69 penyelenggara pendidikan kesetaraan.
Berdasarkan observasi di lapangan, diketahui juga bahwa lembaga penyelenggara pendidikan
kesetaraan hanya melaksanakan mata pelajaran umum.
b. Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan
di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan
Upaya implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari adanya
sumber daya pendukung yang menjadi faktor penentu keberhasilan dan kegagalan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan. Sumber daya
pendukung yang dimaksud, meliputi: sumber daya manusia, sumber daya anggaran, informasi, kewenangan, dan sumber daya peralatan.
1 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah Staf Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan yang memiliki
tugas sebagai pelaksana kebijakan pendidikan kesetaraan. Adapun data daftar staf pelaksana pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan
Kabupaten Pacitan, sebagai berikut:
Tabel 6. Data Pegawai Staf Pelaksana kebijakan Pendidikan
Kesetaraan
No. Nama
Ijazah Jabatan
1 Sriati Wulansih, S. Pd, M. Pd
S2 Kepala Bidang
Pembinaan PAUD dan PNF
2 Drs.Moh. Aminudin, M. Pd
S2 Kepala Seksi Pembinaan
PNF 3
M. Arif Kurniawan, S. E S1
Staf PNF 4
Nela Nindia Yuanika, S. Pd S1
Staf PNF 5
Drs. Yoyok Sugeng W. S1
Staf PNF
70 Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah pelaksana
pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan dilaksanakan oleh lima orang pegawai yang terdiri dari satu kepala
bidang, satu kepala seksi dan tiga staf. Berdasarkan pendidikan yang dimiliki setiap pegawai dapat dikatakan seluruh pegawai kompeten.
Ditambah dengan kemampuan masing-masing staf di dalam mengoperasikan komputer yang sangat dibutuhkan untuk memberi
pelayanan pendidikan kesetaraan secara efektif. Hal tersebut juga di dukung oleh pernyataan dari Ibu W selaku selaku Kepala Bidang
PAUD dan Pendidikan Non Formal; “Sudah mencukupi dan layak, mereka sangat kompeten dan
berkemampuan baik dalam melaksanakan tugasnya. ”
WAWWSelasa, 14 Februari 2017 Hal yang sama disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi
Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Sudah layak semuanya, ijazahnya itu semuanya minimal
S1.” WAWASelasa, 02 Januari 2017 Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa staf yang
bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan sudah
tercukupi secara kuantitas dan keahliannya. Hal tersebut dibuktikan dengan ijazah dari staf pelaksana minimal Strata 1 dan keahlian
dalam mengoperasikan komputer. Sumber daya manusia selain staf pelaksana kebijakan,
sumber daya lain yang memiliki fungsi penting adalah tutor. Tutor
71 merupakan pendidik di lembaga pendidikan kesetaraan. Tutor
diambil dari guru-guru yang memiliki kemampuan untuk mendidik dan sesuai dengan syarat yang ditentukan untuk menjadi tutor. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu W selaku Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal;
“Yang menjadi tutor adalah warga masyarakat yaitu guru-
guru yang mempunyai kemampuan dan memenuhi syarat untuk menjadi tutor.” WAWWSelasa, 14 Februari 2017
Hal yang sama disampaikan oleh Bapak A selaku Ketua Seksi
Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Tutor itu sistemnya kerja bakti mbak, jadi yang menjadi
tutor ya guru-guru yang bertempat tinggal di situ, guru-guru SD, SMP, SMA yang tinggal di situ yang akhirnya direkrut
menjadi tutor dengan tujuan untuk memajukan daerahnya.” WAWASelasa, 02 Januari 2017
Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua PKBM; “Kalo kami mencari yang pertama adalah mau mengabdi,
yang dilihat juga orang sekitar sini dan juga pendidikan sesuai. Saya sampaikan juga kalo ini pengabdian kalo ada
sebulan ya cuma 100 ribu.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tutor di pendidikan kesetaraan merupakan guru-guru
pendidikan formal yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang sesuai dengan bidangnya dan berkeinginan untuk mengabdi
memajukan daerahnya melalui mengajar di pendidikan kesetaraan. Adapun data jumlah tutor yang tercatat di Dinas Pendidikan
72 Kabupaten, yaitu berdasarkan data tutor yang mendapatkan bantuan
transport tutor dari Dinas Pendidikan. Tabel 7. Daftar Jumlah Tutor Pendidikan Kesetaraan
No Program
Jumlah
1. Paket A
2 2.
Paket B 108
3. Paket C
362 Jumlah
472 Sumber: Dokumentasi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah tutor yang mengajar di seluruh Kecamatan di Kabupaen Pacitan yang tercatat di
Dinas Pendidikan Kabupten Pacitan sebanyak 472 tutor, dengan rincian tutor program Paket A sebanyak 2 tutor, program Paket B
sebanyak 108 tutor, dan program Paket C sebanyak 362 tutor. Jumlah tersebut masih ditambah dengan tutor yang namanya tidak
tercantum ke dalam daftar tutor yang memperoleh bantuan transport tutor dari Dinas Pendidikan. Tutor pendidikan kesetaraan yang
tersebar di seluruh Kabupaten Pacitan telah terpenuhi secara jumlah dan keahliannya berupa kompetensi dan kemampuan yang baik, di
mana rata-rata pendidikan tutor merupakan Strata 1.
2 Sumber Daya Anggaran
Sumber daya anggaran berupa dana pendidikan sangat diperlukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan untuk
membiayai kebutuhan
operasional yang
dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan pendidikan kesetaraan. Hal tersebut sesuai
73 dengan pernyataan Ibu W selaku Kepala Bidang Pembinaan PAUD
dan Pendidikan Non Formal; “Dana yang diperoleh digunakan untuk operasional
penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, seperti sarana dan prasarana dan pendampingan.
” WAWWSelasa, 14 Februari 2017
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal;
“Yang jelas untuk ketenagaan, modulnya, pembelajarannya, dan juga ada untuk sarana dan parasarana, dan untuk
membantu trans port tutor.” WAWASelasa, 02 Januari
2017 Hal yang sama juga disampikan oleh Ibu E selaku Ketua PKBM;
“Biasanya kita gunakan untuk membayar honor tutor mbak, sama untuk membeli perlengkapan pembelajaran seperti
LCD.” WAWESabtu, 18 Februari 2017 Berdasarkan data hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
dana yang diperoleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan dan lembaga penyelenggara digunakan sebagai biaya operasional
pengadaan sarana dan prasarana yang berfungsi membantu pelaksana kebijakan dalam memberikan pelayanan pendidikan
kesetaraan yang optimal serta sebagai pemenuhan pembiayaan gaji tutor.
Sumber daya anggaran yang diperoleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan merupakan anggaran dari pemerintah daerah
APBD sedangkan sumber daya anggaran yang diterima lembaga penyelenggara dari pemerintah pusat APBN dan masyarakat. Hal
74 ini senada dengan pernyataan dari Ibu W selaku Kepala Pembinaan
PAUD dan Pendidikan Non Formal; “Dana itu diperoleh dari pemerintah dan swadaya
masyarakat. Dari pemerintah baik APBN maupun APBD. Biasanya yang dari APBN atau pemerintah pusat diberikan
langsung kepada penyelenggara atau PKBM, sedangkan APBD diberikan kepada Dinas untuk mendampingi seperti
mendampingi UN dan transport tutor meskipun sebenarnya dari APBN sendiri sudah ada dana yang dianggarkan untuk
biaya transport tutor.
” WAWWSelasa, 14 Februari 2017 Hal senada juga disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi
Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Untuk dinas hanya memperoleh dana dari daerah untuk
pendampingan sedangkan bantuan pemerintah pusat yang berupa BOP langsung ke rekening penyelenggaraPKBM.”
WAWASelasa, 02 Januari 2017
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua PKBM; “Dari pemerintah pusat baru tahun ini kita mendapatkan,
kemudian dari daerah itu kami mendapatkan bantuan untuk honor tutor.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sumber daya anggaran yang diperoleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan
diperoleh dari Pemerintah Daerah anggaran APBD yang diberikan untuk pendampingan, sumber daya anggaran yang diperoleh
lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan dari pemerintah pusat anggaran APBN yang disalurkan melalui BOP Bantuan
Operasional Penyelenggaraan dan dari masyarakat berupa bantuan pendidikan.
75 Sumber daya anggaran yang telah diterima oleh Dinas
Pendidikan maupun lembaga penyelenggara dirasakan masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan implemenasi kebijakan
pendidikan kesetaraan. Hal tersebut sesuai dengan peryataan dari Ibu
W selaku Kepala Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal; “Belum mencukupi, untuk dana yang diberikan ke dinas
sangat kecil sekali sehingga belum mencukupi.” WAWWSelasa, 14 Februari 2017
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal;
“Dana sangat kecil sekali dan sangat kurang. Bahkan lebih kecil dari dana yang diberikan kepada lembaga
.” WAWASelasa, 02 Januari 2017
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua PKBM; “Kita nggak mesti mendapatkan mbak, kalau dana sejak
tahun 2011 kami menyelenggarakan paket C kami belum pernah mendapatkan bantuan, kecuali tahun ini ya. Dari
daerah memberikan honor tutor hanya mendapatkan 100 ribu
perbulan. Bukannya kurang tapi memang tidak ada.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, sumber daya anggaran yang diperoleh baik dari anggaran pemerintah pusat yang
diberikan langsung kepada lembaga penyelenggara, pemerintah daerah yang diberikan kepada Dinas Pendidikan untuk pembinaan,
dan dari dana swadaya masyarakat dirasakan belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan operasional dalam implementasi
kebijakan pendidikan kesetaraan.
76
3 Informasi
Informasi yang dibutuhkan oleh Dinas Pendidikan dalam melaksanakan pendidikan kesetaraan meliputi informasi tentang
bagaimana cara implementasi kebijakan dan informasi tentang kesanggupan pihak-pihak yang terlibat untuk melaksanakan
kebijakan pendidikan kesetaraan. Informasi yang cukup dan relevan akan membantu pelaksana kebijakan untuk melaksanakan kebijakan
dengan baik. Informasi yang dimiliki Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, baik tentang bagaimana cara implementasi pendidikan
kesetaraan maupun kesanggupan pihak-pihak terkait sudah cukup dan relevan. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Bapak A
selaku Ketua Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Informasinya saya rasa sudah relevan mbak, sudah banyak
dan cukup.” WAWASelasa, 02 Januari 2017 Pernyataan beliau tentang informasi yang dimiliki oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Pacitan telah cukup dan relevan diperkuat dengan adanya dokumentasi staf pelaksana kebijakan pendidikan
kesetaraan yang memiliki informasi, baik hardfile dan softfile tentang penyelenggaraan pendidikan kesetaraan. Tersediannya juga
komputer dan jaringan wifi yang memberikan kemudahan bagi staf pelaksana kebijakan pendidikan kesetaraan untuk mencari informasi
terkait tata cara pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan, serta adanya grup obrolan WhatsApp memudahkan staf pelaksana
mengetahui pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan dari pihak-
77 pihak di bawahnya. Kesanggupan pihak terlibat dengan adanya kerja
sama rutin, obrolan melalui grup WhatsApp, dan pelaporan yang dilaksanakan lembaga penyelenggara menambah informasi tentang
kesanggupan mereka untuk terlibat di dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan.
Salah satu informasi yang sangat penting untuk disampaikan adalah terkait pelaksanaan standar proses pelaksanaan program-
program pendidikan kesetaraan. Informasi ini berkaitan bagaimana standar-standar yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran di
masing-masing program pendidikan kesetaraan. Standar proses tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C yang
di dalamnya memuat bagaimana pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan dilakukan pengawasan sehingga apa yang
menjadi tujuan pendidikan kesetaraan dapat diwujudkan. a
Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan menjadi tahapan penting dalam suatu
kebijakan, di mana perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pada tahap ini
bagaimana prosedur atau tindakan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
78 1
Kurikulum Kurikulum berisi rancangan pembelajaran yang
hendak dicapai
yang berfungsi
sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum yang digunakan untuk pendidikan kesetaraan di seluruh Kabupaten Pacitan
adalah KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum tersebut kemudian dimodifikasi dan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi warga belajar. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak W Staf
Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Kurikulum yang kami gunakan adalah KTSP,
meskipun di kurikulum 2013 sebenarnya lebih banyak cenderung ke pendidikan kesetaraan.”
WAWW Jumat, 24 Februari 2017
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu E Ketua PKBM; “Kurikulum yang kita gunakan di Paket C itu KTSP
mbak.” WAWESabtu, 18 Februari 2017 Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak S selaku tutor;
“Jadi tiap satuan pendidikan termasuk PKBM termasuk paket C juga memiliki kurikulum, karena
ini non formal satu kabupaten itu yang digunakan itu satu yaitu KTSP, jadi di sini ngikut yang dari
kabupaten.” WAWSRabu, 22 Februari 2017 Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
kurikulum yang digunakan di setiap lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan adalah KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Perbedaan
79 kemampuan dari masing-masing lembaga penyelenggara
pendidikan menyebabkan pengembangan kurikulum belum berjalan secara optimal.
Masing-masing lembaga pendidikan kesetaraan diberikan keleluasaan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Pacitan untuk menentukan dan mengembangkan sendiri muatan
lokal, kegiatan
pengembangan kepribadian
profesional, dan keterampilan fungsional yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, potensi daerah sekitar
pelaksanaan pendidikan, dan kemampuan dari lembaga penyelenggara. Kenyataan di lapangan, muatan lokal,
kegiatan pengembangan kepribadian profesional, dan keterampilan fungsional belum dilaksanakan sepenuhnya
oleh setiap lembaga penyelenggara pendidikan. Lembaga pendidikan kesetaraan mayoritas hanya mengajarkan mata
pelajaran umum saja. 2
Silabus dan Rencana Proses Pembelajaran RPP Silabus dan Rencana Proses Pembelajaran RPP
tidak dapat dilepaskan dari kegiatan pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP digunakan sebagai pedoman
pendidik untuk melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun
oleh masing-masing tutor dengan menyesuaikan dengan
80 rambu-rambu yang ada di dalam Peraturan Menteri tentang
Standar Proses dan Standar Isi pendidikan kesetaraan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak W selaku Staf
Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Silabus
dan RPP
menyesuaikan mbak,
menyesuaikan dengan rambu-rambu yang ada di Permen.” WAWW Jumat, 24 Februari 2017
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua
PKBM; “Silabus dan RPP itu yang membuat tutor mbak,
mereka mengembangkan yang dari Dinas biasanya.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak S selaku tutor. “Silabus kita adaptasi yang sudah ada kita sesuaikan
dengan kondisi di sini. Sedangkan RPP juga m
engadaptasi yang sudah ada terus kita modifikasi.” WAWS Rabu, 22 Februari 2017
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP diadaptasi dan dikembangkan oleh tutor berdasarkan acuan
Peraturan Menteri Republik Indonesia tentang Standar Proses dan Standar Isi pelaksanaan pendidikan kesetaraan
program Paket A, Paket B, dan Paket C. b
Pelaksanaan Pembelajaran Tahap pelaksanaan menjadi tahapan diterapkannya
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah dibuat. Standar pelaksanaan kegiatan menyesuaikan
81 dengan standar proses, yaitu tatap muka 20, tutorial 30, dan
mandiri maksimal
50 dengan
jadwal pelaksanaan
menyesuaikan warga belajar dan tutor. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak W selaku Staf Pembinaan Pendidikan
Non Formal; “Ngak mesti, dua sampai tiga kali seminggu. Untuk
jadwal masuk disesuaikan dengan aturan main dari PERMEN, tatap muka 20, tutorial 30 sama mandiri
50. Kemudian disesuaikan dengan peserta didik dan
gurunya mbak.” WAWW Jumat, 24 Februari 2017 Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua PKBM;
“Seminggu itu tiga kali, aturannya seminggu itukan masuk dua sampai tiga kali.” WAWESabtu, 18
Februari 2017 Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak S selaku Tutor;
“Jadwal masuknya seminggu tiga kali. Tatap mukanya dua kali setiap Rabu dan Sabtu dan yang minggu ini
khusus tutorial, ketika siswa datang untuk tanya kita tetap di sini memang ada tutornya. Tetapi biasanya anak-
anak tidak mau ikut d
i hari itu.” WAWSRabu, 22 Februari 2017
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendidikan kesetaraan berdasarkan acuan pada standar
proses penyelenggaraan pendidikan kesetaraan dan hasil kesepakatan antara tutor dan warga belajar yang terbagi menjadi
tiga kegiatan yaitu tatap muka minimal 20 , tutorial minimal 30, dan mandiri maksimal 50 dengan jadwal kegiatan tiga
hari dalam seminggu. Berdasarkan observasi di lapangan kegiatan pembelajaran seperti halnya pembelajaran di kelas
82 pendidikan formal dan jadwal kegiatan pembelajaran tutorial
yang disediakan oleh lembaga pada setiap hari minggu tidak dimanfaatkan oleh warga belajar. Mereka hanya mengikuti
mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka saja. c
Penilaian Hasil Pembelajaran Tahap penilaan digunakan untuk melihat tingkat
pencapaian dari warga belajar. Penilaian dilakukan melalui UAS, UPK Ujian Pendidikan Kesetaraan kalau di pendidikan
formal namanya Ujian Sekolah, UNPK Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan. Hal tersebut senada dengan yang
disampaikan oleh Bapak W selaku Staf Pembinaan Pendidikan Non Formal;
“Penilaian ada yang namanya UAS, UPK Ujian Pendidikan Kesetaraan kalau di pendidikan formal
namanya Ujian Sekolah, UNPK Ujian Nasional
Pendidikan Kesetaraan.” WAWW Jumat, 24 Februari 2017
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu W selaku Ketua PKBM; “Ada ulangan harian, ulangan tengah semester, kenaikan
kelas, nanti ujuan nasional, dan ujian kesetaraan sekolah juga ada sebelum ujian nasional.” WAWESabtu, 18
Februari 2017 Hal yang sama juga disampaikan oleh bapak S selaku Tutor;
“Yak kita punya UTS meskipun bisa dilihat sendiri yang datang dari 15 sampai 20 orang yang datang cuma tiga
orang. Dan uts yang dilakukan cuma ya kayak gini diberi soal, ada ujian semester juga, kemudian akhir UN dan
ulangan harian juga.” WAWSRabu, 22 Februari 2017
83 Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penilaian terhadap pencapaian warga belajar dinilai melalui serangkaian tes tulis berupa UAS, UPK Ujian Pendidikan
Kesetaraan, UNPK Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan, dan tambahan penilaian dari tutor berupa UH Ulangan Harian
serta Ulangan Tengah Semester. Syarat untuk memperoleh ijazah, warga belajar harus
memenuhi SKK dan juga penilaian-penilaian yang dilaksanakan. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu E selaku
Ketua PKBM; “Warga belajar dikatakan lulus apabila sudah melewati
tahap-tahap mulai dari pembelajaran, kalau mereka sama sekali belum menempuh di SMA berarti mereka
harus tiga tahun, mereka juga harus menempuh semua penilaian-penilaian itu, mulai dari ulangan harian,
semester sampai ujian sekolah.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak S selaku tutor; “Ya jadi sudah melakukan ini dikriteria kelulusan ada.
Sudah melakukan pembelajaran mulai dari semester satu sampai semester lima, dan enam yang terakhir itu
pasti ikut, ketidakhadiran tidak lebih dari 10, walaupun yang ini agak sulit ya karena tidak sama
dengan formal ya kalau urusan kerja masih bisa kita toleransi
dan ada
tugas untuk
menggantikan ketidakhadiran serta untuk memastikan bahwa orang ini
masih di sini.” WAWSRabu, 22 Februari 2017 Berdasarkan data hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa warga belajar dapat memperoleh ijazah apabila terpenuhi semua penilain dan SKK yang dipersyaratkan. Meskipun
84 kenyataan di lapangan, banyak warga belajar yang tidak dapat
memperoleh ijazah karena tidak dipenuhinya penilaian akhir atau UNPK Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan. Hal
tersebut diperkuat dengan yang disampaikan oleh Bapak W selaku staf Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal;
“Warga belajar itu sangat banyak ketika pendaftaran, akan tetapi ketika ujian nasional tidak berangkat,
akhirnya ya tidak lulus”. WAWWJumat, 24 Februari 2017
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak S selaku Tutor; “Banyak yang tidak memenuhi ujian akhir mbak, jadi
pas ujian mereka tidak datang, padahal banyak juga yang sudah mendaftar”. WAWS Rabu, 22 Februari
2017
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa banyak warga belajar yang tidak memperoleh ijazah karena tidak
mengikuti ujian akhir. d
Pengawasan Pengawasan dilakukan guna melihat dan memastikan
apakah proses pembelajaran pendidikan kesetaraan berjalan dengan semestinya dalam mencapai tujuan yang hendak
diwujudkan. Pengawasan dilakukan melalui lima kegiatan yaiu: pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.
1 Pemantauan
Pemantauan pelaksanaan pendidikan kesetaraan di setiap penyelenggara dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan
85 dilakukan oleh penilik yang bertugas sebagai pengawas di
lapangan yang
dilakukan dengan
menyesuaikan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Pak W selaku Staf Pembinaan Pendidikan Non Formal;
“Pemantauan yang selama ini terjadi dari dinas pendidikan itu di lapangan ada yang namanya
penilik. Penilik kan bagian dari pengawas di lapangan monggo mau sebulan sekali atau
seminggu sekali. Dari dinas sendiri hanya di saat- saat tertentu, sesuai dengan kebutuhan, sesuai
dengan kepentingan dan tujuan Dinas Pendidikan
itu sendiri.” WAWW Jumat, 24 Februari 2017 Hal yang sama disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua
PKBM; “Pemantauan itu dari penilik, yang rutin tiap bulan
itu mbak, kalo Dinas itu insidental. Seperti mau ada UAS, Ujian Ak
hir.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemantauan pelaksanaan pendidikan kesetaraan, baik paket
A, Paket B, dan Paket C dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan penilik. Penilik merupakan pengawas lapangan yang
melakukan pemantauan setidaknya satu bulan sekali sedangkan
pemantauan oleh
Dinas Pendidikan
menyesuaikan kebutuhan.
86 2
Supervisi Menurut Bapak W selaku Staf Pembinaan
Pendidikan Non Formal, supervisi yang dilakukan oleh Dinas adalah pelatihan yang ditujuan kepada tutor untuk
memberikan pelatihan pembuatan RPP dan metode pengajaran yang baik dengan mendatangkan narasumber
dari pusat dan provinsi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan beliau;
“Supervisi itu kalo bagian kita pelatihan mbak, tutornya kita latih. Cara membuat silabus RPP,
kemudian bagaimana cara pembelajaran yang baik. Kita undangkan narasumber dari pusat maupun dari
provinsi.” WAWW Jumat, 24 Februari 2017 Pelatihan yang dilakukan dimaksudkan untuk memberikan
bimbingan kepana tutor untuk menyiapkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik serta sesuai
dengan rambu-rambu pemerintah pusat. 3
Evaluasi Menurut Bapak W selaku Staf Pembinaan
Pendidikan Non Formal, evaluasi Dinas Pendidikan kepada penyelenggara
pendidikan kesetaraan
berdasarkan kebutuhan dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan. Hal
tersebut senada dengan yang disampaikan beliau; “Evaluasi secara kelembagaan ya tergantung
kebutuhan, kalau ada permasalahan kita langsung terjun ke lapangan. Kita langsung terjun langsung
mbak.” WAWW Jumat, 24 Februari 2017
87 Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua
PKBM; “Evaluasinya kalo kami ada dua kali. Ada
pertemuan pengelola dengan penyelenggara kalo ada kesulitan-kesulitan
atau kendala-kendala
dan evaluasi dar
i Dinas juga.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak S selaku tutor; “Biasanya untuk evaluasi kita dikasih perangkat,
apakah memiliki ini. Memang ada evaluasi yang sistemnya angket, di formal juga seperti itu
biasanya.
Dilakukan setiap akan ujian juga.” WAWS Rabu, 22 Februari 2017
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa evaluasi oleh Dinas Pendidikan dilakukan berdasarkan
dengan kebutuhan dan evaluasi dilakukan dengan sistem pengisian angket.
4 Pelaporan
Pelaporan yang harus dipenuhi secara rutin oleh setiap penyelenggaran pendidikan kesetaraan berupa lapor
bulan, yang terdiri dari lapor bulan warga belajar dan lapor bulan tutor. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan
oleh Pak W selaku Staf Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Laporan yang rutin itu lapor bulan yang isinya
laporan peserta didik, perkembangan peserta didik, guru.” WAWW Jumat, 24 Februari 2017
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua PKBM;
88 “Pelaporannya kalo untuk yang terkait kita nggak
dapet dana kita laporannya ke istilahnya ke forum perwakilan masyarakat, tapi kalau ada anggaran
dari pemerintah kita laporan mulai dari Dinas Pendidikan terus Dinas Pendidikan Pusat. Tapi
kalo laporan bulanan terkait jumlah peserta didik
kita ke Dinas Pendidikan.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaporan yang dilakukan oleh penyelenggara pendidikan
kesetaraan kepada Dinas Pendidikan adalah lapor bulanan yang bersifat rutin yang memuat laporan tentang warga
belajar dan tutor, serta laporan yang berkaitan dengan penggunaan dana yang bersifat bantuan dari pemerintah.
Sedangkan pelaporan
yang dilakukan
oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Pacitan dilakukan langsung kepada pemerintah pusat. Pelaporan secara online tentang jumlah
warga belajar ke DAPODIK juga menjadi pelaporan yang harus dipenuhi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan.
5 Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Pacitan terhadap
satuan penyelenggara
pendidikan kesetaraan menyesuaikan apa yang menjadi kesulitan yang dihadapi oleh penyelenggara. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Ibu E selaku ketua PKBM; “Tindak lanjut itu tergantung kesulitan apa yang
sedang kita
hadapi biasanya
mbak.” WAWESabtu, 18 Februari 2017
89 Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak S selaku
Tutor; “Tindak lanjut itu hanya semacam rekomendasi
yang disampaikan ke kita dan kita sebisa mungkin menjalankan.” WAWSRabu, 22 Februari 2017
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tindak lanjut yang diberikan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten Pacitan adalah berupa rekomendasi yang digunakan sebagai pemecah masalah yang dihadapi oleh
satuan penyelenggara pendidikan kesetaraan.
4 Kewenangan
Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan melakukan penyebaran wewenang ke dalam beberapa unit kerja, di mana implementasi
kebijakan pendidikan kesetaraan secara khusus menjadi kewenangan Seksi Pendidikan Non Formal
yang merupakan unit kerja Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal. Kewenangan ikut
mempengaruhi implementasi kebijakan, di mana kewenangan menjadi hak pelaksana kebijakan untuk membuat keputusan terkait
kebijakan yang dilaksanakan. Kewenangan secara formal yang dimiliki pelaksana kebijakan pendidikan
kesetaraan Dinas Pendidikan Kesetaraan Kabupaten Pacitan adalah pendirian satuan
pendidikan non formal, pengangkatan tutor, pengendalian mutu, evaluasi dampak program, dan memonitor penyelenggaraan
pendidikan kesetaraan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu W
90 selaku Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non
Formal; “Kewenangan yang dimiliki Dinas itu mulai pendirian satuan
pendidikan non formal, pengangkatan tutor, pengendalian mutu,
evaluasi dampak
program, dan
memonitor penyelenggaraan pendidikan kesetaraan.” WAWWSelasa,
14 Februari 2017
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal;
“Mengangkat tutor, mengembangkan kurikulum muatan lokal yang menyesaikan dengan produk unggulan sekitar,
mengawasi juga.” WAWASelasa, 02 Januari 2017 Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Dinas
Pendidikan Kabupaten Pacitan memiliki hak atau kewenangan untuk mendirikan satuan pendidikan non formal, mengangkat tutor,
mengendalikan mutu, evaluasi dampak program, memonitor penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, dan mengembangkan
kurikulum lokal. Selain itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan juga memiliki kewenangan untuk pengambilan keputusan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan segera.
5 Sumber Daya Peralatan
Sumber daya peralatan menjadi sumber daya selanjutnya yang diperlukan Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan di dalam
implementasi kebijakan. Sumber daya peralatan menjadi faktor penting untuk mendukung Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan di
dalam melaksanakan tugas memberikan pelayanan pendidikan
91 kesetaraan. Sumber daya peralatan tersebut berupa tanah, gedung,
dan sarana lainnya yang digunakan sebagai penunjang di dalam implementasi kebijakan.
Sumber daya peralatan dirasakan pelaksana kebijakan sudah mendukung dalam memberikan pelayanan pendidikan kesetaraan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak A selaku Kepala Pembinaan Pendidikan Non Formal;
“Sarana prasarana sudah mendukung kita untuk memberikan pelayanan.” WAWASelasa, 02 Januari 2017
Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal sebagai pelaksana
kebijakan pendidikan kesetaraan menempati salah satu ruang yang merupakan bagian dari gedung Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan
yang berdiri di tanah pemerintah yang beralamatkan di Jalan Dewi Sartika Nomor 17 Pacitan, yaitu di ruang Bidang Pembinaan PAUD
dan Pendidikan Non Formal. Di ruangan tersebut terbagi menjadi dua ruang yaitu ruang Kepala Bidang dan ruang staf. Di ruang
Kepala Bidang terdapat meja kerja Kepala Bidang dan dilengkapi meja dan kursi tamu, sedangkan ruang staf terdiri dari meja kerja
masing-masing staf, yaitu tiga meja Ketua Seksi yang menghadap Selatan dan 9 meja kerja staf yang menghadap Utara. Di dalam
memberikan pelayanan
implementasi kebijakan
pendidikan kesetaraan, pelaksana kebijakan di dukung dengan tersedianya ruang
kerja yang dilengkapi dengan AC Air Conditioner, komputer dan
92 wifi yang membantu pelaksana kebijakan mengerjakan beberapa
tugas, termasuk memperoleh informasi yang akuntabel.
c. Disposisi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan di