Penentuan Harga Bayangan Harga Sosial Input dan Output 1

50

4.5.2 Penentuan Harga Bayangan Harga Sosial Input dan Output 1

Harga Bayangan Output Harga bayangan output buah belimbing dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan harga privatnya. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa tidak ada kebijakan pemerintah yang mengintervensi perdagangan output buah belimbing tersebut secara langsung sehingga distorsi pasar yang terjadi sangat kecil dan mendekati pasar persaingan sempurna. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga bayangan output buah belimbing sama dengan harga privatnya yaitu untuk buah belimbing grade A senilai Rp 5.800,00 per kilogram, grade B senilai Rp 4.000,00 per kilogram dan grade C senilai Rp 1.900,00 per kilogram. Harga privat dan bayangan output buah belimbing dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Harga Privat dan Sosial Output Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Output Satuan Harga Privat Harga Sosial Buah Belimbing Dewa grade A Rpkg 5.800,00 5.800,00 Buah Belimbing Dewa grade B Rpkg 4.000,00 4.000,00 Buah Belimbing Dewa grade C Rpkg 1.900,00 1.900,00 2 Harga Bayangan Input a Harga Bayangan Bibit Tanaman Belimbing Harga bayangan bibit tanaman belimbing dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan harga pasarnya. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa tidak ada kebijakan pemerintah yang mengintervensi produksi dan perdagangan bibit tanaman tersebut secara langsung sehingga distorsi pasar yang terjadi sangat kecil dan mendekati pasar persaingan sempurna. Namun, berdasarkan keterangan dari petani serta penelusuran informasi di lokasi penelitian, diketahui bahwa bibit tanaman belimbing yang dikembangkan di lokasi penelitian tidak semua berasal dari pribadi petani, ada sekitar 10,83 persen bibit tanaman belimbing petani responden berasal dari bantuan pemerintah subsidi. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis finansial untuk bibit tanaman belimbing diasumsikan sebanyak 10,83 persen dari jumlah bibit tanaman yang dikembangkan berasal dari bantuan pemerintah, sehingga bibit tanaman yang diperhitungkan dalam analisis finansial atau budget privat hanya sebanyak 89,17 persen dari analisis ekonomi atau budget sosial. Sedangkan analisis ekonomi untuk bibit tanaman belimbing di lokasi 51 penelitian adalah keseluruhan jumlah bibit tanaman yang dikuasaidimiliki oleh petani jumlah bibit tanaman belimbing yang dibeli sendiri ditambah jumlah bibit tanaman belimbing dari pemerintah dikalikan dengan harga bayangannya. Harga privat dan bayangan sosial bibit tanaman belimbing dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Harga Privat dan Sosial Bibit Tanaman Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Uraian Satuan Nilai Harga Privat Rpunit 12.500,00 Harga Bayangan Sosial Rpunit 12.500,00 b Harga Bayangan Pupuk Organik Pupuk organik yang biasa digunakan dalam usahatani belimbing di lokasi penelitian adalah pupuk kandang. Harga bayangan pupuk kandang dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan harga pasarnya. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa tidak ada kebijakan pemerintah yang mengintervensi produksi dan perdagangan bibit tanaman tersebut secara langsung sehingga distorsi pasar yang terjadi sangat kecil dan mendekati pasar persaingan sempurna. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa harga bayangan pupuk kandang di lokasi penelitian adalah Rp 300,00 per kilogram. Harga privat dan bayangan pupuk kandang pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Harga Privat dan Sosial Pupuk Organik Pupuk Kandang di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Uraian Satuan Nilai Harga Privat Rpkg 300,00 Harga Bayangan Sosial Rpkg 300,00 c Harga Bayangan Pupuk Anorganik Beberapa jenis pupuk anorganik yang digunakan dalam usahatani belimbing di lokasi penelitian antara lain pupuk NPK dan pupuk daun cair. Bahan-bahan baku untuk pembuatan produk pupuk anorganik biasanya berasal dari impor, sehingga border price untuk pupuk anorganik hanya mencakup harga bahan-bahan baku. Karena besarnya penggunaan bahan-bahan baku serta tingkat konversinya terhadap produk pupuk anorganik tersebut tidak diketahui secara 52 pasti menyebabkan penentuan harga bayangan pupuk anorganik didasarkan pada harga rata-rata aktual di lokasi penelitian dikurangi dengan bea masuk produk pertanian sebesar 5 persen 1 dan PPN sebesar 10 persen 2 . Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa harga bayangan pupuk NPK di lokasi penelitian adalah Rp 8.208,00 per kilogram dan harga bayangan pupuk daun cair di lokasi penelitian adalah sebesar Rp 28.471,50 per liter. Harga privat dan bayangan pupuk anorganik yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Harga Privat dan Sosial Pupuk Anorganik di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Input Satuan Harga Privat Harga Sosial NPK Rpkg 9.600,00 8.208,00 Daun Cair Rpliter 33.300,00 28.471,50 d Harga Bayangan Pestisida Pestisida yang umum digunakan dalam budidaya belimbing di lokasi penelitian adalah curacron, gandasil A dan gandasil B. Border price untuk pestisida hanya mencakup harga bahan-bahan baku untuk pembuatan produk tersebut Mantau 2009. Namun, karena besarnya penggunaan bahan-bahan baku serta tingkat konversinya terhadap produk pestisida tersebut tidak diketahui secara pasti menyebabkan penentuan harga bayangan pestisida didasarkan pada harga rata-rata aktual di lokasi penelitian dikurangi dengan bea masuk pajak impor produk pertanian sebesar 5 persen dan PPN sebesar 10 persen. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa harga bayangan pestisida curacron di lokasi penelitian adalah Rp 170.572,50 per liter, gandasil A sebesar Rp 25.650,00 per kg dan gandasil B sebesar Rp 47.880,00 per kg. Harga privat dan bayangan sosial pestisida yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Harga Privat dan Sosial Pestisida di Lokasi Penelitian pada Tahun 2011 Input Satuan Harga Privat Harga Sosial Curacron Rpliter 199.500,00 170.572,50 Gandasil A Rpkg 30.000,00 25.650,00 Gandasil B Rpkg 56.000,00 47.880,00 1 Peraturan Menteri Keuangan No.241PMK.0112010 2 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2007 53 e Harga Bayangan Peralatan Kebun dan Pengolahan Peralatan kebun yang digunakan dalam usahatani belimbing di lokasi penelitian terdiri dari parang, golok, cangkul, cangkul garpu, gerobak dorong, pengki pikul, pisau, pisau okulasi, gembor, hand sprayer, power sprayer, selang air, pompa pantek, gunting pangkas, stek dan panen, gergaji, tangga, drumbak, dan sapu lidi. Peralatan pengolahan belimbing yang digunakan di lokasi penelitian terdiri dari keranjang plastik troy, timbangan dan mesin wrapping. Harga privat peralatan dihitung berdasarkan harga penyusutan peralatan selama satu tahun dengan menggunakan metode garis lurus dengan formulasi sebagai berikut : Tabel 14. Harga Privat dan Sosial Peralatan Kebun dan Pengolahan Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Input Satuan Harga Privat Harga Sosial Peralatan Kebun Parang Rpunit 45.000,00 40.500,00 Golok Rpunit 50.000,00 45.000,00 Cangkul Rpunit 50.000,00 45.000,00 Cangkul garpu Rpunit 50.000,00 45.000,00 Gerobak dorong Rpunit 400.000,00 360.000,00 Pengki Pikul Rpunit 35.000,00 31.500,00 pisau Rpunit 50.000,00 45.000,00 pisau okulasi Rpunit 40.000,00 36.000,00 gembor Rpunit 40.000,00 36.000,00 Hand Sprayer Rpunit 275.000,00 247.500,00 power sprayer Rpunit 3.050.000,00 2.745.000,00 Selang AirPower Sprayer Rpmeter 5.000,00 4.500,00 pompa pantek Rpunit 500.000,00 450.000,00 Gunting Pangkas Rpunit 76.250,00 68.625,00 Gunting Panen Rpunit 51.250,00 46.125,00 Gergaji Rpunit 47.500,00 42.750,00 Tangga Rpunit 30.000,00 27.000,00 DrumBak Rpunit 200.000,00 180.000,00 Sapu Lidi Rpunit 6.250,00 5.625,00 Peralatan Pengolahan Keranjang Plastik Troy Rpunit 100.000,00 90.000,00 Timbangan Rpunit 100.000,00 90.000,00 Mesin Wraping Rpunit 800.000,00 720.000,00 54 Harga bayangan peralatan kebun dan pengolahan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan harga finansial privat dikurangi dengan Pajak Pertambahan Nilai PPN sebesar 10 persen. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak ada kebijakan pemerintah yang mengintervensi produksi dan perdagangan alat-alat tersebut secara langsung, kecuali beban biaya PPN terhadap peralatan tersebut. Oleh karena itu, harga bayangan peralatan dihitung dengan mengurangi harga finasial dengan biaya PPN sebesar 10 persen. Harga privat dan bayangan sosial peralatan kebun dan pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 14. f Harga Bayangan Tenaga Kerja Tenaga kerja termasuk dalam input non-tradable. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani belimbing di lokasi penelitian umumnya adalah tenaga kerja pria tidak terdidik. Tidak ada tenaga kerja wanita yang digunakan dalam proses budidaya belimbing di lokasi penelitian. Tenaga kerja wanita hanya digunakan dalam kegiatan pengolahan belimbing menjadi produk turunan dodol dan jus belimbing. Namun, dikarenakan kegiatan pengolahan buah belimbing menjadi produk turunan masih sangat sedikitterbatas maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada buah belimbing segar. Kegiatan pascapanen yang dilakukan terhadap buah belimbing segar tersebut adalah kegiatan sortasi, grading , pelabelan, dan pengemasan saja. Kegiatan pascapanen tersebut pun umumnya dilakukan hanya oleh tenaga kerja pria tidak terdidik. Oleh karena itu, tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya dan pascapanen belimbing di lokasi penelitian umumnya hanya menggunakan tenaga kerja pria tidak terdidik. Oktaviani 1991 menyatakan bahwa apabila pasar tenaga kerja bersaing sempurna dan tenaga kerja termasuk faktor yang langka maka penentuan harga bayangan upah tenaga kerja tidak terdidik ditentukan oleh produk marjinal tenaga kerja. Akan tetapi, di negara-negara berkembang seperti Indonesia, tenaga kerja bukan merupakan faktor yang langka sehingga upah tenaga kerja yang berlaku tidak mencerminkan nilai produk marjinal tenaga kerja. Dalam penelitian ini, penentuan harga bayangan upah tenaga kerja mengacu pada penelitian Wahyudi 1989, Septiyorini 2009 dan Nuryanti 2010. Septiyorini 2009 menyatakan bahwa jika di suatu daerah terdapat 55 banyak pengangguran unemployment maka harga bayangan tenaga kerjanya sama dengan nol. Hal ini terjadi karena opportunity cost untuk tenaga kerja yang menganggur atau pengangguran tidak kentara adalah nol. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa tingkat pengangguran di lokasi penelitian Jawa Barat adalah sebesar 12,08 persen. Oleh sebab itu, harga bayangan tenaga kerja di Jawa Barat ditentukan sebesar 97,92 persen dari nilai upah aktualnya. Perhitungan serupa juga dilakukan oleh Wahyudi 1989 dan Nuryanti 2010 yang menetapkan harga bayangan tenaga kerja sebesar 70 persen dan 89,43 persen dari upah finansialnya karena besarnya tingkat pengangguran di lokasi penelitian mereka adalah sebesar 30 persen dan 10,57 persen. Secara umum, penentuan upah bayangan tenaga kerja yang dilakukan oleh Wahyudi 1989, Septiyorini 2009 dan Nuryanti 2010 didasarkan pada formulasi sebagai berikut : dimana, HB : Harga Bayangan HA : Harga Aktual Berdasarkan data yang diperoleh dari BAPPEDA Kota Depok, diketahui bahwa pada tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka dan tidak kentara untuk penduduk usia 15 tahun ke atas di Kota Depok adalah sebesar 9,83 persen. Oleh sebab itu, harga bayangan upah tenaga kerja tidak terdidik di lokasi penelitian sebesar 90,17 persen dari upah finansialnya. Harga privat dan bayangan upah tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Harga Privat dan Sosial Upah Tenaga Kerja di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Input Satuan Harga Privat Harga Sosial Pria RpHOK 50.000,00 45.085,00 Wanita RpHOK - - g Harga Bayangan Lahan Lahan merupakan faktor produksi yang termasuk dalam input non- tradable faktor domestik dalam usahatani belimbing. Menurut Pearson et al. 2005, harga bayangan lahan dapat ditentukan berdasarkan pendapatan bersih dari usahatani komoditas alternatif terbaik yang dapat diusahakan pada lahan tersebut. Pendapatan bersih ini diperoleh dari penerimaan usahatani alternatif 56 dikurangi dengan biaya produksi dan pendapatan dari usahatani sebelumnya. Asumsi dasar yang diperlukan untuk harga bayangan ini yaitu tidak ada perubahan dalam kepemilikan atau pola pengelolaannya, kecuali pengusahaan dalam usahataninya. Dalam penelitian ini, informasi mengenai penerimaan dan biaya dari usahatani komoditas alternatif terbaik tidak diperoleh. Berdasarkan kondisi tersebut, penentuan harga bayangan lahan ditentukan berdasarkan pendapat Gittinger 1986, yaitu salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam menentukan harga bayangan lahan adalah nilai sewa lahan yang berlaku di masing-masing wilayah yang diperhitungkan setiap tahun. Dalam penelitian ini, pendekatan nilai sewa lahan memungkinkan untuk dilakukan karena sebagian besar petani belimbing di lokasi penelitian telah umum melakukan aktivitas sewa menyewa lahan tersebut. Rata-rata biaya sewa lahan per hektar di lokasi penelitian tergolong tinggi yaitu sebesar Rp 9.000.000,00 per tahun. Hal ini dikarenakan sempitnya luasan lahan untuk pertanian di Kota Depok karena sebagian besar lahan di Kota Depok telah dikonversi menjadi pemukiman penduduk, jalan dan bangunan lainnya. Sempitnya luasan lahan untuk pertanian ini menyebabkan tingginya harga sewa lahan untuk pertanian di lokasi penelitian karena adanya kelangkaan atau keterbatasan. Harga privat dan bayangan sosial lahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Harga Privat dan Sosial Lahan di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Uraian Satuan Nilai Harga Privat Rpha 9.000.000,00 Harga Bayangan Sosial Rpha 9.000.000,00 h Harga Bayangan Modal Menurut Pearson et al. 2005, biaya modal dalam analisis PAM dikelompokkan dalam dua kategori yaitu modal kerja dan modal investasi. Modal kerja adalah biaya produksi tunai yang harus dibayar petani seperti pembelian input dan upah tenaga kerja dalam kurun waktu satu tahun produksi. Sedangkan modal investasi adalah pengeluaran atas asset yang memberikan kegunaan lebih dari satu tahun, namun manfaat benefit diterima untuk periode yang panjang. Berdasarkan hasil penelusuran informasi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani belimbing menggunakan sumber modal untuk membiayai kegiatan usahataninya dari kombinasi modal pribadi dan pinjaman 57 lihat Tabel 29. Dengan demikian penentuan harga privat bunga modal dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai suku bunga rata-rata tertimbang weighted average. Berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian, proporsi sumber modal yang digunakan oleh petani responden untuk membiayai kegiatan usahataninya adalah sebesar 87,75 persen bersumber dari modal pribadi dan 12,25 persen bersumber dari pinjaman. Tingkat suku bunga deposito dan kredit yang digunakan dalam perhitungan suku bunga rata-rata tertimbang adalah tingkat suku bunga deposito dan kredit yang diberlakukan di Bank Mandiri. Bank Mandiri adalah bank yang memberikan pinjaman kepada sebagian besar petani responden. Tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri adalah 6,25 persen dan tingkat suku bunga kredit Bank Mandiri sebesar 11,25 persen. Berdasarkan data-data tersebut maka ditemukan nilai suku bunga rata-rata tertimbang adalah sebesar 6,86 persen. harga privat bunga modal kerja dan investasi dalam penelitian ini diasumsikan sama karena sumber modal yang digunakan untuk modal kerja dan investasi dalam penelitian ini diasumsikan berasal dari sumber dan proporsi modal yang sama. Dengan demikian, tingkat suku bunga privat untuk modal kerja dan investasi dalam penelitian ini adalah sebesar 6,86 persen. Selanjutnya, penentuan harga bayangan bunga sosial dilakukan dengan menambahkan harga privat bunga modal dengan tingkat inflasi. Inflasi merupakan faktor koreksi terhadap suku bunga. Suku bunga sendiri sebenarnya sudah menghitung nilai inflasi, namun masih nilai inflasi perkiraan sehingga suku bunga tersebut harus dikoreksi. Nilai suku bunga yang sudah dikoreksi merupakan cerminan korbanan biaya bunga sosial. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, tingkat inflasi Indonesia tahun 2011 adalah sebesar 5,98 persen. Sehingga harga bayangan bunga modal dalam penelitian ini adalah sebesar 12,84 persen. Harga privat dan bayangan sosial bunga modal yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Harga Privat dan Sosial Modal Pengusahaan Komoditas Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Input Satuan Harga Privat Harga Sosial Modal Kerja 6,86 12,84 Modal Investasi 6,86 12,84 58 i Harga Bayangan Tataniaga Biaya tataniaga yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya penanganan dan biaya angkut. Biaya penanganan yang dimaksud adalah biaya pascapanen buah belimbing yang meliputi biaya sortasi, grading, pengemasan dan pelabelan belimbing yang akan dipasarkan. Biaya angkut adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut buah belimbing dari petani sampai ke konsumen akhir. Harga bayangan tataniaga dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan harga privatnya. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa tidak ada kebijakan pemerintah yang mengintervensi proses penanganan dan pengangkutan buah belimbing tersebut secara langsung sehingga distorsi pasar yang terjadi sangat kecil dan mendekati pasar persaingan sempurna. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga bayangan penanganan dan biaya angkut belimbing sama dengan harga privatnya yaitu Rp 570,00 per kilogram untuk penanganan dan Rp 595,00 per kilogram untuk biaya angkut. Harga privat dan bayangan sosial biaya tataniaga yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Harga Privat dan Sosial Biaya Tataniaga Pengusahaan Komoditas Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Input Satuan Harga Privat Harga Sosial Penanganan Rpkg 570,00 570,00 Biaya Angkut Rpkg 595,00 595,00 j Harga Bayangan Nilai Tukar Penetapan nilai tukar rupiah didasarkan atas perkembangan nilai tukar mata uang asing yang menjadi acuan UD Dollar pada tahun 2010. Untuk menentukan harga bayangan nilai tukar digunakan formula yang dirumuskan oleh Squire Van de Tak 1975 yang diacu dalam Gittinger 1986, bahwa penentuan harga bayangan nilai tukar mata uang ditentukan dengan menggunakan rumus berikut : dimana, SERt : Nilai tukar bayangan RpUS pada tahun t OERt : Nilai tukar resmi RpUS pada tahunt SCFt : Faktor konversi standar 59 Menurut Rosegrant et al. 1987, nilai faktor konversi standar merupakan rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya dan dituliskan dalam rumus sebagai berikut : dimana, SCFt : Faktor konversi standar untuk yahun ke-t Xt : Nilai ekspor Indonesia untuk tahun ke-t Rp Mt : Nilai impor Indonesia untuk tahun ke-t Rp Txt : Penerimaan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-t Rp Tmt : Penerimaan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-t Rp Nilai ekspor Indonesia untuk tahun 2010 Xt adalah sebesar Rp 1.442.653.232.577.940,00, nilai impor Indonesia tahun 2010 Mt sebesar Rp 1.240.437.237.692.890,00, penerimaan pemerintah dari pajak ekspor Txt untuk tahun 2010 sebesar Rp 5.454.000.000.000,00 dan penerimaan pemerintah dari pajak impor untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp 17.107.000.000.000,00 Badan Pusat Statistik 2011. Nilai tukar resmi rata-rata mata uang Rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 9.143,50. Berdasarkan data tersebut dan perhitungan dengan metode Squire Van de Tak, maka dapat diketahui nilai tukar bayangan mata uang Rupiah terhadap US Dollar SER adalah sebesar Rp 9.183,21.

4.6 Analisis Indikator Matriks Kebijakan