127 Tutor yang bertugas di seluruh lembaga penyelenggara
pendidikan kesetaraan diketahui telah terpenuhi secara jumlah dan kualitasnya. Jumlah tutor yang mengajar di seluruh lembaga
pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan sudah mencukupi, baik tutor program Paket A, program Paket B, maupun program Paket C.
Kualitas tutor yang bertugas mengajar di pendidikan kesetaraan juga telah memenuhi, di mana tutor diambil dari guru yang mengajar di
sekolah formal dan sarjana pendidikan yang memiliki tingkat pendidikan mayoritas Strata 1 dan memiliki kompetensi sesuai
dengan mata pelajaran yang diampu.
Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa sumber daya manusia di dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di
Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan telah terpenuhi. Hal tersebut dibuktikan dengan tercukupinya staf pelaksana kebijakan dan tutor,
baik secara jumlah dan keahliannya.
b. Sumber Daya Anggaran
Dalam upaya memberikan pelayanan pendidikan kesetaraan, Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan tidak dapat dilepaskan dari
ketersediaan sumber daya anggaran. Dukungan sumber daya anggaran yang cukup akan mempengaruhi Dinas Pendidikan
Kabupaten Pacitan untuk mencapai keberhasilan di dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan. Sumber daya
anggaran tersebut dibutuhkan sebagai sumber pembiayaan untuk
128 memenuhi kebutuhan-kebutuhan pendukung di dalam pelaksanaan
kebijakan pendidikan kesetaraan.
Implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Kabupaten Pacitan memperoleh sumber daya anggaran dari Pemerintah Pusat
APBN yang dianggarkan langsung kepada lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan dalam bentuk BOP Bantuan Operasional
Penyelenggaraan, sumber daya anggaran dari Pemerintah Daerah APBD yang dianggarkan langsung kepada dinas pendidikan, serta
swadaya masyarakat. Sumber daya anggaran yang diperoleh Dinas Pendidikan digunakan sebagai dana pembiayaan pembinaan
penyelenggaraan pendidikan kesetaraan dan digunakan untuk membantu mendanai uang transportasi tutor. Sedangkan sumber daya
anggaran yang diperoleh penyelenggara digunakan untuk pembiayaan operasional kegiatan pembelajaran pendidikan kesetaraan, seperti
sarana dan prasarana dan membayar gaji tutor.
Sumber daya anggaran yang diperoleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Pacitan belum
mencukupi untuk
pembiayaan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan. Begitu juga yang
terjadi di lembaga penyelenggaran pendidikan kesetaraan, di mana dana yang diperoleh belum mencukupi untuk pembiayaan
operasional dan untuk membayar gaji tutor. Terbatasnya ketersediaan sumber daya anggaran ini mempengaruhi staf pelaksana kebijakan
129 dan
lembaga penyelenggara
pendidikan kesetaraan
dalam
memberikan pelayanan pendidikan kesetaraan secara optimal.
Dampak dari
kurangnya sumber
daya anggaran
mempengaruhi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan dan lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan kurang optimal di dalam
memberikan layanan pendidikan kesetaraan yang setara dengan pendidikan formal. Terbatasnya sumber daya anggaran berdampak
pada terbatasnya ketersediaan berbagai macam sarana dan prasarana pendukung yang difungsikan Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan
untuk memaksimalkan pelayanan, serta sarana dan prasarana pembelajaran yang difungsikan lembaga penyelenggara pendidikan
kesetaraan untuk kegiatan pembelajaran yang setara dengan pendidikan formal. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan George
Edward III Joko Widodo, 2008:100 bahwa sumber daya anggaran yang terbatas akan berpengaruh kepada tidak optimalnya pelaksana
kebijakan di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta akan mempengaruhi disposisi pelaksana kebijakan di dalam melaksanakan
kebijakan, sehingga berdampak pada gagalnya implementasi kebijakan.
Dari penyataan di atas, disimpulkan bahwa sumber daya anggaran di dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di
Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan belum terpenuhi. Hal tersebut dibuktikan dengan belum optimalnya pelaksanaan pendidikan
130 kesetraan karena minimnya dana yang difungsikan sebagai dana
pembiayaan operasional dan dana gaji tutor. c.
Informasi
Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal yang memiliki tugas
sebagai pelaksana
kebijakan pendidikan
kesetaraan membutuhkan informasi yang cukup dan relevan tentang bagaimana
cara mengimplementasikan kebijakan pendidikan kesetaraan dan informasi tentang kerelaan serta kesanggupan pihak-pihak yang
terlibat di dalam kegiatan mengimplementasikan kebijakan pendidikan kesetaraan. Kebutuhan informasi tersebut membantu Seksi Pembinaan
Pendidikan Non Formal untuk tidak melakukan kesalahan dalam memahami bagaimana prosedur pelaksanaan kebijakan serta
membantu Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal untuk melaksanakan dan mematuhi tugas dan tanggung jawabnya di dalam
melaksanakan kebijakan tersebut, di mana informasi yang cukup dan relevan tersebut telah dimiliki oleh Seksi Pembinaan Pendidikan Non
Formal. Pertama,
dimilikinya informasi yang cukup dan relevan tentang bagaimana mengimplementasikan pendidikan kesetaraan
dibuktikan dengan penyampaian informasi tentang tugas pokok dan fungsi dan surat edaran kepada setiap staf Seksi Pembinaan
Pendidikan Non Formal yang memudahkan mereka untuk memahami apa tugas yang harus dilaksanakan dan apa yang menjadi
131 kewajibannya. Kemudian diperkuat dengan kesediaan setiap staf
untuk saling mensosialisasikan informasi yang diperoleh sehingga informasi yang diperoleh dapat disalurkan dan dipahami oleh semua
staf yang terlibat ke dalam proses implementasi kebijakan. Ketersediaan informasi dalam berbagai bentuk soft file dan hard file,
serta tersedianya komputer yang berfungsi sebagai media yang sangat efektif untuk menyimpan dan mencari berbagai informasi tentang
bagaimana implementasi
kebijakan pendidikan
dilaksanakan memperkuat ketersediaan informasi yang cukup dan relavan untuk
melaksanakan kebijakan pendidikan kesetaraan. Salah satunya mengenai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
tentang standar proses pendidikan kesetaraan program paket A, program paket B, dan program paket C.
Standar proses menjadi salah satu informasi kebijakan yang penting untuk dipahami karena menjadi acuan di dalam
menyelenggarakan pembelajaran di pendidikan kesetaraan. Di dalam standar proses tersebut dijelaskan standar pelaksanaan pendidikan
kesetaraan di semua layanan program Paket A, Paket B, dan Paket C, yaitu berupa tahapan kegiatan yang meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian dan hasil pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan bagaimana
132 pengimplementasian standar proses di lembaga penyelenggara
pendidikan kesetaraan, yaitu: 1
Perencanaan Proses Pembelajaran Tahapan perencanaan memuat tentang silabus dan RPP
Rencana Penyelenggaraan Pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kurikulum KTSP. Pelaksanaan di lapangan diketahui
bahwa kurikulum yang digunakan belum memadai. Struktur kurikulum dianggap masih membebani warga belajar karena
banyaknya jumlah mata pelajaran dan SKK yang harus dipenuhi sedangkan waktu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terbatas
hanya dua kali seminggu dengan intensitas pertemuan sebanyak 1 jam. Pengembangan kurikulum yang semestinya dilakukan juga
tidak dilaksanakan, dibuktikan dengan belum terwujudnya pengembangan kurikulum muatan lokal, keterampilan fungsional,
dan pengembangan kepribadian. Selain itu, pengembangan silabus dan Rencana Penyelenggaraan Pembelajaran RPP juga belum
sepenuhnya mencapai target standar proses dan standar isi pelaksanaan
pendidikan kesetaraan,
di mana
orientasi pengembangan mata pelajaran untuk mencapai keterampilan
fungsional yang menjadi kekhasan program Paket A, Paket B, dan Paket C belum terpenuhi.
133 2
Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran di masing-masing program
belum optimal, di mana kegiatan belum sesuai dengan standar proses yang ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan pembelajaran
tatap muka dan pembelajaran tutorial tidak ada pemisahan, di mana kegiatan pembelajaran hanya berbentuk kegiatan pembelajaran di
kelas, dan jadwal pembelajaran tutorial yang di sediakan oleh lembaga tidak dimanfaatkan oleh warga belajar. SKK yang harus
dipenuhi di lapangan juga tidak dapat terpenuhi secara optimal. Hal tersebut disebabkan oleh intensitas pertemuan yang hanya terbatas
dua kali dengan pengambilan waktu pertemuan sekitar satu jam, sehingga menyulitkan terpenuhinya jumlah persen minimal
kegiatan dan SKK yang dibebankan. 3
Penilaian Pembelajaran Penilaian pendidikan kesetaraan yang diterapkan di
berbagai kelompok belajar di Kabupaten Pacitan menggunakan penilaian yang bersifat tes tertulis yaitu melalui UAS, UPK Ujian
Pendidikan Kesetaraan, UNPK Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan, dan tambahan penilaian dari tutor berupa UH
Ulangan Harian dan Ulangan Tengah Semester. Untuk memperoleh ijazah pendidikan kesetaraan, warga
belajar harus memenuhi penilaian tersebut dan ditambah dengan terpenuhinya SKK yang telah ditetapkan untuk masing-masing
134 jenjang pendidikan kesetaraan. Kenyataan di lapangan, tidak semua
warga belajar dapat memperoleh ijazah pendidikan kesetaraan. Penyebabnya karena warga belajar tidak dapat penilaian dalam
memenuhi UNPK Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan, yang disebabkan banyaknya warga belajar yang mengundurkan diri
ketika ujian dilaksanakan. 4
Pengawasan proses pembelajaran Pengawasan proses pembelajaran pendidikan kesetaraan
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2008 meliputi lima kegiatan, yaitu:
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut. Dari lima kegiatan pengawasan, belum semuanya dilaksanakan secara
optimal oleh dinas maupun penilik. Berdasarkan acuan standar proses yang di tetapkan, kegiatan pemantauan, supervisi, dan
evaluasi dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, sampai dengan
penilaian hasil pembelajaran. Kenyataan di lapangan, kegiatan tersebut hanya dilakukan ketika kegiatan tersebut diperlukan.
Kedua, informasi yang cukup dan relevan tentang tentang kerelaan dan kesanggupan pihak-pihak lain yang terlibat dengan
implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan dapat diketahui oleh Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal melalui kesanggupan
mereka di dalam membantu melaksanakan kebijakan pendidikan
135 kesetaraan dengan efektif, kesediaan berbagai aparatur pemerintahan
daerah untuk membantu menyiapkan berbagai kebutuhan termasuk menjaring warga masyarakat mengikuti pendidikan kesetaraan,
kesediaan lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan di dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan instruksi yang diberikan,
memanfaatkan sumber daya yang terbatas dengan seefektif mungkin untuk menyelenggarakan kebijakan, dan melaporkan berbagai
informasi yang dibutuhkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, serta kesediaan tutor untuk mengajar di lembaga penyelenggaraan
pendidikan kesetaraan. Dimilikinya informasi yang cukup dan relevan oleh Seksi
Pembinaan Pendidikan Non Formal tentang bagaimana cara mengimplementasikan kebijakan pendidikan kesetaraan dan informasi
tentang kerelaan serta kesanggupan pihak-pihak yang terlibat di dalam kegiatan mengimplementasikan kebijakan pendidikan kesetaraan
sangat membantu Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal untuk menupayakan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan secara
efektif. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh George C. Edward III Joko Widodo, 2008: 102, bahwa informasi yang cukup
dan relevan
dibutuhkan pelaksana
kebijakan untuk
dapat melaksanakan kebijakan secara efektif.
Dapat disimpulkan bahwa informasi yang dibutuhkan di dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan
136 Kabupaten Pacitan telah tepenuhi. Hal tersebut dibuktikan dengan
tersedianya informasi kebijakan dalam bentuk soft file dan hard file, baik tentang bagaimana cara pelaksanaan kebijakan maupun tentang
kesanggupan pihak-pihak terlibat untuk ikut melaksanakan kebijakan pendidikan kesetaraan dengan baik.
d. Kewenangan