30
2.3.6 Salinitas
Salinitas merupakan  jumlah berat semua garam dalam gram  yang terlarut dalam  satu  liter  air  yang  biasanya  dinyatakan  dalam  bentuk  satuan  per  mil  atau
gram per liter Nontji, 1987. Gradien salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan debit  air  dari  sungai  run  off,  pasang  surut  serta  dinamika  perairan  lainnya.
Ketersediaan  air  tawar  dan  pengaruh  pasang  surut  sangat  berdampak  pada  nilai salinitas  yang  ada  di  pesisir  dan  pulau-pulau  kecil.  Dalam  kaitannya  dengan
mangrove,  salinitas memiliki  peran  penting  bagi  pertumbuhan,  daya  adaptif,  dan zonasi  mangrove  Aksornkoae,  1993.  Mangrove  dapat  tumbuh  subur  di  daerah
estuaria dengan salinitas air payau  0,5‰ sampai dengan salinitas air laut 30‰ -
33‰.  Salinitas  yang  tinggi    35‰  dapat  berpengaruh  buruk  bagi  vegetasi mangrove,  karena  dampak  dari  tekanan  osmotik  yang  negatif  Bengen,  2000.
Sedangkan  terkait  dengan  makrozoobentos,  salinitas  merupakan  salah  satu parameter  yang  memiliki  peran  penting  dalam  mempengaruhi  penyebarannya
selain  kandungan  bahan  organik  dan  fraksi  sedimen  Wu  dan  Richard,  1981  in Emiryati, 2004.
2.3.7 Derajat Keasaman pH
pH  merupakan  gambaran  jumlah  aktivitas  ion  hidrogen  dalam  perairan. Setiap  organisme  memiliki  kisaran  pH  yang  berbeda  pula  dalam  tingkat
toleransinya.  pH  yang  paling  disukai  oleh  biota  akuatika  dalah  7  -  8.5  Effendi, 2003. Nilai pH juga sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya
proses nitrifikasi perairan. Nilai pH sangat dipengaruhi oleh pasang dan surut air laut dan masukan air tawar dari daratan. Nilai pH diklasifikasikan menjadi 3 yaitu,
pH = 7 adalah netral; pH berkisar antara 0 - 7 adalah asam dan nilai pH berkisar antara 7
– 14 adalah basa.
2.3.8 Oksigen Terlarut DO
Kadar  oksigen  terlarut  sangat  mempengaruhi  kelangsungan  hidup organisme  yang  ada  didalamnya.  Kadar  oksigen  terlarut  sangat  dipengaruhi  oleh
kualitas  air  lainnya,  misalnya  kekeruhan,  suhu,  salinitas,  TSS,  pergerakan  massa air,  tekanan  atmosfer.  Effendi  2003  menyatakan  bahwa  DO  berfluksuasi  baik
secara harian maupun musiman dimana fluktuasi tersebut sangat dipengaruhi oleh
31 percampuran  dan  pergerakan  massa  air,  aktivitas  fotosintesis,  respirasi  dan
limbah. Berubahnya  konsentrasi  DO  sangat  berpengaruh  baik  secara  langsung
maupun  tidak  langsung.  Efek  secara  langsung  berupa  kematian  bagi  biota  dan secara  tidak  langsung  didapat  dari  meningkatnya  konsentrasi  toksisitas  bahan
pencemar  perairan  yang  dapat  membahayakan  biota  Emiryati,  2004.  Effendi 2003  menambahkan  bahwa  dekomposisi  bahan  organik  dan  oksidasi  bahan
anorganik  dapat  mengurangi  kadar  oksigen  terlarut  hingga  mencapai  nol. Sedangkan  pada  ekosistem  mangrove,  Aksornkoae  1993  menambahkan  bahwa
DO  sangat  bervariasi  tergantung  waktu,  musim,  dan  kekayaan  tumbuhan  serta organisme akuatik pada ekosistem mangrove.
2.4 Sedimen
Sedimen  adalah  tanah  dan  bagian-bagian  tanah  yang  terangkut  dari  suatu tempat  yang  tererosi  secara  umum.  Sedangkan  Nurjaya  et  al.,  2006
mendefinisikan bahwa sedimen merupakan partikel anorganik yang tidak menyatu terlepas satu sama lain terakumulasi di dasar laut. Sedimen berasal dari berbagai
sumber  baik  hasil  dari  pelapukan  weathering,  erosi,  proses  vulkanik,  aktivitas biologi  dan  kimiawi.  Jadi,  sedimen  merupakan  salah  satu  bagian  dari  ekosistem
perairan yang sangat berperan dalam siklus biogeokimia dari suatu unsur elemen atau unsur kimia, karena dalam sedimen terjadi proses transformasi suatu senyawa
atau unsur kimia menentukan spesiasi kimia. Partikel  sedimen  mempunyai  ukuran  yang  bervariasi,  mulai  yang  besar
sampai  yang  halus.  Berdasarkan  skala  Wentworth  sedimen  diklasifikasikan sebagai berikut Tabel 5.