61 besar  dari  nol  maka  secara  ekonomi,  yaitu  pada  kondisi  pasar  persaingan
sempurna,  kegiatan  pengusahaan  komoditas  dapat  dilanjutkan  karena menguntungkan  atau  komoditas  tersebut  memiliki  keunggulan  komparatif.  Jika
nilai  KS  kurang  dari  atau  sama  dengan  nol  maka  kegiatan  usaha  tidak menguntungkan secara ekonomi atau pada kondisi pasar persaingan sempurna.
4.6.2 Analisis Efisiensi
Tingkat  efisiensi  pengusahaan  suatu  komoditas  dapat  dilihat  dari  dua indikator  yaitu  keunggulan  komparatif  dan  keunggulan  kompetitif.  Keunggulan
kompetitif  dapat  dilihat  dari  nilai  Rasio  Biaya  Privat  Private  Cost  Ratio  atau PCR  yaitu  rasio  antara  biaya  input  domestik  privat  dengan  nilai  tambah  privat.
Jika  nilai  PCR  lebih  kecil  dari  satu,  artinya  untuk  meningkatkan  nilai  tambah output sebesar satu satuan diperlukan tambahan biaya faktor domestik lebih kecil
dari  satu  satuan.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  pengusahaan  komoditas  tersebut efisien  secara  finansial  atau  memiliki  keunggulan  kompetitif  pada  saat  ada
kebijakan  pemerintah.  Jika  nilai  PCR  lebih  besar  atau  sama  dengan  satu  maka yang terjadi adalah sebaliknya.
Private Cost Ratio PCR = C A – B
Keunggulan komparatif suatu komoditas juga dapat dilihat dari nilai Rasio Biaya  Sumberdaya  Domestik  Domestic  Resources  Cost  atau  DRC.  Jika  nilai
DRC  lebih  kecil  dari  satu,  maka  pengusahaan  komoditas  efisien  secara  ekonomi atau  memiliki  keunggulan  komparatif  pada  kondisi  tanpa  ada  kebijakan.  Hal  ini
sebaliknya berlaku jika nilai DRC lebih dari satu.
Domestic Resources Cost Ratio DRC = G E – F
4.6.3 Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah
Dampak  kebijakan  pemerintah  yang  diidentifikasikan  dari  analisis  PAM meliputi  dampak  kebijkan  pemerintah  terhadap  output,  input  dan  dampak
kebijakan  terhadap  input-output.  hasil  matriks  kebijakan  yaitu  baris  ketiga  akan menunjukan divergensi dimana apabila terdapat perbedaan nilai dari baris pertama
dan  baris  kedua  mengindikasikan  adanya  intervensi  atau  kebijakan  pemerintah sehingga pasar terdistorsi.
62
1. Dampak Kebijakan terhadap Output
Kebijakan  pemerintah  terhadap  output  dijelaskan  oleh  nilai  Transfer Output  TO  dan  Koefisien  Proteksi  Output  Nominal  Nominal  Protection
Coefficient on Output atau NPCO. Nilai TO merupakan selisih antara penerimaan
privat dengan penerimaan sosial dari aktivitas produksi. Nilai transfer output yang positif menunjukan bahwa masyarakat membeli produk dengan harga  yang lebih
tinggi dari harga yang seharusnya diterima. Jika transfer output bernilai negative, berarti terdapat kebijakan subsidi negatif yang membuat harga privat lebih rendah
dari  harga  sosialnya.  Untuk  output  ekspor,  angka  negatif  menunjukan  bahwa kebijakan  menyebabkan  harga  output  yang  diterima  produsen  di  dalam  negeri
lebih  kecil  dari  harga  pasar  dunia.  Berdasarkan  matriks  PAM,  nilai  TO  yang dirumuskan dihitung sebagai berikut :
Output Transfer OT = A – E
NPCO  menunjukan  dampak  insentif  pemerintah  yang  menyebabkan terjadinya  perbedaan  nilai  output  yang  diukur  dengan  harga  privat  dan  sosial.
Nilai NPCO negatif menunjukan bahwa akibat kebijakan pemerintah, harga privat lebih  kecildari  harga  dunia  sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  produsen  output
memberikan  nilai  transfer  kepada  pemerintah  TO.  Kebijakan  ini  dapat  berupa subsidi negatif kepada produsen untuk barang ekspor.
Nominal Protection Coefficient on Tradable Output NPCO = AE
Sumber : Monke dan Pearson 1989.
2. Dampak Kebijakan terhadap Input
Dampak  kebijakan  pemerintah  terhadap  input  tradable  dijelaskan  dengan Transfer  Input  TI  dan  Koefisien  Proteksi  Input  Nominal  Nominal  Protection
Coefficient  on  Input atau  NPCI,  sedangkan  dampak  kebijakan  input  domestik
dijelaskan oleh Transfer Faktor TF. Nilai TI menunjukan kebijakan pemerintah yang  diterapkan  pada  input  tradable  yang  mengakibatkan  terjadinya  perbedaan
input tradable privat dan sosial. Nilai transfer input positif menunjukan kebijakan pemerintah  pada  input  tradable  menyebabkan  keuntungan  yang  diterima  secara
privat  lebih  besar  dibandingkan  tanpa  adanya  kebijakan.  Nilai  transfer  input negatif menunjukan kebijaka pemerintah menyebabkan keuntungan yang diterima
secara finansial lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan.
63
Transfer Input IT = B – F
Niali  NPCI  lebih  kecil  dari  satu  menunjukan  adanya  proteksi  terhadap produsen input, sementara sektor yang menggunakan input akan dirugikan dengan
tingginya  biaya  produksi.  Nilai  NPCI  lebih  kecil  dari  satu  menunjukan  adanya hambatan ekspor input sehingga produksi menggunakan input lokal.
Nominal Protection Coefficient on Tradable Input NPCI = BF
Sumber : Monke dan Pearson 1989. Nilai  Transfer  Faktor  TF  menujukan  pengaruh  kebijakan  pemerintah
terhadap  produsen  dan  konsumen  yang  berbeda  dengan  kebijakan  pada  input tradable
. Nilai TF menujukan besarnya subsidi terhadap input non-tradable. Bila nilai  transfer  faktor  negatif  berarti  terdapat  subsidi  positif  pada  input  non-
tradable .
Factor Transfer FT = C – G
3. Dampak Kebijakan terhadap Input-Output
Pengaruh  kebijakan  input-output  dapat  dijelaskan  melalui  analisis Koefisien  Proteksi  Efektif  Effective  Protection  Coefficient  atau  EPC,  Transfer
Bersih TB, Koefisien Keuntungan PC dan Rasio Subsidi bagi Produsen SRP. Koefisien  proteksi  efektif  EPC  merupakan  indikator  dari  dampak  keseluruhan
kebijakan  input  dan  output  terhadap  sistem  produksi  komoditas  dalam  negeri. Nilai  EPC  menggambarkan  sejauh  mana  kebijakan  pemerintah  bersifat
melindungi  atau  menghambat  produksi  domestik.  EPC  dihitung  berdasarkan rumus :
Effective Protection Coefficient EPC = A – BE – F
Nilai  EPC  lebih  besar  dari  satu  menunjukan  bahwa  dampak  kebijakan pemerintah  memberikan  dukungan  terhadap  aktivitas  produksi  dalam  negeri,
misalnya dengan cara menaikkan harga output atau input asing tradable di atas harga  dunia  harga  efisiennya.  Artinya  terdapat  kebijakan  pemerintah  yang
bertujuan  melindungi  produksi  dalam  negeri  telah  berjalan  efektif.  Sebaliknya, jika  nilai  EPC  kurang  dari  satu  menunjukan  bahwa  kebijkan  tersebut  tidak
berjalan secara efektif. Transfer Bersih TB adalah selisih antara keuntungan bersih yang benar-
benar  diterima  produsen  dengan  keuntungan  bersih  sosialnya.  Nilai  TB  juga
64 mencerminkan  dampak  kebijakan  pemerintah  secara  keseluruhan  terhadap
penerimaan  petani  apakah  merugikan  petani  atau  sebaliknya.  Jika  nilai  TB  lebih besar  dari  satu,  hal  ini  menunjukan  terdapat  tambahan  surplus  produsen  yang
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output.
Net Transfer NT = D – H
Koefisien  Keuntungan  Profitability  Coefficient  atau  PC  adalah perbandingan  antara  keuntungan  bersih  privat  dengan  keuntungan  bersih  sosial.
Koefisien  keuntungan  merupakan  indikator  yang  menunjukan  dampak  insentif dari semua kebijakan output, kebijakan input asing dan input domestik. Nilai PC
yang lebih dari satu menunjukan bahwa secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada produsen. Sebaliknya, jika nilai PC kurang dari satu
maka  berarti  kebijakan  pemerintah  mengakibatkan  keuntungan  yang  diterima produsen lebih kecil dibandingkan tanpa adanya kebijakan.
Profitability Coefficient PC = DH
Rasio  subsidi  bagi  produsen  Subsidy  Ratio  to  Produsers  atau  SRP menunjukkan  proporsi  penerimaan  produsen  pada  harga  sosial  yang  dapat
menutupi subsidi dan pajak sehingga melalui nilai SRP memungkinkan membuat perbandingan  tentang  besarnya  subsidi  perekonomian  bagi  suatu  sistem
komoditas.
Subsidy Ratio to Produsers SRP = LA – B
Jika  nilai  SRP  negatif,  maka  hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  kebijakan pemerintah  yang  berlaku  selama  ini  menyebabkan  produsen  mengeluarkan  biaya
produksi lebih besar dari biaya imbangan untuk berproduksi. Jika nilai SRP positif maka yang terjadi adalah sebaliknya.
4.7 Analisis Sensitivitas