54
3.3.3 Struktur Komunitas Makrozoobenthos
Analisis struktur komunitas makrozoobenthos dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya Kerapatan kepadatan, Keanekaragaman, dan Dominansi.
  Analisis Keanekaragaman H’
Analisis  keanekaragaman  dilakukan  dengan  menggunakan  formulasi Shanon Winner dengan formula sebagai berikut :
H
′
= −   p
i
log2 p
i
dimana p
i
= ni
N
s
i=1
Keterangan : H′
: Indeks Keanekaragaman n
i
: Jumlah Individu Jenis ke-i N
: Jumlah Total Individu S
: Jumlah Spesies   Analisis Keseragaman Populasi E
Analisis  keseragaman  dilakukan  dengan  menggunakan  formulasi  sebagai berikut :
E = H′
H maks dimana H maks = ln s
Keterangan :  E : Indeks Keseragaman
S : Jumlah Spesies
Nilai  Indeks  Keseragaman  berkisar  antara  0  -  1.    Semakin  kecil  nilai  E mendekati  0,  keseragaman  semakin  kecil  yang  berarti  penyebaran  jumlah
individu setiap jenis tidak sama, ada kecenderungan terjadi dominansi oleh jenis- jenis  tertentu.    Semakin  besar  nilai  E  mendekati  1  menunjukkan  keseragaman
populasi yang tinggi, jumlah individu setiap jenis dapat dikatakan sama atau tidak jauh berbeda.  Kisaran nilai indeks keseragaman adalah :
E ≤ 0.4 : Keseragaman rendah
0.4 ≤ E ≤ 0.6  : Keseragaman sedang E  0.6
: Keseragaman tinggi   Dominansi D
Perhitungan  nilai  dominansi  dilkukan  dengan  menggunakan  formulasi Simpson Krebs, 1985 in Suwondo et al., 2006 dengan formula sebagai berikut :
55 D =
∑p
i 2
dimana p
i
= ni
N Keterangan :  D
: Indeks Dominansi n
i
: Jumlah Individu Jenis ke-i N
: Jumlah Total Individu Nilai  indeks  dominansi  berkisar  antara  0  -  1.  Jika  nilai  D  mendekati  0,
berarti  tidak  ada  jenis  yang  mendominasi.  Sedangkan  jika  nilai  D  besar mendekati 1 berarti ada jenis yang mendominasi. Kisaran nilai indeks dominansi
dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 0     D ≤ 0.3  : Dominansi rendah
0.3  D ≤ 0.6  : Dominansi sedang 0.6  D ≤ 1  : Dominansi tinggi
3.3.4 Model Kualitatif dan Kuantitatif
3.3.4.1 Beban Pencemaran
Analisis beban pencemar dilakukan dengan perhitungan secara langsung di saluran-saluran pembuangan di pesisir Pulau Sepanjang.  Metode yang digunakan
adalah  dengan  cara  mengukur  secara  langsung  beban  pencemar  yang  menuju ekosistem mangrove di pesisir Pulau Sepanjang. Pengukuran sekaligus dilakukan
pada debit air yang mengalir. Dengan diketahui debit air dan konsentrasi limbah, maka  beban  pencemar  dapat  dihitung  dengan  menggunakan  model  berikut
Quano, 1993:
BP = Q x C
i
Keterangan : BP
= Beban pencemar yang berasal dari satu sungai saluran air mgs Q
= Debit sungai saluran air Ls C
i
= Konsentrasi parameter ke-i mgL Kapasitas  beban  KB  atau  loading  capacity  sebuah  perairan  merupakan
suatu  ukuran  untuk  melihat  seberapa  besar  beban  pencemar  yang  dapat  diterima oleh  suatu  perairan.  Nilai  kapasitas  beban  ini  diukur  pada  saat  pasang  KB
pasang
dan  surut  KB
surut
serta  kapasitas  beban  berdasarkan  standar  baku  mutu  air  laut untuk biota laut KB
baku mutu
yaitu Kepmen LH No.51MENLH2004.
56 Perhitungan  nilai  KB  pada  saat  pasang  dan  surut  berdasarkan  rumus
berikut Rafni, 2004. KB
p
= V
p
x C
ip max
KB
s
= V
s
x C
is max
KB
BM
= V x Ci
BM
Keterangan : KB
p
= Kapasitas beban saat pasang ton KB
s
= Kapasitas beban saat surut ton KB
BM
=  Kapasitas  beban  berdasarkan  standar  baku  mutu  Kepmen No.51MENLH2004 yang diasumsikan sebagai faktor pembatas ton
V
p
= Volume muara saat pasang m
3
V
s
= Volume muara saat surutm
3
C
ip max
= Konsentrasi maksimum parameter ke-i saat pasang mgL C
is max
= Konsentrasi maksimum parameter ke-i saat surut mgL Ci
BM
= Konsentrasi parameter ke-i berdasarkan standar baku mutu air laut untuk biota laut Kepmen No.51MENLH2004
Kriteria  yang  digunakan  untuk  melihat  kondisi  kapasitas  asimilasi  suatu perairaan apakah sudah tercemar atau belum adalah dengan membandingkan nilai
beban  pencemar  BP  dari  parameter  tertentu  dengan  nilai  kapasitas  beban perairan tersebut KB
p
, KB
s
, dan KB
BM
, yaitu : Jika nilai KB KB
p
, KB
s
, dan KB
BM
BP, maka diduga kapasitas asimilasi belum terlampaui under capacity.
Jika nilai KB KB
p
, KB
s
, dan KB
BM
BP, maka diduga kapasitas asimilasi telah terlampaui over capacity.
3.3.4.2 Kapasitas Asimilasi
Penelitian  tentang  kapasitas  asimilasi  dilakukan  dengan  menggunakan metode  hubungan  antara  kualitas  air  konsentrasi  limbah  dengan  beban
limbahnya.  Nilai  kapasitas  asimilasi  didapatkan  dengan  cara  membuat  grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter limbah di perairan sungai
saluran  pembuangan  dengan  limbah  di  ekosistem  mangrove.  Selanjutnya dianalisis  dengan  memotongkan  dengan  garis  nilai  baku  mutu  air  yang
diperuntukkan untuk biota laut berdasarkan Kep  Men  Lingkungan  Hidup  No. 51 Tahun 2004 Lampiran 8.