92 kualitas lingkungan yang dimiliki, namun sebaliknya semakin rendah nilai indeks
keseragaman, maka semakin tidak baik pula kualitas lingkungan yang ada. Nilai indeks dominansi pada keseluruhan lokasi penelitian berkisar antara
0,25 - 1 dengan nilai tertinggi pada stasiun S6 dan S15 dan terendah pada stasiun S9. Nilai indeks dominansi menunjukkan dominansi suatu spesies dalam suatu
komunitas makrozoobentos. Apabila terdapat suatu nilai yang tinggi, maka terdapat suatu spesies tertentu yang mendominansi suatu komunitas, sedangkan
sebaliknya semakin rendah nilai indeks ini, maka tidak terdapat dominansi oleh spesies tertentu. Tingginya nilai indeks dominansi pada stasiun S6 dan S15
dikarenakan pada stasiun tersebut hanya ditemukan 1 individu makrozoobentos dari jenis Cerithidea quadrata. Sebaliknya nilai terkecil pada stasiun S9
dikarenakan pada stasiun tersebut ditemukan 34 individu yang terbagi dalam 6 spesies yang berbeda.
5.3 Hubungan Mangrove dan Karakteristik Biofisik Lingkungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik air dan sedimen sangat mempengaruhi distribusi jenis mangrove maupun makrozoobentos. Pada stasiun
S8 dimana mangrove spesies yang paling banyak ditemui adalah Bruguiera gymnorrhiza
dan memiliki substrat pasir ternyata sangat disukai oleh gastropoda. Demikian halnya yang terjadi pada stasiun S13 dimana mangrove yang paling
banyak ditemui adalah Avicennia officinalis dengan substrat pasir juga sangat disukai oleh gastropoda. Adapun mangrove stasiun S11 dimana spesies
Rhizophora apiculata paling banyak ditemukan dan memiliki substrat lempung
berpasir, ternyata juga paling disukai oleh gastropoda. Bagi kehidupan mangrove suhu berperan penting dalam proses fisiologis,
seperti fotosintesis dan respirasi. Suhu optimum mangrove adalah diatas 20 C
dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 5 C Saparinto, 2007. Pada
lokasi penelitian suhu berkisar antara 28,83 C
– 30,83 C dan surut 28
C –
30,33 C. Pertumbuhan mangrove yang baik memerlukan suhu rata-rata minimal
lebih besar dari 20 C dan perbedaan suhu musiman tidak melebihi 5
C, kecuali di Afrika Timur dimana perbedaan suhu musiman mencapai 10
C Kusmana et al., 2008. Menurut Hutcings dan Saenger 1987 menyatakan bahwa temperature
optimum bagi pertumbuhan daun Rhizophora stylosa, Ceriops spp., adalah
93 berkisar antara 26-28
C, sedangkan bagi Bruguiera spp. adalah 27 C. Oleh karena
itu suhu di keseluruhan lokasi penelitian berada pada kondisi baik bagi seluruh organisme akuatik maupun bagi kehidupan mangrove. Temperatur perairan sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : musim, ketinggian dari permukaan laut, lintang, penutupan awan, sirkulasi udara, aliran, serta kedalaman suatu
perairan Effendi 2003; Nurjaya 2006. Selain itu suhu juga dipengaruhi oleh faktor antropogenik seperti limbah dan sebagainya.
Salinitas memiliki peran penting bagi pertumbuhan, daya adaptif, dan zonasi mangrove Aksornkoae, 1993. Mangrove dapat tumbuh subur di daerah
estuaria dengan salinitas air payau 0,5‰ sampai dengan salinitas air laut 30‰ -
33‰. Salinitas yang tinggi 35‰ dapat berpengaruh buruk bagi vegetasi mangrove karena dampak dari tekanan osmotik yang negatif Bengen, 2002.
Pada keseluruhan lokasi penelitian didapatkan nilai salinitas berkisar antara 28,50 – 29,67
00
saat pasang dan 28,00 – 28,33
00
saat surut. Ini menunjukkan bahwa salah satu parameter kualitas lingkungan berupa salinitas berada pada kondisi
yang optimum bagi pertumbuhan mangrove. Pasang surut juga sangat mempengaruhi distribusi dan struktur vegetasi
serta fungsi mangrove. Mangrove yang mengalami penggenangan secara terus menerus biasanya hanya bisa ditumbuhi oleh Rhizophora mucronata dan beberapa
ada yang tumbuh diantaranya adalah Bruguiera spp., dan Xylocarpus spp. Pasang surut juga sangat mempengaruhi sistem perakaran. Pada lokasi penelitian pasang
surut yang terjadi tidak melebihi dari 1 m, oleh karena itu perakaran dari mangrove juga tampak tidak terlalu tinggi khususnya dari genus Rhizophoraceae.
Kaitannya dengan oksigen terlarut DO, mangrove dan biota yang berasosiasi dalam ekosistem mangrove sangat membutuhkan bagi proses respirasi
dan fotosintesis Aksornkoae, 1993. Namun demikian oksigen terlarut dapat diperoleh lebih dari bantuan hewan yang melobangi substrata tau dengan adaptasi
perakaran. Pada lokasi penelitian didapat nilai oksigen terlarut berkisar antara 5,45
– 5,80 mgL pada saat pasang dan antara 5,33 – 5,96 mgL saat surut. Angka ini sangat mendukung bagi kehidupan mangrove dan biota yang berasosiasi
dikarenakan masih dalam range yang diinginkan. Aksornkoae 1993 menjelaskan bahwa oksigen yang ada pada ekosistem mangrove berkisar antara 3,8
– 7,3 mgL,
94 sedangkan baku mutu bagi biota laut dalam Kep Men LH No. 51 Tahun 2004
menyatakan bahwa oksigen terlarut harus lebih dari 5 mgL. Mangrove memiliki hubungan yang erat dengan substrat. Jenis substrat
sangat mempengaruhi bagaimana zonasi terbentuk. Selain itu substrat sangat berpengaruh terhadap lingkungan yang di sekitar mangrove. Pada lokasi
penelitian secara umum substrat berpasir baik apda layer 10 cm, 30 cm, maupun 60 cm. Sebagai contoh pada stasiun S7, S10, S12, dan S13 Lampiran 2
menunjukkan bahwa substrat utama yang ada berupa substrat berpasir, dan ternyata pada stasiun tersebut spesies Rhizophora mucronata dapat tumbuh
dengan cukup baik. Steenis 1958 in Aksornkoae 1993 menjelaskan bahwa Rhizophora mucronata
dapat hidup dengan baik pada substrat berpasir, dan Gledhy 1963 in Aksornkoae 1993 juga menambahkan bahwa substrat lumpur
berpasir sangat mendukung bagi kehidupan Avicennia marina dan Bruguiera spp. Gambar 25 menunjukkan hasil analisis faktorial koresponden pada saat
surut terendah. Terlihat jelas pada kuadran 1 dimana stasiun S11 berada sangat didominasi oleh mangrove dari spesies Rhizophora apiculata. Stasiun ini
cenderung berada pada substrat lempung berpasir dengan faktor lingkungan yang paling mempengaruhi adalah pH dan deterjen. Dengan kata lain bahwa
lingkungan yang berada pada lokasi ini sangat menonjol pada nilai pH dan deterjen. Adapun pada kuadran 2 dimana S8 dan S13 berada, masing-masing
memiliki mangrove spesies Bruguiera gymnorrhiza dan Avicennia officinalis ternyata banyak ditemukan gastropoda. Parameter yang paling berpengaruh dari
kuadran ini adalah TOM, pH, deterjen, P, dan N. Sedangkan pada stasiun S5 dimana spesies Pandanus tectorius mendominasi memiliki substrat berpasir dan
tidak ditemukan makrozoobentos. Parameter yang mendominasi apda stasiun ini adalah C organik dan deterjen. Kuadran 4 dimana stasiun S2 berada didominasi
oleh mangrove dari spesies Avicennia marina. Parameter yang mendominasi pada stasiun ini adalah N organik, P, TOM, dan pH.