64 mencerminkan dampak kebijakan pemerintah secara keseluruhan terhadap
penerimaan petani apakah merugikan petani atau sebaliknya. Jika nilai TB lebih besar dari satu, hal ini menunjukan terdapat tambahan surplus produsen yang
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output.
Net Transfer NT = D – H
Koefisien Keuntungan Profitability Coefficient atau PC adalah perbandingan antara keuntungan bersih privat dengan keuntungan bersih sosial.
Koefisien keuntungan merupakan indikator yang menunjukan dampak insentif dari semua kebijakan output, kebijakan input asing dan input domestik. Nilai PC
yang lebih dari satu menunjukan bahwa secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada produsen. Sebaliknya, jika nilai PC kurang dari satu
maka berarti kebijakan pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima produsen lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan.
Profitability Coefficient PC = DH
Rasio subsidi bagi produsen Subsidy Ratio to Produsers atau SRP menunjukkan proporsi penerimaan produsen pada harga sosial yang dapat
menutupi subsidi dan pajak sehingga melalui nilai SRP memungkinkan membuat perbandingan tentang besarnya subsidi perekonomian bagi suatu sistem
komoditas.
Subsidy Ratio to Produsers SRP = LA – B
Jika nilai SRP negatif, maka hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan produsen mengeluarkan biaya
produksi lebih besar dari biaya imbangan untuk berproduksi. Jika nilai SRP positif maka yang terjadi adalah sebaliknya.
4.7 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan perhitungan biaya dan manfaat dari perubahan input atau output dari hasil analisis suatu
efektivitas perekonomian. Kelenturan usaha terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam perekonomian nasional dan internasional dapat dilakukan analisis
untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada komponen penerimaan suatu usaha jika terjadi perubahan variabel teknis maupun variabel ekonomis.
65 Dalam penelitian ini, analisis sensitivitas yang digunakan untuk
menyimulasikan kebijakan yang dilakukan dengan mengubah suatu variabel yang dianggap berpengaruh di antaranya adalah penurunan jumlah produksi,
peningkatan harga input domestik yaitu harga tenaga kerja, peningkatan harga input tradable yaitu harga pupuk anorganik pupuk daun dan NPK, dan
penurunan harga ouput. Skenario pertama yaitu adanya penurunan jumlah produksi sebesar 10 persen akibat adanya serangan organisme pengganggu
tanaman yaitu ulat penggerek buah. Skenario kedua adalah adanya peningkatan harga input domestik yaitu harga tenaga kerja meningkat sebesar 20 persen
dikarenakan upah tenaga kerja cenderung meningkat setiap tahunnya. Skenario ketiga adalah adanya peningkatan harga input tradable yaitu harga pupuk
anorganik pupuk daun dan NPK sebesar 10 persen karena diasumsikan ada peningkatan persentase kebijakan bea masuk bahan baku pembuatan pupuk dan
pajak pertambahan nilai PPN. Skenario keempat adalah adanya penurunan harga output belimbing dewa akibat mekanisme pasar.
66
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum, Geografis dan Iklim Kota Depok
Kota Depok resmi berdiri menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan
perangkat kelengkapannya sejak penerbitan UU Republik Indonesia No. 15 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya
Daerah Tingkat II Cilegon. Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6,19º - 6,28º Lintang Selatan dan 106,43º - 106,55º Bujur Timur.
Kondisi iklim di daerah Depok relatif sama. Kota Depok beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan cukup kecil yang dipengaruhi oleh angin muson.
Musim kemarau jatuh pada periode April – September dan musim penghujan
jatuh pada periode Oktober – Maret. Temperatur rata-rata adalah 24,3 – 33
C, kelembaban udara rata-rata 82 persen, penguapan udara rata-rata 3,9 mmth,
kecepatan angin rata-rata 3,3 knot dan penyinaran matahari rata-rata 49,8 persen. Tingkat keasaman pH tanah rata-rata 6 dan jenis tanahnya merupakan campuran
lempung dan tanah liat. Curah hujan rata-rata bulanan di Kota Depok sebesar 327 milimeter dan banyaknya hari hujan dalam satu bulan berkisar 10 sampai 20 hari.
Kondisi iklim Depok yang tropis dan kadar hujan yang kontinu sepanjang tahun, mendukung pemanfaatan lahan di Kota Depok sebagai lahan pertanian.
Secara umum topografi wilayah Kota Depok di bagian utara merupakan dataran rendah dengan elevasi antara 40
– 80 m, meliputi kelurahan-kelurahan yang ada di bagian tengah dan utara, sedangkan di bagian selatan perbukitan
bergelombang lemah dengan elevasi 80 – 140 m meliputi kelurahan-kelurahan
yang berada dalam wilayah Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya dan Cimanggis.
Kota Depok mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km
2
atau 20.029 Ha dengan luas penggunaan lahan sawah tahun 2010 adalah 932 Ha dan luas
penggunaan lahan bukan sawah adalah 19.097 Ha. Kota Depok beribukota di Kecamatan Pancoran Mas. Pada akhir tahun 2009, Kota Depok melakukan
pemekaran wilayah kecamatan yang semula enam kecamatan menjadi sebelas kecamatan. Adapun pemekaran ini dituangkan dalam Perda Kota Depok No. 8
Tahun 2007 dengan implementasi mulai dilaksanakan tahun 2009. Wilayah yang