50
4.5.2  Penentuan Harga Bayangan Harga Sosial Input dan Output 1
Harga Bayangan Output
Harga  bayangan  output  buah  belimbing  dalam  penelitian  ini  diasumsikan sama dengan harga privatnya. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa tidak ada
kebijakan  pemerintah  yang  mengintervensi  perdagangan  output  buah  belimbing tersebut  secara  langsung  sehingga  distorsi  pasar  yang  terjadi  sangat  kecil  dan
mendekati  pasar  persaingan  sempurna.  Berdasarkan  perhitungan  diperoleh  harga bayangan  output  buah  belimbing  sama  dengan  harga  privatnya  yaitu  untuk  buah
belimbing grade A senilai Rp 5.800,00 per kilogram, grade B senilai Rp 4.000,00 per  kilogram  dan  grade  C  senilai  Rp  1.900,00  per  kilogram.  Harga  privat  dan
bayangan output buah belimbing dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Harga  Privat  dan  Sosial  Output  Belimbing  Dewa  di  Lokasi
Penelitian Tahun 2011
Output Satuan
Harga Privat Harga Sosial
Buah Belimbing Dewa grade A Rpkg
5.800,00 5.800,00
Buah Belimbing Dewa grade B Rpkg
4.000,00 4.000,00
Buah Belimbing Dewa grade C Rpkg
1.900,00 1.900,00
2 Harga Bayangan Input
a Harga Bayangan Bibit Tanaman Belimbing
Harga bayangan bibit tanaman belimbing dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan harga pasarnya. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa tidak ada
kebijakan  pemerintah  yang  mengintervensi  produksi  dan  perdagangan  bibit tanaman tersebut secara langsung sehingga distorsi pasar yang terjadi sangat kecil
dan  mendekati  pasar  persaingan  sempurna.  Namun,  berdasarkan  keterangan  dari petani  serta  penelusuran  informasi  di  lokasi  penelitian,  diketahui  bahwa  bibit
tanaman  belimbing  yang  dikembangkan  di  lokasi  penelitian  tidak  semua  berasal dari  pribadi  petani,  ada  sekitar  10,83  persen  bibit  tanaman  belimbing  petani
responden  berasal  dari  bantuan  pemerintah  subsidi.  Berdasarkan  hal  tersebut, maka  analisis  finansial  untuk  bibit  tanaman  belimbing  diasumsikan  sebanyak
10,83 persen dari jumlah bibit tanaman yang dikembangkan berasal dari bantuan pemerintah, sehingga bibit tanaman  yang diperhitungkan dalam analisis finansial
atau budget privat hanya sebanyak 89,17 persen dari analisis ekonomi atau budget sosial.  Sedangkan  analisis  ekonomi  untuk  bibit  tanaman  belimbing  di  lokasi
51 penelitian  adalah  keseluruhan  jumlah  bibit  tanaman  yang  dikuasaidimiliki  oleh
petani jumlah bibit tanaman belimbing yang dibeli sendiri ditambah jumlah bibit tanaman belimbing dari pemerintah dikalikan dengan harga bayangannya. Harga
privat  dan  bayangan  sosial  bibit  tanaman  belimbing  dalam  penelitian  ini  dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10.  Harga  Privat  dan  Sosial  Bibit  Tanaman  Belimbing  Dewa  di Lokasi Penelitian Tahun 2011
Uraian Satuan
Nilai
Harga Privat Rpunit
12.500,00 Harga Bayangan Sosial
Rpunit 12.500,00
b Harga Bayangan Pupuk Organik
Pupuk organik yang biasa digunakan dalam usahatani belimbing di lokasi penelitian  adalah  pupuk  kandang.  Harga  bayangan  pupuk  kandang  dalam
penelitian  ini  diasumsikan  sama  dengan  harga  pasarnya.  Hal  ini  dikarenakan pertimbangan  bahwa  tidak  ada  kebijakan  pemerintah  yang  mengintervensi
produksi  dan  perdagangan  bibit  tanaman  tersebut  secara  langsung  sehingga distorsi pasar yang terjadi sangat kecil dan mendekati pasar persaingan sempurna.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa harga bayangan pupuk kandang di lokasi  penelitian  adalah  Rp  300,00  per  kilogram.  Harga  privat  dan  bayangan
pupuk kandang pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11.  Harga  Privat  dan  Sosial  Pupuk  Organik  Pupuk  Kandang  di Lokasi Penelitian Tahun 2011
Uraian Satuan
Nilai
Harga Privat Rpkg
300,00 Harga Bayangan Sosial
Rpkg 300,00
c Harga Bayangan Pupuk Anorganik
Beberapa  jenis  pupuk  anorganik  yang  digunakan  dalam  usahatani belimbing  di  lokasi  penelitian  antara  lain  pupuk  NPK  dan  pupuk  daun  cair.
Bahan-bahan  baku  untuk  pembuatan  produk  pupuk  anorganik  biasanya  berasal dari impor, sehingga border price untuk pupuk anorganik hanya mencakup harga
bahan-bahan  baku.  Karena  besarnya  penggunaan  bahan-bahan  baku  serta  tingkat konversinya  terhadap  produk  pupuk  anorganik  tersebut  tidak  diketahui  secara
52 pasti  menyebabkan  penentuan  harga  bayangan  pupuk  anorganik  didasarkan  pada
harga  rata-rata  aktual  di  lokasi  penelitian  dikurangi  dengan  bea  masuk  produk pertanian  sebesar  5  persen
1
dan  PPN  sebesar  10  persen
2
.  Berdasarkan  hasil perhitungan  diketahui  bahwa  harga  bayangan  pupuk  NPK  di  lokasi  penelitian
adalah Rp 8.208,00 per kilogram dan harga bayangan pupuk daun cair di lokasi penelitian  adalah  sebesar  Rp  28.471,50  per  liter.  Harga  privat  dan  bayangan
pupuk anorganik yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12.  Harga  Privat  dan  Sosial  Pupuk  Anorganik  di  Lokasi  Penelitian Tahun 2011
Input Satuan
Harga Privat Harga Sosial
NPK Rpkg
9.600,00 8.208,00
Daun Cair Rpliter
33.300,00 28.471,50
d Harga Bayangan Pestisida
Pestisida  yang  umum  digunakan  dalam  budidaya  belimbing  di  lokasi penelitian  adalah  curacron,  gandasil  A  dan  gandasil  B.  Border  price  untuk
pestisida  hanya  mencakup  harga  bahan-bahan  baku  untuk  pembuatan  produk tersebut Mantau 2009. Namun, karena besarnya penggunaan bahan-bahan baku
serta tingkat konversinya terhadap produk pestisida tersebut tidak diketahui secara pasti  menyebabkan  penentuan  harga  bayangan  pestisida  didasarkan  pada  harga
rata-rata  aktual  di  lokasi  penelitian  dikurangi  dengan  bea  masuk  pajak  impor produk pertanian sebesar 5 persen dan PPN sebesar 10 persen. Berdasarkan hasil
perhitungan  diketahui  bahwa  harga  bayangan  pestisida  curacron  di  lokasi penelitian adalah Rp 170.572,50 per liter, gandasil A sebesar Rp 25.650,00 per kg
dan gandasil B sebesar Rp 47.880,00 per kg. Harga privat dan bayangan  sosial pestisida yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13.  Harga  Privat  dan  Sosial  Pestisida  di  Lokasi  Penelitian  pada Tahun 2011
Input Satuan
Harga Privat Harga Sosial
Curacron Rpliter
199.500,00 170.572,50
Gandasil A Rpkg
30.000,00 25.650,00
Gandasil B Rpkg
56.000,00 47.880,00
1
Peraturan Menteri Keuangan No.241PMK.0112010
2
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2007
53
e Harga Bayangan Peralatan Kebun dan Pengolahan
Peralatan  kebun  yang  digunakan  dalam  usahatani  belimbing  di  lokasi penelitian  terdiri  dari  parang,  golok,  cangkul,  cangkul  garpu,  gerobak  dorong,
pengki  pikul,  pisau,  pisau  okulasi,  gembor,  hand  sprayer,  power  sprayer,  selang air,  pompa  pantek,  gunting  pangkas,  stek  dan  panen,  gergaji,  tangga,  drumbak,
dan sapu lidi. Peralatan pengolahan belimbing yang digunakan di lokasi penelitian terdiri dari keranjang plastik troy, timbangan dan mesin wrapping. Harga privat
peralatan  dihitung  berdasarkan  harga  penyusutan  peralatan  selama  satu  tahun dengan menggunakan metode garis lurus dengan formulasi sebagai berikut :
Tabel 14.  Harga  Privat  dan  Sosial  Peralatan  Kebun  dan  Pengolahan Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian Tahun 2011
Input Satuan
Harga Privat Harga Sosial
Peralatan Kebun Parang
Rpunit 45.000,00
40.500,00 Golok
Rpunit 50.000,00
45.000,00 Cangkul
Rpunit 50.000,00
45.000,00 Cangkul garpu
Rpunit 50.000,00
45.000,00 Gerobak dorong
Rpunit 400.000,00
360.000,00 Pengki Pikul
Rpunit 35.000,00
31.500,00 pisau
Rpunit 50.000,00
45.000,00 pisau okulasi
Rpunit 40.000,00
36.000,00 gembor
Rpunit 40.000,00
36.000,00 Hand Sprayer
Rpunit 275.000,00
247.500,00 power sprayer
Rpunit 3.050.000,00
2.745.000,00 Selang AirPower Sprayer
Rpmeter 5.000,00
4.500,00 pompa pantek
Rpunit 500.000,00
450.000,00 Gunting Pangkas
Rpunit 76.250,00
68.625,00 Gunting Panen
Rpunit 51.250,00
46.125,00 Gergaji
Rpunit 47.500,00
42.750,00 Tangga
Rpunit 30.000,00
27.000,00 DrumBak
Rpunit 200.000,00
180.000,00 Sapu Lidi
Rpunit 6.250,00
5.625,00
Peralatan Pengolahan Keranjang Plastik Troy
Rpunit 100.000,00
90.000,00 Timbangan
Rpunit 100.000,00
90.000,00 Mesin Wraping
Rpunit 800.000,00
720.000,00
54 Harga  bayangan  peralatan  kebun  dan  pengolahan  dalam  penelitian  ini
menggunakan  pendekatan  harga  finansial  privat  dikurangi  dengan  Pajak Pertambahan  Nilai  PPN  sebesar  10  persen.  Hal  ini  dilakukan  dengan
pertimbangan  bahwa  tidak  ada  kebijakan  pemerintah  yang  mengintervensi produksi dan perdagangan alat-alat tersebut secara langsung, kecuali beban biaya
PPN  terhadap  peralatan  tersebut.  Oleh  karena  itu,  harga  bayangan  peralatan dihitung dengan mengurangi harga finasial dengan biaya PPN sebesar 10 persen.
Harga  privat  dan  bayangan  sosial  peralatan  kebun  dan  pengolahan  yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 14. f
Harga Bayangan Tenaga Kerja
Tenaga  kerja  termasuk  dalam  input  non-tradable.  Tenaga  kerja  yang digunakan dalam usahatani belimbing di lokasi penelitian umumnya adalah tenaga
kerja  pria  tidak  terdidik.  Tidak  ada  tenaga  kerja  wanita  yang  digunakan  dalam proses  budidaya  belimbing  di  lokasi  penelitian.  Tenaga  kerja  wanita  hanya
digunakan dalam kegiatan pengolahan belimbing  menjadi produk turunan dodol dan  jus  belimbing.  Namun,  dikarenakan  kegiatan  pengolahan  buah  belimbing
menjadi  produk  turunan  masih  sangat  sedikitterbatas  maka  ruang  lingkup penelitian  ini  dibatasi  hanya  pada  buah  belimbing  segar.  Kegiatan  pascapanen
yang  dilakukan  terhadap  buah  belimbing  segar  tersebut  adalah  kegiatan  sortasi, grading
,  pelabelan,  dan  pengemasan  saja.  Kegiatan  pascapanen  tersebut  pun umumnya dilakukan hanya oleh tenaga kerja pria tidak terdidik. Oleh karena itu,
tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya dan pascapanen belimbing di lokasi penelitian umumnya hanya menggunakan tenaga kerja pria tidak terdidik.
Oktaviani  1991  menyatakan  bahwa  apabila  pasar  tenaga  kerja  bersaing sempurna  dan  tenaga  kerja  termasuk  faktor  yang  langka  maka  penentuan  harga
bayangan upah tenaga kerja tidak terdidik ditentukan oleh produk marjinal tenaga kerja.  Akan  tetapi,  di  negara-negara  berkembang  seperti  Indonesia,  tenaga  kerja
bukan  merupakan  faktor  yang  langka  sehingga  upah  tenaga  kerja  yang  berlaku tidak mencerminkan nilai produk marjinal tenaga kerja.
Dalam  penelitian  ini,  penentuan  harga  bayangan  upah  tenaga  kerja mengacu  pada  penelitian  Wahyudi  1989,  Septiyorini  2009  dan  Nuryanti
2010.  Septiyorini  2009  menyatakan  bahwa  jika  di  suatu  daerah  terdapat
55 banyak  pengangguran  unemployment  maka  harga  bayangan  tenaga  kerjanya
sama dengan nol. Hal ini terjadi karena opportunity cost untuk tenaga kerja yang menganggur  atau  pengangguran  tidak  kentara  adalah  nol.  Dalam  penelitian
tersebut  diketahui  bahwa  tingkat  pengangguran  di  lokasi  penelitian  Jawa  Barat adalah sebesar 12,08 persen. Oleh sebab itu, harga bayangan tenaga kerja di Jawa
Barat  ditentukan  sebesar  97,92  persen  dari  nilai  upah  aktualnya.  Perhitungan serupa  juga  dilakukan  oleh  Wahyudi  1989  dan  Nuryanti  2010  yang
menetapkan harga bayangan tenaga kerja sebesar 70 persen dan 89,43 persen dari upah  finansialnya  karena  besarnya  tingkat  pengangguran  di  lokasi  penelitian
mereka adalah sebesar 30 persen dan 10,57 persen. Secara umum, penentuan upah bayangan  tenaga  kerja  yang  dilakukan  oleh  Wahyudi  1989,  Septiyorini  2009
dan Nuryanti 2010 didasarkan pada formulasi sebagai berikut :
dimana,
HB : Harga Bayangan
HA : Harga Aktual
Berdasarkan  data  yang  diperoleh  dari  BAPPEDA  Kota  Depok,  diketahui bahwa  pada  tahun  2010  tingkat  pengangguran  terbuka  dan  tidak  kentara  untuk
penduduk usia 15 tahun ke atas di Kota Depok adalah sebesar 9,83 persen. Oleh sebab  itu,  harga  bayangan  upah  tenaga  kerja  tidak  terdidik  di  lokasi  penelitian
sebesar  90,17  persen  dari  upah  finansialnya.  Harga  privat  dan  bayangan  upah tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15.  Harga Privat dan Sosial Upah Tenaga Kerja di Lokasi Penelitian Tahun 2011
Input Satuan
Harga Privat Harga Sosial
Pria RpHOK
50.000,00 45.085,00
Wanita RpHOK
- -
g Harga Bayangan Lahan
Lahan  merupakan  faktor  produksi  yang  termasuk  dalam  input  non- tradable
faktor  domestik  dalam  usahatani  belimbing.  Menurut  Pearson  et  al. 2005,  harga  bayangan  lahan  dapat  ditentukan  berdasarkan  pendapatan  bersih
dari  usahatani  komoditas  alternatif  terbaik  yang  dapat  diusahakan  pada  lahan tersebut.  Pendapatan  bersih  ini  diperoleh  dari  penerimaan  usahatani  alternatif
56 dikurangi  dengan  biaya  produksi  dan  pendapatan  dari  usahatani  sebelumnya.
Asumsi dasar yang diperlukan untuk harga bayangan ini yaitu tidak ada perubahan dalam  kepemilikan  atau  pola  pengelolaannya,  kecuali  pengusahaan  dalam
usahataninya.  Dalam  penelitian  ini,  informasi  mengenai  penerimaan  dan  biaya dari usahatani komoditas alternatif terbaik tidak diperoleh.
Berdasarkan kondisi tersebut, penentuan harga bayangan lahan ditentukan berdasarkan  pendapat  Gittinger  1986,  yaitu  salah  satu  pendekatan  yang  umum
digunakan dalam menentukan harga bayangan lahan adalah nilai sewa lahan yang berlaku  di  masing-masing  wilayah  yang  diperhitungkan  setiap  tahun.  Dalam
penelitian  ini,  pendekatan  nilai  sewa  lahan  memungkinkan  untuk  dilakukan karena  sebagian  besar  petani  belimbing  di  lokasi  penelitian  telah  umum
melakukan aktivitas sewa menyewa lahan tersebut. Rata-rata biaya sewa lahan per hektar  di  lokasi  penelitian  tergolong  tinggi  yaitu  sebesar  Rp  9.000.000,00  per
tahun. Hal ini dikarenakan sempitnya luasan lahan untuk pertanian di Kota Depok karena sebagian besar lahan di Kota Depok telah dikonversi menjadi pemukiman
penduduk,  jalan  dan  bangunan  lainnya.  Sempitnya  luasan  lahan  untuk  pertanian ini menyebabkan tingginya harga sewa lahan untuk pertanian di lokasi penelitian
karena  adanya  kelangkaan  atau  keterbatasan.  Harga  privat  dan  bayangan  sosial lahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16.  Harga Privat dan Sosial Lahan di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Uraian
Satuan Nilai
Harga Privat Rpha
9.000.000,00 Harga Bayangan Sosial
Rpha 9.000.000,00
h Harga Bayangan Modal
Menurut  Pearson  et  al.  2005,  biaya  modal  dalam  analisis  PAM dikelompokkan dalam dua kategori yaitu modal kerja dan modal investasi. Modal
kerja  adalah  biaya  produksi  tunai  yang  harus  dibayar  petani  seperti  pembelian input  dan  upah  tenaga  kerja  dalam  kurun  waktu  satu  tahun  produksi.  Sedangkan
modal  investasi  adalah  pengeluaran  atas  asset  yang  memberikan  kegunaan  lebih dari satu tahun, namun manfaat benefit diterima untuk periode yang panjang.
Berdasarkan hasil penelusuran informasi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa  sebagian  besar  petani  belimbing  menggunakan  sumber  modal  untuk
membiayai  kegiatan  usahataninya  dari  kombinasi  modal  pribadi  dan  pinjaman
57 lihat  Tabel  29.  Dengan  demikian  penentuan  harga  privat  bunga  modal  dalam
penelitian  ini  adalah  menggunakan  nilai  suku  bunga  rata-rata  tertimbang weighted average. Berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian, proporsi
sumber  modal  yang  digunakan  oleh  petani  responden  untuk  membiayai  kegiatan usahataninya adalah sebesar 87,75 persen bersumber dari modal pribadi dan 12,25
persen  bersumber  dari  pinjaman.  Tingkat  suku  bunga  deposito  dan  kredit  yang digunakan dalam perhitungan suku bunga rata-rata tertimbang adalah tingkat suku
bunga  deposito  dan  kredit  yang  diberlakukan  di  Bank  Mandiri.  Bank  Mandiri adalah bank yang memberikan pinjaman kepada sebagian besar petani responden.
Tingkat  suku  bunga  deposito  Bank  Mandiri  adalah  6,25  persen  dan  tingkat  suku bunga kredit  Bank Mandiri sebesar 11,25 persen. Berdasarkan data-data tersebut
maka ditemukan nilai suku bunga rata-rata tertimbang adalah sebesar 6,86 persen. harga  privat  bunga  modal  kerja  dan  investasi  dalam  penelitian  ini  diasumsikan
sama  karena  sumber  modal  yang  digunakan  untuk  modal  kerja  dan  investasi dalam  penelitian  ini  diasumsikan  berasal  dari  sumber  dan  proporsi  modal  yang
sama.  Dengan  demikian,  tingkat  suku  bunga  privat  untuk  modal  kerja  dan investasi dalam penelitian ini adalah sebesar 6,86 persen.
Selanjutnya,  penentuan  harga  bayangan  bunga  sosial  dilakukan  dengan menambahkan harga privat bunga modal dengan tingkat inflasi. Inflasi merupakan
faktor  koreksi  terhadap  suku  bunga.  Suku  bunga  sendiri  sebenarnya  sudah menghitung nilai inflasi, namun masih nilai inflasi perkiraan sehingga suku bunga
tersebut  harus  dikoreksi.  Nilai  suku  bunga  yang  sudah  dikoreksi  merupakan cerminan  korbanan  biaya  bunga  sosial.  Berdasarkan  data  yang  diperoleh  dari
Bank Indonesia, tingkat inflasi Indonesia tahun 2011 adalah sebesar 5,98 persen. Sehingga harga bayangan bunga modal dalam penelitian ini adalah sebesar 12,84
persen.  Harga  privat  dan  bayangan  sosial  bunga  modal  yang  digunakan  dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17.  Harga  Privat  dan  Sosial  Modal  Pengusahaan  Komoditas Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian Tahun 2011
Input Satuan
Harga Privat Harga Sosial
Modal Kerja 6,86
12,84 Modal Investasi
6,86 12,84
58
i Harga Bayangan Tataniaga
Biaya  tataniaga  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  biaya penanganan  dan  biaya  angkut.  Biaya  penanganan  yang  dimaksud  adalah  biaya
pascapanen buah belimbing yang meliputi biaya sortasi, grading, pengemasan dan pelabelan  belimbing  yang  akan  dipasarkan.  Biaya  angkut  adalah  biaya  yang
dikeluarkan  untuk  mengangkut  buah  belimbing  dari  petani  sampai  ke  konsumen akhir.  Harga  bayangan  tataniaga  dalam  penelitian  ini  diasumsikan  sama  dengan
harga  privatnya.  Hal  ini  dikarenakan  pertimbangan  bahwa  tidak  ada  kebijakan pemerintah  yang  mengintervensi  proses  penanganan  dan  pengangkutan  buah
belimbing  tersebut  secara  langsung  sehingga  distorsi  pasar  yang  terjadi  sangat kecil  dan  mendekati  pasar  persaingan  sempurna.  Berdasarkan  perhitungan
diperoleh  harga  bayangan  penanganan  dan  biaya  angkut  belimbing  sama  dengan harga  privatnya  yaitu  Rp  570,00  per  kilogram  untuk  penanganan  dan  Rp  595,00
per  kilogram  untuk  biaya  angkut.  Harga  privat  dan  bayangan  sosial  biaya tataniaga yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Harga  Privat  dan  Sosial  Biaya  Tataniaga  Pengusahaan
Komoditas Belimbing Dewa di Lokasi Penelitian Tahun 2011
Input Satuan
Harga Privat Harga Sosial
Penanganan Rpkg
570,00 570,00
Biaya Angkut Rpkg
595,00 595,00
j Harga Bayangan Nilai Tukar
Penetapan  nilai  tukar  rupiah  didasarkan  atas  perkembangan  nilai  tukar mata  uang  asing  yang  menjadi  acuan  UD  Dollar  pada  tahun  2010.  Untuk
menentukan harga bayangan nilai tukar digunakan formula yang dirumuskan oleh Squire  Van  de  Tak  1975  yang  diacu  dalam  Gittinger  1986,  bahwa  penentuan
harga  bayangan  nilai  tukar  mata  uang  ditentukan  dengan  menggunakan  rumus berikut :
dimana,
SERt : Nilai tukar bayangan RpUS pada tahun t
OERt : Nilai tukar resmi RpUS pada tahunt
SCFt : Faktor konversi standar
59 Menurut Rosegrant  et al. 1987, nilai faktor konversi standar merupakan
rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya  dan dituliskan dalam rumus sebagai berikut :
dimana,
SCFt : Faktor konversi standar untuk yahun ke-t
Xt : Nilai ekspor Indonesia untuk tahun ke-t Rp
Mt : Nilai impor Indonesia untuk tahun ke-t Rp
Txt : Penerimaan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-t Rp
Tmt : Penerimaan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-t Rp
Nilai  ekspor  Indonesia  untuk  tahun  2010  Xt  adalah  sebesar  Rp 1.442.653.232.577.940,00,  nilai  impor  Indonesia  tahun  2010  Mt  sebesar  Rp
1.240.437.237.692.890,00,  penerimaan  pemerintah  dari  pajak  ekspor  Txt  untuk tahun  2010  sebesar  Rp  5.454.000.000.000,00  dan  penerimaan  pemerintah  dari
pajak  impor  untuk  tahun  2010  adalah  sebesar  Rp  17.107.000.000.000,00  Badan Pusat  Statistik  2011.  Nilai  tukar  resmi  rata-rata  mata  uang  Rupiah  terhadap  US
Dollar  pada  tahun  2010  adalah  sebesar  Rp  9.143,50.  Berdasarkan  data  tersebut dan  perhitungan  dengan  metode  Squire  Van  de  Tak,  maka  dapat  diketahui  nilai
tukar  bayangan  mata  uang  Rupiah  terhadap  US  Dollar  SER  adalah  sebesar  Rp 9.183,21.
4.6  Analisis Indikator Matriks Kebijakan