Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

61 “Monitoring dan evaluasi itu kita lakukan sebagai bagian dari pengawasan, dari Dinas ada, dari penilik juga ada”. WAWASelasa, 02 Januari 2017 Berdasarkan data hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksana kebijakan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan sebagai bagian dari pengawasan kegiatan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan. Selain menggunakan teori yang diungkapkan oleh Tachjan untuk menganalisa tahapan implementasi kebijakan, penelitian ini juga menggunakan teori George C. Edward III untuk menggambarkan proses implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan. Menurut George C. Edward III implementasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh faktor komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

a. Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan

Kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Komunikasi diperlukan Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan sebagai upaya untuk penyampaian informasi terkait kebijakan pendidikan kesetaraan kepada pelaksana kebijakan di bawah Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, sasaran kebijakan, dan pihak-pihak yeng terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Efektif atau tidaknya komunikasi yang terjadi dalam proses implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan dapat diukur dari tiga dimensi 62 komunikasi yaitu dimensi konsistensi, dimensi transformasi, dan dimensi kejelasan. 1 Konsistensi Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan secara konsisten menyampaikan informasi tentang kebijakan dari pemerintah pusat kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam penyelenggaraan sesuai dengan informasi yang diberikan oleh pemerintah pusat tanpa ada perubahan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu W selaku Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal; “Informasi yang kami berikan konsisten, semua sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemerintah pusat. Meskipun beberapa membutuhkan waktu untuk penyesuaian.” WAWWSelasa, 14 Februari 2017 Hal senada juga disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Saya rasa konsisten ya mbak. Pokoknya kita mengacu pada aturan yang diberikan oleh pusat, kita hanya melaksanakan tingkat bawah. Jadi kita tidak boleh lepas dari rill yang diberikan oleh pusat.” WAWASelasa, 02 Januari 2017 Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa informasi yang disampaikan Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan konsisten dari awal hingga akhir berdasarkan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah pusat, khususnya dalam hal pendidikan kesetaraan. 63 2 Transformasi Informasi terkait implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan yang diperoleh Dinas Pendidikan akan disampaikan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di wilayah Pacitan, seperti: penilik, penyelenggara pendidikan kesetaraan, dan tutor. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu W selaku Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal: “Semua informasi yang kami dapat kemudian akan kami sampaikan kepada penilik, penyelenggara, dan tutor yang kemudian akan di teruskan lagi ke sasaran.” WAWWSelasa, 14 Februari 2017 Hal yang sama disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Disampaikan kepada pihak-pihak yang terlibat termasuk di antaranya kepala-kepala desa, kepala-kepala UPT, kepala- kepala desa, para penilik, sekolah. Dan nantinya lembaga akan mensosialisasikan ke sasaran.” WAWASelasa, 02 Januari 2017 Dari data hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi terkait kebijakan pendidikan kesetaraan disampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat di dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan. Pihak tersebut adalah penilik, lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan, sasaran pendidikan kesetaraan, dan pihak-pihak lain yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung di dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan. 64 Lembaga penyelenggara yang dimaksud merupakan lembaga yang menyediakan layanan pendidikan kesetaraan, baik program Paket A, program Paket B, maupun program Paket C yang tersebar masing-masing kecamatan di Kabupaten Pacitan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan terdapat 30 lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan yang terdiri dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM sebanyak 21 lembaga, Sanggar Kegiatan Belajar SKB sebanyak 1 lembaga, dan Pondok Pesantren PONPES sebanyak 8 lembaga. Akan tetapi jumlah lembaga penyelenggara ini bisa saja mengalami perubahan setiap tahunnya tergantung memungkinkan atau tidaknya satuan penyelenggara pendidikan kesetaraan dilaksanakan. Untuk mendapatkan data implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan dengan tingkat keabsahan yang tinggi, peneliti juga melakukan penelitian pada lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM. Dimana berdasarkan wawancara PKBM mengikuti semua kebijakan yang di informasikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, dan berdasarkan observasi PKBM belum melaksanakan pembelajaran secara optimal karena banyaknya warga belajar yang tidak datang untuk mengikuti pembelajaran, serta minimnya saran dan prasarana kegiatan pembelajaran. 65 Sedangkan kelompok sasaran yang dimaksud adalah masyarakat yang menjadi target dari pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan, yaitu masyarakat yang belum memperoleh layanan pendidikan di jalur pendidikan formal melalui program Paket A setara dengan SD, program Paket B setara dengan SMP, dan program Paket C setara dengan SMA. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Ibu W selaku Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal; “Yang menjadi sasaran tentunya adalah warga masyarakat yang belum memperoleh pendidikan formal yang belum memiliki ijazah SD, SMP, dan SMA. ” WAWWSelasa, 14 Februari 2017 Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Yang menjadi sasarannya adalah warga masyarakat yang karena berbagai faktor tidak dapat bersekolah di sekolah formal .” WAWASelasa, 02 Januari 2017 Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi sasaran dari pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan adalah masyarakat yang belum memperoleh layanan pendidikan di jalur formal. Jumlah masyarakat yang mendaftar sebagai warga belajar didominasi oleh mereka yang membutuhkan program paket C. Informasi yang disampaikan tersebut, baik dari pemerintah pusat ke Dinas pendidikan maupun dari Dinas Pendidikan ke pihak-pihak pelaksana di bawah Dinas Pendidikan dilakukan secara 66 langsung dan tidak langsung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu W selaku Kepala Bidang Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal; “Informasi ada yang dari pusat melalui dinas pendidikan provinsi baru ke dinas pendidikan kabupaten, kemudian dinas kebupaten meneruskan ke penilik dan lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan. Ada juga yang langsung dari pusat ke daerah. Semua itu dinas pendidikan men sosialisasikan baik langsung maupun tidak langsung.” WAWWSelasa, 14 Februari 2017 Hal senada juga disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Banyak cara penyampaian informasi yang dilakukan pusat kepada Dinas, seperti peraturan menteri, terus ada semacam surat edaran, workshop yang ditujukan kepada lembaga- lembaga langsung, kemudian ada semacam rapat-rapat yang ditugaskan kepada Kepala seksi maupun pejabat- pejabat lain untuk menerima informasi. Kemudian dilakukan sosialisasi informasi yang diperoleh dari pusat kepada penilik dan lembaga PKMB dengan megumpulkan penilik dan perwakilan lembaga.” WAWASelasa, 02 Januari 2017 Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu E selaku Ketua PKBM; “Sekarang sudah ada kelompok WA mbak, kemudian disusuli surat, ada pertemuan. Kalo ada informasi yang insidental melalui grub WA, kalo secara rutin ada rapat. Ada juga pembinaan mbak.” WAWESabtu, 18 Februari 2017 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses penyampaian informasi tentang kebijakan pendidikan kesetaran, baik dari Pemerintah Pusat ke Dinas Pendidikan maupun dari Dinas Pendidikan ke pihak-pihak penyelenggara pendidikan kesetaraan di bawah Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan 67 disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Penyampaian informasi secara langsung seperti sosialisasi dan rapat, sedangkan penyampaian informasi secara tidak langsung seperti melalui surat edaran dan pemberitahuan melalui komunikasi elektronik. 3 Kejelasan Informasi tentang kebijakan kesetaraan yang disampaikan telah dipahami, baik Dinas Pendidikan sebagai pelaksana kebijakan maupun pihak-pihak lain yang terlibat di dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu W selaku Kepala Bidang PAUD dan Pendidikan Non Formal; “Memahami dan kami menjalankan sesuai dengan aturan main yang di berikan oleh pemerintah pusat.” WAWWSelasa, 14 Februari 2017 Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal, bahwa: “Mereka sangat memahami dan memberikan respon sangat bagus, kita biasanya kalo ada program atau informasi baru kita selalu langsung mengundang, baik itu penilik maupun ketua PKBM itu diberikan sosialisasi terkait program- program kesetaraan itu. Kalo tutor ada pembinaan, ada workshop atau diklat- diklat untuk tutor.” WAWASelasa, 02 Januari 2017 Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa informasi kebijakan kesetaraan telah dipahami oleh pelaksana kebijakan, baik Dinas Pendidikan maupun pihak-pihak penyelenggara lainnya. Dibuktikan dengan semua pihak telah 68 menyelenggarakan kebijakan pendidikan kesetaraan dengan mengacu pada kebijakan yang diturunkan oleh pemerintah pusat. Meskipun kenyataan di lapangan ada beberapa informasi tentang panduan pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan dari pemerintah pusat yang belum dipahami sepenuhnya, baik oleh staf pelaksana kebijakan di Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan maupun oleh lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan. Informasi yang dimaksud adalah tata cara pengembangan kurikulum untuk menentukan mata pelajaran Keterampilan fungsional, Muatan Lokal, dan Pengembangan Kepribadian Profesional. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak A selaku Kepala Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Kurikulum muatan lokal, pengembangan kepribadian, dan keterampilan fungsional sebenarnya belum ada wujud rillnya dilapangan, penyelenggara hanya melaksanakan mata pelajaran u mum saja”. WAWA Rabu, 22 Maret 2017 Hal yang sama disampaikan oleh Bapak W selaku Staf Seksi Pembinaan Pendidikan Non Formal; “Ketiganya itu belum ada wujudnya, kami belum paham bagaimana cara pengembangannya. Kami tanyakan ke atasan yang lebih tinggi juga mereka tidak paham dengan pengembangan yang dimaksud”. WAWW Rabu, 22 Maret 2017 Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi bahwa belum adanya pelaksanaan Keterampilan fungsional, Muatan Lokal, Pengembangan Kepribadian Profesional secara optimal di lembaga 69 penyelenggara pendidikan kesetaraan. Berdasarkan observasi di lapangan, diketahui juga bahwa lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan hanya melaksanakan mata pelajaran umum.

b. Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan