 71.728.564 Hasil yang diperoleh dengan penetapan skenario ini adalah komoditas belimbing dewa masih tetap memiliki dayasaing baik dari sisi keunggulan komparatif dan kompetitifnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai DRC dan PCR yang masih kurang dari satu yaitu 0,94 dan 0,95 Tabel 35. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai keuntungan privat dan sosial yang diperoleh masih bernilai positif. Dengan demikian, jika skenario ini terjadi maka komoditas belimbing dewa di Kota Depok masih layak untuk dijalankan. Secara universal, kebutuhan belimbing Indonesia masih lebih baik dipenuhi dengan cara memproduksi di dalam negeri dibandingkan dengan cara impor karena jika diupayakan di dalam negeri, pengusahaan komoditas belimbing khususnya belimbing dewa hanya membutuhkan biaya sumberdaya domestik sebesar 94 persen terhadap biaya impor yang dibutuhkan. Dengan demikian, Indonesia dapat menghemat devisa negara. Dayasaing yang dimiliki pada skenario ini masih lebih rendah dibandingkan pada kondisi normal. Oleh karena itu, penting untuk dapat mengantisipasi terjadinya penurunan jumlah produksi belimbing dewa di Kota Depok. Salah satu caranya adalah dengan memberikan penyuluhan yang intensif khususnya mengenai pengendalian hama dan penyakit tanaman serta memberikan subsidi pestisida obat-obatan yang saat ini justru dikenakan pajak. Kebijakan pemerintah terhadap pestisida ini penting mengingat pestisida merupakan salah satu faktor yang dapat mengendalikan organisme pengganggu tanaman tersebut sehingga penurunan produksi dapat diantisipasi. Selain itu, upaya yang dapat ditempuh untuk mencapai peningkatan produktivitas tanaman adalah dengan melakukan peremajaan tanaman belimbing dewa yang telah berumur lebih dari 20 tahun serta pemberian subsidi pupuk oleh pemerintah, dimana pupuk yang digunakan saat ini justru dikenakan pajak. Kebijakan pemerintah terhadap pupuk ini penting mengingat pupuk merupakan salah satu faktor yang dapat 109 meningkatkan produktivitas tanaman belimbing dewa dari segi kualitas dan kuantitas.

6.4.2 Dampak Peningkatan Upah Tenaga Kerja